Claim Missing Document
Check
Articles

Found 25 Documents
Search

Gambaran Visum et Repertum kasus kekerasan seksual khususnya perkosaan di RS Bhayangkara Manado periode Juli 2015–Juni 2016 Pagayang, Koresy Trisna; Mallo, Johannis; Tomuka, Djemi
JURNAL KEDOKTERAN KOMUNITAS DAN TROPIK JKKT Volume 4 Nomor 4 (2016)
Publisher : UNIVERSITAS SAM RATULANGI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Visum Et Repertum is an description made by a doctor at the request of official investigator about the results of medical examination on human, whether alive or dead, or which suspected as part of.human’s body. Based on medical sciences and under the oath for the sake of judiciary. The increasing of rape cases are related to the socio-cultural aspect. The culture is increasingly open, he way woman’s dress also more tempting than before, and sometimes with variety of expensive jewelry, the habit to traveling alone are dominant fctor that affect the high frequency of rape cases. The purpose of this research is to find out the results of visum et repertum on rape victims period july 2015 – juny 2016 at bhayangkaramanado hospital. The result of this study from 110 case is 17 people was pregnant and 62 people was not pregnant, and 31 people which is not clear in this case did not do investigations. Obtained from distribution by age mostly from age 14 are 17 people, obtained from distribution based on resort is Polresta Manado, this study proves that the results of visum et repertum can be found in existence of sexual violence to victimsKeywords: Visum Et Repertum, rape victims
TEMUAN OTOPSI PADA KEMATIAN MENDADAK AKIBAT PENYAKIT JANTUNG DI BLU RSU PROF. DR. R.D. KANDOU MANADO PERIODE 2007-2011 Rorora, Jessyca Destiana; Tomuka, Djemi; Siwu, James
e-CliniC Vol 2, No 3 (2014): Jurnal e-CliniC (eCl)
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35790/ecl.v2i3.6037

Abstract

Abstract: Every sudden death has to be treated as an uncommon death before it can be proved scientifically that there is no evidence supporting the case. Heart disease is the most common cause of sudden death. This research is aimed to know how autopsy findings of sudden death cause by heart disease in BLU RSU Prof Dr. R.D. Kandou Manado period 2007-2011. Research design is descriptive observational using secondary data. Between 2007 to 2011 period, there is a total of 873 cases that come in to forensic department of BLU RSU Prof. Dr. R.D. Kandou. From all those cases, of which there are 62 cases discovery of bodies then proved by autopsy with the result that 10 of them is a sudden death caused by heart disease, with the most caused by coronary artery disease (50%) followed by miocard lesion disease (40%). Further research needs to be done to determine which heart disease the most is found to be the death cause in forensic department of BLU RSU Prof. Dr. R.D. Kandou more clearly. Keywords: autopsy, heart disease, sudden death.   Abstrak: Setiap kematian mendadak harus diperlakukan sebagai kematian yang tidak wajar, sebelum dapat dibuktikan secara ilmiah bahwa tidak ada bukti-bukti yang mendukungnya. Penyakit jantung merupakan penyakit yang paling sering menyebabkan kematian. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana temuan otopsi pada kasus kematian mendadak akibat penyakit jantung di BLU RSU Prof. Dr. R.D. Kandou Manado periode 2007-2011. Desain penelitian ini adalah deskriptif observasional menggunakan data sekunder yang telah ada. Selama periode 2007 sampai dengan 2011, total jumlah kasus forensik yang masuk di bagian ilmu kedokteran Forensik BLU RSU Prof. dr. R.D. Kandou Manado berjumlah total 873 kasus. Dari sejumlah kasus tersebut, diantaranya terdapat 62 kasus penemuan mayat yang kemudian dibuktikan dengan otopsi sehingga didapatkan 10 mayat yang telah terbukti merupakan kasus kematian mendadak akibat penyakit jantung dengan penyebab terbanyak adalah penyakit arteri koroner (50%) diikuti dengan penyakit lesi miokard (40%). Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut agar dapat lebih menggambarkan penyakit jantung penyebab kematian terbanyak di bagian Ilmu Forensik BLU RSU Prof. Dr. R.D. Kandou Manado dengan jelas. Kata kunci: kematian mendadak, penyakit jantung, otopsi.
PERAN DOKTER DI TEMPAT KEJADIAN PERKARA DI KOTA MANADO Siwu, Theo L.; Tomuka, Djemi; Mallo, Nola T. S.
e-CliniC Vol 3, No 1 (2015): Jurnal e-CliniC (eCl)
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35790/ecl.v3i1.7607

