Claim Missing Document
Check
Articles

Found 18 Documents
Search

PREVALENSI HIPERURISEMIA PADA REMAJA OBES DI SMK NEGERI 1 BITUNG MONANGIN, PRILLY; Manampiring, Aaltje; Kepel, Billy
e-Biomedik Vol 1, No 3 (2013): eBiomedik
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35790/ebm.v1i3.3274

Abstract

ABSTRAKAsam urat adalah hasil akhir metabolisme zat purin yang berasal dari sisa makanan yang kita konsumsi. Zat purin terdapat dalam setiap bahan makanan yang kita konsumsi baik hewan maupun tumbuhan. Beberapa studi menunjukkan hubungan antara asam urat dengan hipertensi, obesitas, penyakit ginjal dan penyakit kardiovaskuler. Faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian hiperurisemia adalah jenis kelamin, IMT, asupan karbohidrat dan asupan purin. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui prevalensi obesitas pada remaja di SMK Negeri 1 Bitung dan prevalensi hiperurisemia pada remaja obes di SMK Negeri 1 Bitung. Metode yang digunakan adalah observasional dengan pendekatan cross sectional. Data diperoleh dengan melakukan pengukuran lingkar pinggang dan pemeriksaan laboratorium yaitu pengambilan spesimen darah untuk pemeriksaan kadar asam urat. Dari 100 siswa yang mewakili remaja yang diskrining dengan pengukuran lingkar pinggang, siswa yang termasuk kriteria obes adalah 24 siswa (24%) dan siswa non obes 76 siswa (76%) . Sebanyak 10 siswa yang memenuhi kriteria obes yang diperiksa kadar asam urat terdapat 1 siswa perempuan (1%) yang mengalami hiperurisemia. Sebagai kontrol dari penelitian dilakukan pemeriksaan terhadap 10 siswa non obes untuk diperiksa kadar asam urat, terdapat 6 siswa (6%) yang mengalami hiperurisemia yang terdiri dari 2 siswa laki-laki (2%) dan 4 siswa perempuan (4%). Prevalensi remaja obes di kota Bitung cukup tinggi (24%) dengan kejadian hiperurisemia dari 10 siswa yang memenuhi kriteria obes dan bersedia dijadikan subjek penelitian adalah 1 siswa (1%) dan kejadian hiperurisemia dari 10 siswa non obes yang bersedia dijadikan subjek penelitian adalah 6 siswa (6%). Dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan hiperurisemia dengan obesitas.Kata Kunci : Hiperurisemia, remaja, obesitas sentral.ABSTRACTUric acid is an end product of purine metabolism of substances derived from the rest of the food we eat. Substances contained in any materials purine foods we eat both animals and plants. Some studies show an association between uric acid with hypertension, obesity kidney disease and cardiovasculer disease. The associated factors with the encidance of hyperuricemia is sex, BMI, carbohydrate intake, and intake of purines. This study aimed to determine the prevalence of obesity among adolescents in SMK Negeri 1 Bitung and prevalence of hyperuricemia in obese adolescents at SMK Negeri 1 Bitung. The method was used an observational cross-sectional approach. Data obtained by measuring waist circumference and laboratory examinations are taking blood specimens for examination uric acid levels. From the 100 students representing adolescents were screened by measuring waist circumference, which includes criteria obese students is 24 students (24 %) and non-obese students (76 %). A total of 10 students who met the criteria were examined obese uric acid levels, there was 1 female students (1%) who had hyperuricemia. As control of the research conducted checks on 10 non-obese students to examine the levels of uric acid, there were 6 students (6%) who hyperuricemia consisting of 2 boys (2%) and 4 female students (4%). The prevalence of obese adolescents in biutng quite high (24%) and the incidane of hyperuricemia 10 students who meet the criteria and are willing to be obese subjects is 1 students (1%) and the incidance of hyperuricemia of 10 students who are willing to serve non-obese subjects were 6 students (6%). It was concluded that tehere wass no association the obesity with hyperuricemia.Keywords: Hyperuricemia, adolescents, central obesity
PKM PRIA KAUM BAPA DAN WANITA KAUM IBU UNTUK PENYULUHAN OSTEOARTHRITIS di JEMAAT GMIM EL-MANIBANG KELURAHAN MALALAYANG II Kec. MALALAYANG KOTA MANADO PROVINSI SULAWESI UTARA Engka, Joice Nancy A.; Manampiring, Aaltje; Polii, Hedison
JURNAL LPPM BIDANG SAINS DAN TEKNOLOGI Vol 5, No 1 (2018)
Publisher : JURNAL LPPM BIDANG SAINS DAN TEKNOLOGI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Prevalensi osteoarthritis total di Indonesia 34,3 juta orang pada tahun 2002 dan mencapai 36,5 juta orang pada tahun 2007. Diperkirakan 40% dari populasi usia diatas 70 tahun menderita osteoarthritis, dan 80% pasien osteoarthritis mempunyai keterbatasan gerak dalam berbagai derajat dari ringan sampai berat yang berakibat mengurangi kualitas hidupnya . Oleh karena sifatnya yang kronik-progresif, osteoarthritis mempunyai dampak sosio-ekonomi yang besar, baik di negara maju maupun di negara berkembang. Diperkirakan 1 sampai 2 juta orang lanjut usia di Indonesia menderita cacat karena osteoarthritis . Prevalensi osteoarthritis lutut pada pasien wanita berumur 75 tahun ke atas dapat mencapai 35% dari jumlah kasus yang ada.(Soeroso,2006) Kelurahan Malalayang II merupakan salah satu kelurahan dari 9 Kelurahan yang ada di Kecamatan Malalayang yang terletak di Wilayah Kotamadya Manado bagian Selatan Propinsi Sulawesi Utara. Kelurahan ini memiliki beberapa denominasi jemaat, salah satunya GMIM El- Manibang yang terdiri dari 20 kolom dengan jumlah anggota yang berusia produktif sekitar 50 % . Hasil diskusi informal dengan para Pria Kaum Bapa (PKB) dan Wanita Kaum Ibu (WKI) pada umumnya mengalami masalah pada persendian teristimewa pada bagian lutut , hal ini disebabkan Lokasi dari anggota jemaat Gereja El Manibang berada di Jalan Manibang yang jalannya seperti perbukitan dengan tanjakan yang naik dan turun. Program penyuluhan kesehatan mengenai osteoartritis yang meliputi penyebab, gejala, penanganan dan pencegahannya. Penyuluhan ini telah diikuti oleh 36 orang terdiri dari PKB 15 orang dan WKI 21 orang.. Adanya peningkatan pengetahuan dengan menjalankan kuesioner sebelum dan sesudah penyuluhan.__________________________________________________________________________Keywords : ostheoarthritis.
Molecular Docking Senyawa Gingerol dan Zingiberol pada Tanaman Jahe sebagai Penanganan COVID-19 Ratu, Belinda D. P. M.; Bodhi, Widdhi; Budiarso, Fona; Kepel, Billy J.; Fatimawali, .; Manampiring, Aaltje
eBiomedik Vol 9, No 1 (2021): eBiomedik
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35790/ebm.9.1.2021.32361

