Claim Missing Document
Check
Articles

Found 13 Documents
Search

Hubungan panjang telapak kaki dengan tinggi badan untuk identifikasi forensik Tomuka, Jinov; Siwu, James; Mallo, Johannis F.
e-CliniC Vol 4, No 1 (2016): Jurnal e-CliniC (eCl)
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35790/ecl.v4i1.12109

Abstract

Abstract: Forensic identification is a method to provide assistance for investigators in personal identification which is very important in court. Forensic anthropology is a branch of physical anthropology that assists medical forensic practice by focusing on individual biological profile asessment and reconstruction by using anthropometry. Body height is a parameter of human growth and health. In forensic anthropology, height is also a main biological profile in identification. Foot length can be used to determine body height since there is a correlation between these two biological profiles. This study aimed to obtain the relationship between foot length and body height. This was a quantitative analytical study. Subjects were students of batch 2012 of Faculty of Medicine, University of Sam Ratulangi Manado, aged >21 years. The results showed that there was a positive correlation (r= 0.539) with a probablity value of 0.000. Conclusion: There was a significant positive correlation between foot length and height. Keywords: forensic identification, forensic anthropology, anthropometry Abstrak: Identifikasi forensik merupakan upaya yang bertujuan membantu penyidik dalam menentukan identitas seseorang yang sangat penting dalam peradilan. Sebagai salah satu cabang antropologi khususnya antropologi ragawi, peran antropologi forensik didasarkan pada kemampuan pemeriksaan antropologis untuk menilai dan merekonstruksi gambaran biologis individu manusia; salah satu cara identifikasi ialah dengan antropometri. Tinggi badan merupakan suatu parameter dari pertumbuhan dan kesehatan manusia. Tinggi badan juga merupakan salah satu ciri utama untuk proses indentifikasi. Bagian tubuh yang dapat menunjang pengukuran tinggi badan yaitu panjang telapak kaki karena tinggi badan dan panjang telapak kaki mempunyai hubungan yang berbanding lurus. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara panjang telapak kaki dan tinggi badan. Jenis penelitian ini kuantitatif analitik. Subyek penelitian ialah mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi Manado angkatan 2012 yang berusia >21 tahun. Penelitian ini dilakukan di Manado pada bulan Oktober-Desember 2015. Hasil penelitian mendapatkan korelasi positif antara kedua variabel dengan nilai koefisien r = 0,539 yang menunjukkan bahwa kedua variabel berhubungan positif. Terdapat hubungan bermakna antar kedua variabel penelitian dengan nilai P = 0,000. Simpulan: Terdapat hubungan positif bermakna antara panjang telapak kaki dan tingggi badan.Kata kunci: identifikasi forensik, antropologi forensik, antropometri
TEMUAN OTOPSI PADA KEMATIAN MENDADAK AKIBAT PENYAKIT JANTUNG DI BLU RSU PROF. DR. R.D. KANDOU MANADO PERIODE 2007-2011 Rorora, Jessyca Destiana; Tomuka, Djemi; Siwu, James
e-CliniC Vol 2, No 3 (2014): Jurnal e-CliniC (eCl)
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35790/ecl.v2i3.6037