Abstract

Abstract: In general, a doctor will face a variety of patients that needed to be treated. However, treating patients is not the only role of a doctor. Doctors can also be called to serve in court of justice, therefore, serving the law is one of the most important aspects of a good doctor. In Indonesia, especially in Manado, a lot of criminal cases leading to death can be found. Concerning death cases, the law enforcement have to consult the Forensic Department. The request might come in the form of an autopsy which is to figure out the cause of death or the identity of the victim. In certain places, it is common to use a forensic doctor as a specialist in crime scene area. This was a descriptive analytical study using questionairre as primary data. Conclusion: From all the data it can be concluded that a doctor’s role in crime scene area is very important. Therefore, the investigator in crime scene area can handle the cases with medical related problem much beter.Keywords: doctor’s role, crime scene.Abstrak: Seorang dokter akan berhadapan dengan bermacam-macam pasien dalam kehidupannya tetapi menangani pasien bukan menjadi satu-satunya tugas seorang dokter. Dokter juga bisa dipanggil untuk menjadi seorang saksi ahli pada kasus-kasus dengan tindakan pidana. Peranan seorang dokter untuk membantu tindak keadilan merupakan salah satu aspek yang cukup penting. Di Indonesia khususnya di Manado telah cukup banyak kasus kejahatan yang berujung pada kematian. Dalam hal kasus kematian maka pihak kepolisian akan datang meminta bantuan ke pihak forensic antara lain dalam bentuk autopsi untuk meneliti sebab kematian dari mayat atau mencari tahu identitas korban. Di beberapa negara telah digunakan jasa seorang dokter forensik sebagai salah satu tenaga ahli di tempat kejadian perkara. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif analitik dengan kuesioner sebagai data primer. Simpulan: Dari hasil yang didapatkan disimpulkan bahwa peran dokter di tempat kejadian perkara sangat penting. Dengan adanya bantuan dari pihak kedokteran maka para penyidik dapat menangani kasus-kasus yang berkaitan dengan medis secara lebih baik.Kata kunci: peran dokter, tempat kejadian perkara.
Hubungan antara Jenis Kelamin dan Kejadian Kematian Mendadak di RSUP Prof. Dr. R. D Kandou Manado Pangemanan, Gerrit J.; Tomuka, Djemi; Mallo, Nola T.S.
e-CliniC Vol 5, No 2 (2017): Jurnal e-CliniC (eCl)
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35790/ecl.v5i2.18458

Abstract

Abstract: Sudden death could occur in anyone regardless of gender either male or female. This study was aimed to determine the relationship between gender and the incidence of sudden death at Prof. Dr. R. D. Kandou Hospital Manado. This was a descriptive analytical study with across sectional design using total sampling method. The results showed 345 cases of sudden deaths consisted of 209 males and 136 females. The age ranges were 0-1 years (7 cases), 1-18 years (7 cases), 18-40 years (38 cases), 40-60 years (138 cases), and >60 years (155 cases). Coronary heart disease was the leading cause of sudden deaths (40 cases). Data analyzed by using Chi-square test showed a P value of 0.838. Conclusion: There was no relationship between gender and the incidence of sudden death. Sudden deaths were most common among males, age >60 years, with coronary heart disease as the most common cause of sudden death.Keywords: gender, sudden death Abstrak: Kematian mendadak dapat terjadi pada siapa saja, tidak memandang jenis kelamin baik laki-laki maupun perempuan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara jenis kelamin dan kejadian kematian mendadak di RSUP Prof. Dr. R. D Kandou Manado. Jenis penelitian ialah deskriptif analitik dengan desain potong lintang menggunakan metode total sampling. Hasil penelitian mendapatkan 345 kasus kematian mendadak terdiri dari 209 laki-laki dan 136 perempuan. Rentang usia 0-1 tahun berjumlah 7 kasus, usia 1-18 tahun berjumlah 7 kasus, usia 18-40 tahun berjumlah 38 kasus, usia 40-60 tahun berjumlah 138 kasus, dan usia >60 tahun berjumlah 155 kasus. Penyakit jantung koroner merupakan penyebab kematian mendadak terbanyak dengan jumlah 40 kasus. Analisis data menggunakan uji chi-kuadrat mendapatkan P=0,838. Simpulan: Tidak terdapat hubungan antara jenis kelamin dengan kejadian kematian mendadak. Sebagian besar kematian mendadak ditemukan pada laki-laki, kelompok usia >60 tahun, dengan penyebab penyakit jantung koroner.Kata kunci: jenis kelamin, kematian mendadak
POLA LUKA PADA KEMATIAN AKIBAT PANAH WAYER DI RSUP PROF. DR. R. D. KANDOU MANADO PERIODE JANUARI SAMPAI OKTOBER 2014 Kobstan, Jaysen; Mallo, Johannis F.; Tomuka, Djemi
e-CliniC Vol 3, No 2 (2015): Jurnal e-CliniC (eCl)
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35790/ecl.v3i2.8381

Abstract

Abstract: Panah wayer (a kind of arrow) has become a troubling incident for the citizen of Manado City. People are afraid to do activities outside, especially at night. Wound that caused by this arrow often leads to death if it is punctured into a vital part of the body. However, there are also surviving victims. This study aimed to obtain the pattern of injuries in dead victims caused by this panah wayer. This was a descriptive and retrospective study using visum et repertum as pimary data. The results showed that injuries caused by panah wayer had diverse sizes and depths, depend on the kinetic energy of the arrow itself and the potential energy of the sling itself. Injuries that caused by panah wayer look like a penetrating wound and the hook-like structure at its tip made this arrow hard to repeal and if it is pulled out forcefully a wider rupture at the area of injury can occur.Keywords: pattern of injury, panah wayerAbstrak: Panah wayer telah meresahkan warga kota Manado dan mengakibatkan ketakutan untuk beraktifitas di luar rumah, terutama di malam hari. Luka akibat panah wayer umumnya mengarah pada kematian bila tertusuk di daerah-daerah tertentu pada bagian tubuh. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan pola luka pada kematian akibat panah wayer. Penelitian ini bersifat deskriptif retrospektif dengan meggunakan visum et repertum sebagai data primer. Hasil penelitian memperlihatkan bahwa luka akibat panah wayer memiliki ukuran dan kedalaman luka yang beragam berdasarkan energi kinetik dari panah wayer itu sendiri dan energi potensial dari pelontar. Luka yang disebabkan panah wayer memiliki bentuk seperti luka tusuk dan struktur seperti pengait yang terdapat di bagian ujung panah wayer meyebabkan panah wayer sulit untuk dicabut dan jika dicabut secara paksa akan menimbulkan robekan yang lebih besar pada daerah luka.Kata kunci: pola luka, panah wayer
Hubungan antara usia dengan kejadian kematian mendadak di RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado periode Mei 2015 – April 2016 Supit, Gilbert; Tomuka, Djemi; Siwu, James
e-CliniC Vol 4, No 2 (2016): Jurnal e-CliniC (eCl)
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35790/ecl.v4i2.14350