Abstract

Abstract: Every sudden death has to be treated as an uncommon death before it can be proved scientifically that there is no evidence supporting the case. Heart disease is the most common cause of sudden death. This research is aimed to know how autopsy findings of sudden death cause by heart disease in BLU RSU Prof Dr. R.D. Kandou Manado period 2007-2011. Research design is descriptive observational using secondary data. Between 2007 to 2011 period, there is a total of 873 cases that come in to forensic department of BLU RSU Prof. Dr. R.D. Kandou. From all those cases, of which there are 62 cases discovery of bodies then proved by autopsy with the result that 10 of them is a sudden death caused by heart disease, with the most caused by coronary artery disease (50%) followed by miocard lesion disease (40%). Further research needs to be done to determine which heart disease the most is found to be the death cause in forensic department of BLU RSU Prof. Dr. R.D. Kandou more clearly. Keywords: autopsy, heart disease, sudden death.   Abstrak: Setiap kematian mendadak harus diperlakukan sebagai kematian yang tidak wajar, sebelum dapat dibuktikan secara ilmiah bahwa tidak ada bukti-bukti yang mendukungnya. Penyakit jantung merupakan penyakit yang paling sering menyebabkan kematian. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana temuan otopsi pada kasus kematian mendadak akibat penyakit jantung di BLU RSU Prof. Dr. R.D. Kandou Manado periode 2007-2011. Desain penelitian ini adalah deskriptif observasional menggunakan data sekunder yang telah ada. Selama periode 2007 sampai dengan 2011, total jumlah kasus forensik yang masuk di bagian ilmu kedokteran Forensik BLU RSU Prof. dr. R.D. Kandou Manado berjumlah total 873 kasus. Dari sejumlah kasus tersebut, diantaranya terdapat 62 kasus penemuan mayat yang kemudian dibuktikan dengan otopsi sehingga didapatkan 10 mayat yang telah terbukti merupakan kasus kematian mendadak akibat penyakit jantung dengan penyebab terbanyak adalah penyakit arteri koroner (50%) diikuti dengan penyakit lesi miokard (40%). Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut agar dapat lebih menggambarkan penyakit jantung penyebab kematian terbanyak di bagian Ilmu Forensik BLU RSU Prof. Dr. R.D. Kandou Manado dengan jelas. Kata kunci: kematian mendadak, penyakit jantung, otopsi.
Hubungan antara usia dengan kejadian kematian mendadak di RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado periode Mei 2015 – April 2016 Supit, Gilbert; Tomuka, Djemi; Siwu, James
e-CliniC Vol 4, No 2 (2016): Jurnal e-CliniC (eCl)
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35790/ecl.v4i2.14350

Abstract

Abstract: Sudden death could occur in any age even among people that look healthy. This study was aimed to determine the relationship between age and the incidence of sudden death. Total samples were 602 cases of sudden deaths consisted of 373 males and 229 females. The age ranges were 0-1 years (17 cases), 1-6 years (7 cases), 6-13 years (10 cases), 13-21 years (33 cases), 21-40 years (110 cases), 40-60 years (221 cases), and >60 years (204 cases). Data analysis showed an abnormal distribution and was continued with the Spearman correlation test (p=0.014). Conclusion: There was a relationship between age and the occurence of sudden deaths. Sudden deaths were most common among males and age range 40-60 years.Keywords: age, sudden death. Abstrak: Kematian mendadak dapat terjadi pada rentang usia yang tidak terduga bahkan pada orang yang tampak sehat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara usia dengan kejadian kematian mendadak di RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado. Sampel diperoleh dengan metode total sampling. Hasil penelitian mendapatkan 602 kasus kematian mendadak dengan 373 laki-laki dan 229 perempuan. Pada rentang usia 0-1 tahun berjumlah 17 kasus, usia 1-6 tahun berjumlah 7 kasus, usia 6-13 tahun berjumlah 10 kasus, usia 13-21 tahun berjumlah 33 kasus, usia 21-40 tahun berjumlah 110 kasus, usia 40-60 tahun 221 kasus, dan usia >60 tahun berjumlah 204 kasus. Analisis data mendapatkan data tidak terdistribusi normal dan dilanjutkan dengan uji korelasi Spearman (p=0,014). Simpulan: Terdapat hubungan bermakna antara usia dan kejadian kematian mendadak. Kematian mendadak tersering ditemukan pada jenis kelamin laki-laki dan kejadian tertinggi berada pada rentang usia 40-60 tahun. Kata kunci: usia, kematian mendadak.
EFEKTIFITAS EKSHUMASI DALAM MEMPERKIRAKAN SAAT MATI DI BAGIAN ILMU FORENSIK DAN MEDIKOLEGAL FK UNSRAT BLU RSUP PROF. DR. R. D. KANDOU Kojo, Nancy; Siwu, James; Mallo, Johannis F.
e-CliniC Vol 3, No 2 (2015): Jurnal e-CliniC (eCl)
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35790/ecl.3.2.2015.8435