Abstract

Abstract: Sudden death could occur in any age even among people that look healthy. This study was aimed to determine the relationship between age and the incidence of sudden death. Total samples were 602 cases of sudden deaths consisted of 373 males and 229 females. The age ranges were 0-1 years (17 cases), 1-6 years (7 cases), 6-13 years (10 cases), 13-21 years (33 cases), 21-40 years (110 cases), 40-60 years (221 cases), and >60 years (204 cases). Data analysis showed an abnormal distribution and was continued with the Spearman correlation test (p=0.014). Conclusion: There was a relationship between age and the occurence of sudden deaths. Sudden deaths were most common among males and age range 40-60 years.Keywords: age, sudden death. Abstrak: Kematian mendadak dapat terjadi pada rentang usia yang tidak terduga bahkan pada orang yang tampak sehat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara usia dengan kejadian kematian mendadak di RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado. Sampel diperoleh dengan metode total sampling. Hasil penelitian mendapatkan 602 kasus kematian mendadak dengan 373 laki-laki dan 229 perempuan. Pada rentang usia 0-1 tahun berjumlah 17 kasus, usia 1-6 tahun berjumlah 7 kasus, usia 6-13 tahun berjumlah 10 kasus, usia 13-21 tahun berjumlah 33 kasus, usia 21-40 tahun berjumlah 110 kasus, usia 40-60 tahun 221 kasus, dan usia >60 tahun berjumlah 204 kasus. Analisis data mendapatkan data tidak terdistribusi normal dan dilanjutkan dengan uji korelasi Spearman (p=0,014). Simpulan: Terdapat hubungan bermakna antara usia dan kejadian kematian mendadak. Kematian mendadak tersering ditemukan pada jenis kelamin laki-laki dan kejadian tertinggi berada pada rentang usia 40-60 tahun. Kata kunci: usia, kematian mendadak.
Gambaran cedera kepala yang menyebabkan kematian di Bagian Forensik dan Medikolegal RSUP Prof Dr. Awaloei, Astrid C.; Mallo, Nola T.S.; Tomuka, Djemi
e-CliniC Vol 4, No 2 (2016): Jurnal e-CliniC (eCl)
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35790/ecl.v4i2.14369

Abstract

Abstract: Traumatology is a study about wound or trauma and also its relation with violence. One of the many causes of death is head trauma that can cause trauma of either outer layer or inner layer of the head. In USA, there are around 1.7 million people that head injuries every year. More than 52,000 people were reported dead, 275,000 people were hospitalized, and almost 80% were treated and referred to emergency departments. Based on gender, males were more often had head injury than females. This study was aimed to obtain the profile of head injury that caused death at the Department of Forensic and Medicolegal Prof Dr. R. D. Kandou Hospital Manado from June 2015 to July 2016. Samples were obtained by using total sampling method. The results showed that there were 4 cases in 2015 and 5 cases in 2016. The description of head injuries were skull base fracture, diffuse brain injury, intracerebral hematoma, and subdural hematoma. Males had a higher prevalence than females, most were aged 20-40 years.Keywords: head injury, death Abstrak: Traumatologi adalah ilmu yang mempelajari tentang luka dan cedera serta hubungannya dengan kekerasaan. Salah satu dari banyak penyebab kematian ialah cedera kepala, yang dapat menyebabkan trauma pada kepala baik lapisan luar maupun dalam. Diperkirakan 1,7 juta orang di Amerika Serikat mengalami cedera kepala setiap tahunnya. Lebih dari 52.000 orang meninggal dunia, 275.000 dirawat di rumah sakit, dan hampir 80% dirawat dan dirujuk ke instalasi gawat darurat. Jenis kelamin laki-laki lebih banyak mengalami cedera kepala dibandingkan perempuan. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran cedera kepala yang menyebabkan kematian di Bagian Forensik dan Medikolegal RSUP Prof Dr. R. D. Kandou periode Juni 2015 - Juli 2016. Pada penelitian ini sampel diperoleh dengan metode total sampling. Hasil penelitian mendapatkan tercatat 4 kasus pada tahun 2015 dan 5 kasus pada tahun 2016. Gambaran cedera kepala yang menyebabkan kematian yaitu fraktur basis krani, cedera otak difus, hematoma intraserebral, dan hematoma subdural. Laki-laki memiliki prevalensi yang paling banyak terhadap kejadian kematian akibat cedera kepala dengan usia terbanyak 20-40 tahun. Kata kunci: cedera kepala, kematian
POLA LUKA PADA KORBAN MATI AKIBAT SENJATA API DI BAGIAN ILMU KEDOKTERAN FORENSIK MEDIKOLEGAL FK UNSRAT - RSUP PROF. Dr. R. D. KANDOUMANADO PERIODE JANUARI 2007-DESEMBER 2013 Umboh, Rilano V. S.; Mallo, Nola T. S.; Tomuka, Djemi
e-CliniC Vol 3, No 1 (2015): Jurnal e-CliniC (eCl)
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35790/ecl.3.1.2015.6511

Abstract

Abstract: The aim of this study was to find out the patterns of gunshot wounds on dead victims. The study was conducted from October to December 2014 at Forensic and Medicolegal Department, Medical Faculty of Sam Ratulangi University – General Hospital of Prof. Dr. R.D. Kandou Manado. This was a retrospective descriptive study. The results showed that during the period of time from January 2007 to December 2013, there were two cases of gunshot wounds that met the criteria. The first case occured in July 2012 and the second case in November 2012. Both victims were males. The first victim was 25 years old and the second victim was 44 years old. The location of gunshot wound of the first victim was on his left chest while the second victim had gunshot wound on his left upper arm. The mechanisms of death of both victims were massive bleeding. Further studies with longer period of time that perform in other hospitals around Manado are suggested.Keywords: patterns of wound, gunshot, dead victimsAbstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pola luka pada korban mati akibat senjata api.Jenis penelitian bersifat deskriptif retrospektif dengan menggunakan data sekunder. Penelitian dilakukan di Bagian Ilmu Kedokteran Forensik Medikolegal FK Unsrat – RSUP Prof. dr. R.D. Kandou Manado selama periode Oktober 2014 sampai dengan Desember 2014.Hasil penelitian menunjukkan bahwa selama periode Januari 2007 sampai dengan Desember 2013 terdapat dua kasus luka tembak yang memenuhi kriteria. Kasus pertama terjadi pada Juli 2012 dan kasus kedua terjadi pada November 2012. Kedua korban berjenis kelamin laki-laki. Korban pertama berusia 25 tahun dan korban kedua berusia 44 tahun. Lokasi luka tembak korban pertama ada di bagian dada kiri sedangkan korban kedua ada di lengan atas kiri. Mekanisme kematian kedua korban adalah perdarahan masif. Disarankan penelitian lebih lanjut dengan periode yang diteliti lebih lama dan dilakukan di rumah sakit lainnya yang ada di sekitar Manado.Kata kunci: pola luka, senjata api, korban mati
Livor mortis pada keracunan insektisida golongan organofosfat di kelinci Thanos, Chrissy A. A.; Tomuka, Djemi; Mallo, Nola T. S.
e-CliniC Vol 4, No 1 (2016): Jurnal e-CliniC (eCl)
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35790/ecl.4.1.2016.10827