Abstract

Abstract: Determination of time of death is very important in criminal or civil cases. Exhumation is demolition of grave or autopsy which is conducted for justice by the authorities and stakeholders and the corpse is subsequently examined by a forensic expert. It is expected that there will be some clues to reveal the time and cause of death. This study aimed to determine the effectiveness of exhumation by using the time span ratio of deaths according to the autopsy report and deaths according to the results of the examination after exhumation. This was a retrospective descriptive study with a cross-sectional design using secondary data in the Forensic Medicine and Medicolegal Department, Prof Dr. R. D. Kandou Hospital Manado. There were 13 cases of exhumation from October untul December 2014, with a percentage of 46% effective and ineffective 54%. From the 7 ineffective cases, 3 cases with undetermined time of death because they were preserved. Four cases had the comparison between the letter of request and the results of the examination. The other 6 cases had accuracy of effective. Conclusion: Exhumation cases became ineffective due to the lack of cases found and preservation of the corpses.Keywords: time of death, exhumationAbstrak: Menentukan saat kematian penting dilakukan baik pada kasus kriminal atau sipil. Ekshumasi adalah penggalian mayat atau pembongkaran kubur yang dilakukan demi keadilan oleh yang berwenang dan berkepentingan dimana selanjutnya mayat tersebut diperiksa secara ilmu kedokteran forensik. Dari hasil ekshumasi dapat dilihat temuan pemeriksaan pada mayat yang dapat menentukan atau memperkirakan lama kematian dan penyebab kematian. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan efektif atau tidaknya ekshumasi dilihat dari perbandingan rentang waktu lama kematian menurut permintaan visum dan lama kematian menurut hasil pemeriksaan setelah ekshumasi. Penelitian ini bersifat deskriptif retrospektif dengan pendekatan potong lintang. Data sekunder diperoleh di Bagian Forensik dan Medikolegal FK Unsrat RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado bulan Oktober ? Desember 2014. Kasus ekshumasi yang didapat sejumlah 13 kasus: 46% efektif dan 54% tidak efektif. Dari 7 kasus yang tidak efektif, 3 kasus tidak dapat ditentukan lama kematian menurut hasil pemeriksaan karena telah diawetkan terlebih dahulu dan 4 kasus mempunyai perbandingan hari antara surat permintaan dan hasil pemeriksaan. Enam kasus lainnya mempunyai ketepatan atau efektif. Simpulan: Pada penelitian ini, sebagian kasus ekshumasi tidak efektif karena minimnya kasus yang ditemukan dan sebagian kasus sudah dilakukan pengawetan.Kata kunci: saat kematian, ekshumasi
POLA LUKA PADA KASUS KECELAKAAN LALU LINTAS DI BLU RSU PROF. DR. R.D. KANDOU MANADO PERIODE 2010-2011 Angela, Zella Anggy; Tomuka, Djemmy Ch.; Siwu, James
e-Biomedik Vol 1, No 1 (2013): eBiomedik
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35790/ebm.v1i1.4619

Abstract

Abstract: Traffic accident still the one of the world’s public health problems. The number of traffic accidents cases has increased each year. According to the report of Badan Pusat Statistik Republik Indonesia, in 2008 the number of the traffic accidents found 59.164 cases, in 2009 found 62.960 cases, and keep rose in 2010 found 66.488 cases. Every cases of traffic accidents cause the various of some injuries pattern. The distribution victims characteristics of the traffic accident particularly found in the productive age and dominated by male. This research aimed to know how the injuries pattern of accident traffic cases at BLU RSU Prof. Dr. R. D. Kandou Manado period 2010-2011. This research designed in retrospective descriptive. The result of this research found that has increased cases of traffic accident on period 2010-2011. This cases dominated by male, with the most of interval age included on 11-20 years and 21-30 years. The most number of traffic accident injuries was superficial injuries, with the most location of injuries was found on the head and the neck. Kind of traffic accident most found on the motorcycle driver case. Key word: Injuries pattern of traffic accident.     Abstrak: Kecelakaan lalu lintas sampai saat ini masih merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat di seluruh dunia. Jumlah kasus kecelakaan lalu lintas  dari tahun ke tahun terus meningkat. Menurut data Badan Pusat Statistik Republik Indonesia, pada tahun 2008 jumlah kasus kecelakaan lalu lintas terdapat 59.164 kasus, kemudian meningkat di tahun 2009 dengan jumlah 62.960 kasus, dan terus meningkat di tahun 2010 dengan jumlah 66.488 kasus kecelakaan lalu lintas. Setiap kasus kecelakaan lalu lintas menyebabkan adanya suatu pola luka yang berbeda-beda. Dengan distribusi korban kecelakaan lalu lintas terutama kelompok usia produktif dan lebih didominasi kaum laki-laki. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana pola luka pada kasus kecelakaan lalu lintas yang masuk di Bagian Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal BLU RSU Prof. Dr. R. D. Kandou Manado periode 2010-2011. Penelitian ini bersifat retrospektif deskriptif. Pada hasil penelitian didapatkan bahwa dari tahun 2010 sampai tahun 2011 terjadi peningkatan kasus kematian karena kecelakaan lalu lintas. Jenis kelamin didominasi oleh laki-laki, dengan umur terbanyak pada interval 11-20 tahun dan 21-30 tahun. Jumlah luka terbanyak yang ditemukan adalah luka lecet, dengan lokasi luka tersering yaitu pada bagian kepala dan leher. Jenis kecelakaan terbanyak ditemukan pada pengemudi sepeda motor. Kata Kunci: Pola luka pada kecelakaan lalu lintas.
GAMBARAN KASUS KEMATIAN PADA KORBAN TERPAPAR ALKOHOL YANG DIAUTOPSI DI BAGIAN ILMU KEDOKTERAN FORENSIK DAN MEDIKOLEGAL RSUP PROF. DR. R. D. KANDOU PERIODE 2014 - 2017 Pangemanan, Angela A.; Siwu, James; Mallo, Nola T. S.
JURNAL BIOMEDIK : JBM Vol 10, No 3 (2018): JURNAL BIOMEDIK : JBM
Publisher : UNIVERSITAS SAM RATULANGI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35790/jbm.10.3.2018.21987

Abstract

Abstract: Alcohol is an addictive substance that could cause adverse effects to human body. Moreover, it is also related to a variety of criminal acts. North Celebes is one of the provinces with the highest alcohol consumption in Indonesia. This study was aimed to describe the death cases exposed to alcohol that were autopsied at Prof. Dr. R. D Kandou Hospital Manado during 2014-2017. This was a descriptive retrospective study using data of visum et repertum. The results showed that there were 17 death cases exposed to alcohol. The majority were in 2016 as many as 6 cases (35.3%). The most common age group was 26-35 years as many as 7 cases (41.2%). All cases were males (100%). The most cause of death in these cases were due to violence using sharp objects as many as 15 cases (88.2%). Conclusion: Most death cases exposed to alcohol were males aged 26-35 years, and the cause of death was violence using sharp object.Keywords: alcohol, death casesAbstrak: Alkohol adalah zat adiktif yang dapat berdampak buruk bagi tubuh manusia serta terkait juga dengan berbagai tindakan kriminalitas. Sulawesi Utara merupakan salah satu provinsi dengan konsumen alkohol terbanyak di Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran kasus kematian pada korban terpapar alkohol yang diautopsi di RSUP Prof. Dr. R. D Kandou periode 2014-2017. Jenis penelitian ialah deskriptif retrospektif menggunakan data hasil visum et repertum. Jenis penelitian ialah deskriptif retrospektif. Hasil penelitian mendapatkan 17 kasus kematian korban terpapar alkohol. Kasus terbanyak pada tahun 2016 yaitu 6 kasus (35,3%). Kelompok usia terbanyak 26-35 tahun yaitu 7 kasus (41,2%) dan jenis kelamin laki-laki (100%). Penyebab kematian terpapar alkohol terbanyak karena kekerasan benda tajam yaitu 15 kasus (88,2%). Simpulan: Sebagian besar kasus kematian akibat terpapar alkohol berada dalam kelompok usia 26-35 tahun, semua berjenis kelamin laki-laki, dengan jenis penyebab kematian akibat kekerasan benda tajam.Kata kunci: alkohol, kasus kematian
Gambaran pemeriksaan gigi untuk identifikasi korban meninggal di Bagian Kedokteran Forensik dan Medikolegal RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado tahun 2010 – 2015 Tandaju, Cornelius F.; Siwu, James; Hutagalung, Bernart S. P.
e-GiGi Vol 5, No 1 (2017): e-GiGi
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35790/eg.5.1.2017.15534