Abstract

Abstract: The objective of this study is to compare the time livor mortis formed, fixed, and colored on the control group and treated group. This was a true experimental study with a post-test only control group design. This study was conducted at the Forensic Laboratory Prof. Dr. R. D. Kandou Hospital Manado from September to December 2015. Samples were 10 rabbits (Oryctolagus cuniculus) of 1250-2100 g, divided into two groups, the control group and the treated group. The treated group was exposed to diazinon as many as 3 ml in one treatment. Data were analyzed by using univariat analysis, subsequently tested using Independent t-Test. The results showed that there was no significant difference (p>0.05) on the time livor mortis formed and fixed between the control group and the treated group. There is a slight color difference of the livor mortis between control group (bluish-violet/purple) and treated group (purplish-red). Conclusion: There was no significant difference on the time of livor mortis formed and fixed between rabbits with and without organophosphate intoxication. There was a slight difference in color of livor mortis between rabbits with organophosphate intoxication (purplish-red) and the ones without intoxication (bluish-violet/purple).Keywords: livor mortis, intoxication, organophosphate, rabbitsAbstrak: Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan waktu terbentuk, waktu menetap dan warna livor mortis pada kelompok kontrol dan kelompok perlakuan. Jenis penelitian eksperimen murni (true experimental desain) dengan rancangan penelitian post test only control group design. Penelitian dilakukan di Laboratorium Forensik RSUP Prof. Dr. dr. R. D. Kandou Manado pada bulan September – Desember 2015. Sampel terdiri dari 10 ekor kelinci (Oryctolagus cuniculus) dengan berat badan 1250-2100g yang dibagi menjadi kelompok kontrol dan perlakuan. Kelompok perlakuan dilakukan pemaparan diazinon sebanyak 3 ml dalam satu kali pemberian. Data dianalisis dengan analisis univariat kemudian diuji dengan Independent t-Test. Hasil penelitian menunjukkan tidak terdapat perbedaan bermakna (p>0,05) waktu terbentuk dan waktu menetap livor mortis antara kelompok kontrol dan kelompok perlakuan. Terdapat sedikit perbedaan warna livor mortis antara kelompok kontrol (biru keunguan) dan kelompok perlakuan (ungu kemerahan/livide). Simpulan: Tidak terdapat perbedaan bermakna waktu terbentuk dan waktu menetap livor mortis antara kelinci dengan dan tanpa keracunan organofosfat. Terdapat sedikit perbedaan warna livor mortis antara kelinci dengan keracunan organofosfat (ungu kemerahan/livide) dan yang tanpa keracunan (biru keunguan).Kata kunci: livor mortis, keracunan, organofosfat, kelinci
Kecepatan rigor mortis pada intoksikasi insektisida golongan organofosfat pada kelinci Guanovora, Novianto; Mallo, Nola T. S.; Tomuka, Djemi
e-CliniC Vol 4, No 1 (2016): Jurnal e-CliniC (eCl)
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35790/ecl.4.1.2016.10828

Abstract

Abstract: The objective of this study is to compare the time of rigor mortis formed between the control group and the treated group. This was a true experimental study with a post –test only control group design. This study was conducted at RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Forensic Laboratory Manado from September to November 2015. This research begins with caring of the rabbits (Oryctolagus cuniculus) weighting 1250 – 2100 g. were divided into two groups, control group and treated group. Treated group was exposed to diazinon 600 as many as 3 ml in one treatment. Data were analyzed by using univariat analysis, subsequently tested by using independent t-Test. The results showed that there was a significant difference (P <0.05) in the time of rigor mortis formed and disappeared between the two groups. Conclusion: The time of rigor mortis formed and then disappeared was shorter among rabbits with organopgosphate intoxication compared to the ones without intoxication. Further studies are needed using instrument to evaluate the rigor mortis.Keywords: rigor mortis, intoxication, organophosphateAbstrak: Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan kecepatan rigor mortis pada kelompok kontrol dan kelompok perlakuan. Jenis penelitian eksperimental murni (true experimental desaign) dengan rancangan penelitian post test only control group desaign. Penelitian dilakukan dilaboratorium Forensik RSUP. Prof. Dr. dr. R. D. Kandou Manado pada bulan September – November 2015. Penelitian diawali dengan pemeliharaan kelinci (Oryctolagus Cuniculus ) dengan berat badan 1250 – 2100 g. Selanjutnya kelinci dibagi menjadi kelompok kontrol dan kelompok perlakuan, kelompok yang dilakukan pemaparan Diazinon 600 sebanyak 3 ml dalam satu kali pemberian. Hasil penelitian menunjukkan terdapat perbedaan bemakna (P < 0,05) waktu terbentuk rigor mortis, kaku, kaku sempurna, dan mulai melemas antara kelompok kontrol dan kelompok perlakuan. Simpulan: Waktu terbentuk rigor mortis dan waktu mulai melemas lebih singkat pada kelinci dengan intoksikasi organofosfat dibandingkan yang tanpa intoksikasi. Disarankan penelitian lebih lanjut dengan menggunakan alat ukur untuk menilai rigor mortis.Kata kunci: rigor mortis, intoksikasi, organofosfat