Abstract

Abstract: Recently, there were many disasters that led to large numbers of human victims. Identification is important not only to analyze the cause of death, but also to provide psychological tranquility for the families with certainty of the victim identity. Tooth is resistant to high temperature due to its less organic tissue, therefore, it is very helpful in the identification of the victim on fire. Dental examination is an accurate and easily done method for the identification of a dead victim. This study was aimed to obtain the profile of dental examination in the identification of the dead victims at the Forensic and Medicolegal Department, Prof. Dr. R. D. Kandou Hospital Manado, from 2010 through 2015. This was a retrospective study. The result showed that there were 378 deaths in that period. There were 8 dead victims with dental examination; one of them had no identity. Conclusion: Most dead victims with dental examination at Prof. Dr. R. D. Kandou Hospital Manado had their identities.Keywords: identification of dead bodies, tooth examinationAbstrak: Beberapa tahun terakhir ini banyak kejadian bencana yang menyebabkan jumlah korban manusia yang besar. Proses identifikasi menjadi penting bukan hanya untuk menganalisis penyebab suatu kematian, namun juga upaya untuk memberikan ketenangan psikologis pada keluarga dengan adanya kepastian identitas korban. Gigi memiliki ketahanan terhadap temperatur yang tinggi sehingga sangat bermanfaat dalam identifikasi pada korban terbakar. Hal ini disebabkan sedikitnya jaringan organik yang dikandungnya. Pemeriksaan gigi dalam pengenalan jenazah merupakan metode yang akurat dan mudah dilakukan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran pemeriksaan gigi untuk identifikasi korban meninggal di Bagian Kedokteran Forensik dan Medikolegal RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado periode tahun 2010-2015. Jenis penelitian ini ialah retrospektif. Hasil penelitian mendapatkan data 378 korban meninggal yang masuk di Bagian Kedokteran Forensik dan Medikolegal RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado pada tahun 2010-2015. Terdapat 8 korban meninggal dengan pemeriksaan gigi; 1 korban tidak memiliki identitas. Simpulan: Sebagian besar korban meninggal dengan pemeriksaan gigi di RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado memiliki identitas.Kata kunci: identifikasi jenazah, pemeriksaan gigi
POLA KEKERASAN PADA KORBAN KEJAHATAN SEKSUAL YANG MENINGGAL DAN DI PERIKSA DI RSUP PROF. DR. R . D. KANDOU MANADO Pongoh, Angelique; Mallo, Johannis; Siwu, James
e-CliniC Vol 1, No 2 (2013): Jurnal e-CliniC
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35790/ecl.v1i2.3298

Abstract

Abstracts: Violence act or behavior is a condition in which individual does or attack another or environment. The violence with sexual harassment includes: flirt, rouge whistling, comment connoting sex, porn humor, pinch, poke, pat or touch on certain body parts, certain movements or sexual signals, dating invitation with threats, and sexual solicitation to sexual rape. In the examination of dead victims of sexual crimes it is often found that the violence occured on the victim's body. This research aims to help doctors and medical staff to be able to know the pattern of violence on the dead victims caused by sexual crimes and to perform the Visum Et Repertum on each victim properly, and also to help the investigators to establish the severity of the punishment on the perpetrators of sexual crimes in Manado. The research design is a cross sectional description taking secondary data from medical records at BLU SMF Prof.Dr. R. D Kandou hosptal, Manado. The pattern of violence found in this research shows that in fact the area of body that often happens crimes causing by sexual violence is at the head and neck parts (42.1%) and extremities (38.1%). Keyword: Sexual harassment, victim, violence   Abstrak: Tindakan kekerasan atau perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana individu melakukan atau menyerang orang lain atau lingkungan. Adapun kekerasan dengan pelecehan seksual, meliputi: main mata, siulan nakal, komentar yang berkonotasi seks, humor porno, cubitan, colekan, tepukan atau sentuhan di bagian tubuh tertentu, gerakan tertentu atau isyarat yang bersifat seksual, ajakan berkencan dengan ancaman, ajakan melakukan hubungan seksual sampai perkosaan. Dalam pemeriksaan korban mati dengan kejahatan seksual sering didapati kekerasan – kekerasan yang terjadi di tubuh korban. Penelitian ini bertujuan untuk membantu para dokter dan tenaga medis agar dapat mengetahui pola kekerasan pada korban mati karena kejahatan seksual dan agar setiap dokter dapat melaksanakan Visum Et Repertum pada setiap korban dengan baik dan benar, serta dapat membantu para penyidik untuk menegakkan berat ringannya hukuman pada pelaku kejahatan seksual di Manado.Desain penelitian ini bersifat deskriptif cross sectional mengambil data sekunder dari rekam medis di SMF BLU RSUD Prof.Dr. R. D Kandou Manado. Pola kekerasan yang didapati pada penelitian ini menunjukan bahwa ternyata daerah pada tubuh yang sering terjadi kekerasan karena kejahatan seksual ialah pada daerah kepala dan leher (42,1%), dan ekstrimitas (38,1%).Kata Kunci: Pelecehan seksual, korban, kekerasan
HASIL VISUM ET REPERTUM KORBAN PERKOSAAN DI RS.BHAYANGKARA MANADO TAHUN 2012 Pemasela, Irianti; Siwu, James; Tomuka, Djemi
e-CliniC Vol 3, No 3 (2015): Jurnal e-CliniC (eCl)
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35790/ecl.3.3.2015.10154

Abstract

Abstract: Visum et repertum is a description made by a doctor at the request of official investigator about the results of medical examination on human, whether alive or dead, or which suspected as part of human's body, based on medical sciences and under the oath for the sake of judiciary. The increasing of rape cases are related to the socio-cultural aspect. The culture is increasingly open, the way woman's dress also more tempting than before, and sometimes with variety of expensive jewelry, the habit to traveling alone are dominant factors that affect the high frequency of rape cases. This study aimed to find out the results of visum et repertum on rape victims in 2012 at Bhayangkara Manado Hospital. The study design used is descriptive using secondary data from rape victims at Bhayangkara Manado Hospital. The results of this study from 100 samples is 28 people was pregnant and 72 people was not pregnant, obtained from distribution of visum are 60 people does not take the visum results, obtained from distribution by age mostly from age 15 are 16 people, obtained from distribution based on resort is Polresta Manado, obtained from distribution based on signs of violence that proved the existence of copulation are only 1 people. This study proves that the results of Visum et Repertum can be found in existence of sexual violence to victims.Keywords: visum et repertum , rape victimsAbstrak: Visum et repertum adalah keterangan yang di buat oleh dokter atas permintaan penyidik yang wenang mengenai hasil pemeriksaan medik terhadap manusia, baik hidup atau mati ataupun bagian atau diduga bagian dari tubuh manusia, berdasarkan keilmuannya dan di bawah sumpah, untuk kepentingan peradilan. Meningkatnya kasus perkosaan yang terkait pula dengan aspek sosial budaya. Budaya semakin terbuka, pergaulan yang semakin bebas, cara berpakaian perempuan yang semakin merangsang, dan kadang-kadang dengan berbagai perhiasan mahal, kebiasaan bepergian jauh sendiri, adalah faktor-faktor dominan yang juga mempengaruhi tingginya frekuensi kasus perkosaan. Tujuan penelitian untuk mengetahui hasil visum et repertum korban perkosaan tahun 2012 di RS. Bhayangkara Manado. Desain penelitian yang digunakan adalah deskriptif dengan menggunakan data sekunder korban perkosaan di RS. Bhayangkara Manado. Hasil penelitian yang di dapat dari 100 sampel yang didapatkan 28 orang yang hamil dan 72 orang tidak hamil, dari distribusi visum didapatkan ada 60 orang yang tidak mengambil hasil visum, dari distribusi umur didapatkan yang terbanyak pada umur 15 tahun yaitu 16 orang, dari distribusi resor terbanyak polresta manado, dari distribusi tanda kekerasan yang terbukti adanya persetubuhan 1 orang. Penelitian ini membuktikan bahwa hasil visum et repertum bisa ditemukan adanya kekerasan seksual yang di alami korban.Kata kunci: visum et repertum, korban perkosaan
Pola Luka pada Korban Meninggal akibat Kekerasan Tajam yang Diautopsi di RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Tahun 2014 Karwur, Brenda; Siwu, James; Mallo, Johannis F.
Medical Scope Journal Vol 1, No 1 (2019): Medical Scope Journal
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35790/msj.1.1.2019.26874

Abstract

Abstract : Violence due to sharp objects can cause injuries to the body in the forms of stab wound, incised wound, and chop wound. This study was aimed to determine the pattern of wounds in death victims due to sharp violence at the Forensic Medicine Department of Prof. Dr. R. D. Kandou Hospital Manado in 2014. This was a retrospective descriptive study using data of visum et repertum. The results showed that there were 27 autopsied victims killed due to sharp violence. Males (88.4%) and age of 21-30 years (37%) were predominant. The most common type of wound was stab wounds (76.9%), followed by chop wounds (15.4%), and incised wounds (7.7%). Based on the wound location, left chest had the highest percentage (42.4%). In conclusion, the most common death victims due to sharp objects were males, aged 21-30 years, with incised wound into the left-sided chest.Keywords: wound pattern, sharp violence Abstrak: Kekerasan akibat benda tajam dapat menyebabkan luka pada tubuh yang dapat berupa luka tusuk, luka iris dan luka bacok. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pola luka pada kematian akibat kekerasan tajam di Bagian Ilmu Kedokteran Forensik RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado tahun 2014. Kenis penelitian ialah deskriptif retrospektif dengan menggunakan data hasil visum et repertum tahun 2014. Hasil penelitian mendapatkan bahwa jumlah korban meninggal akibat kekerasan tajam yang diautopsi sebanyak 27 korban, didominasi oleh jenis kelamin laki-laki (88,4%), dan umumnya dari kalangan muda 21-30 tahun (37%). Berdasarkan jenis luka didapatkan luka tusuk sebesar 76,9%, luka bacok 15,4%, dan luka iris 7,7%. Berdasarkan lokasi, luka pada bagian dada kiri memiliki persentase tertinggi yaitu sebesar 42,4%. Simpulan penelitian ini ialah korban meninggal akibat kekerasan tajam yang terbanyak ialah berjenis kelamin laki-laki, kategori usia 21-30 tahun, dengan luka tusuk lokasi pada dada kiri.Kata kunci: pola luka, kekerasan tajam