Abstract

Abstract: COVID-19 is a new disease. Many people feel the impact of this disease. There is no definite cure for COVID-19, so many people use traditional medicine to ward off COVID-19, including ginger. This study aims to determine whether there is an interaction between compounds in ginger (gingerol and zingiberol) and the COVID-19’s main protease (6LU7). This study uses a molecular docking method using 4 main applications, namely Autodock Tools, Autodock Vina, Biovia Discovery Studio 2020, and Open Babel GUI. The samples used were gingerol and zingiberol compounds in ginger plants downloaded from Pubchem. The data used in this study used Mendeley, Clinical Key, and PubMed database. The study showed that almost all of the amino acid residues in the gingerol compound acted on the 6LU7 active site, whereas the zingiberol did not. The results of the binding affinity of ginger compounds, both gingerol and zingiberol, do not exceed the binding affinity of remdesivir, a drug that is widely researched as a COVID-19 handling drug. In conclusion, gingerol and zingiberol compounds in ginger can’t be considered as COVID-19’s treatment.Keywords: molecular docking, gingerol, zingiberol Abstrak: COVID-19 merupakan sebuah penyakit yang baru. Banyak masyarakat yang merasakan dampak dari penyakit ini. Belum ada pengobatan pasti untuk menyembuhkan COVID-19, sehingga banyak masyarakat yang menggunakan pengobatan tradisional untuk menangkal COVID-19, termasuk jahe. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah ada interaksi antara senyawa pada jahe (gingerol dan zingiberol) dengan main protease COVID-19 (6LU7). Penelitian ini menggunakan metode molecular docking dengan menggunakan 4 aplikasi utama, yaitu Autodock Tools, Autodock Vina, Biovia Discovery Studio 2020, dan Open Babel GUI. Sampel yang digunakan yaitu senyawa gingerol dan zingiberol pada tanaman jahe yang diunduh di Pubchem. Data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan database Mendeley, Clinical Key, dan PubMed. Penelitian menunjukkan bahwa hampir semua residu asam amino pada senyawa gingerol bekerja pada sisi aktif 6LU7, sedangkan tidak demikian pada zingiberol. Hasil binding affinity senyawa jahe, baik gingerol maupun zingiberol tidak  melebihi binding affinity remdesivir, obat yang banyak diteliti sebagai obat penanganan COVID-19. Sebagai simpulan, senyawa gingerol dan zingiberol pada tanaman jahe tidak dapat dipertimbangkan sebagai penanganan COVID-19Kata Kunci: molecular docking, gingerol, zingiberol
Molecular Docking terhadap Senyawa Isoeleutherin dan Isoeleutherol sebagai Penghambat Pertumbuhan SARS-CoV-2 Prasetio, Nathanael F.; Kepel, Billy J.; Bodhi, Widdhi; Fatimawali, .; Manampiring, Aaltje; Budiarso, Fona
e-Biomedik Vol 9, No 1 (2021): eBiomedik
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35790/ebm.v9i1.31809

Abstract

Abstract: Dayak onions are herbal plants used by Indonesians as an anti-inflammatory, anticancer, antimicrobial, antidiabetic, antihypertensive and antiviral. By consuming herbal plants, it can increase immunity which is the main key in preventing the virus, especially COVID-19. This study was aimed to determine the effect of dayak active compound anchoring on the growth of the corona virus. This study used molecular docking method. The results of visualization of molecular docking when compared to the binding affinity of remdesivir obtained a binding affinity of -7.3, while the binding affinity of isoeleutherin and isoeleutherol was -6.9, so the result was lower than remdesivir. isoeleutherin and isoeleutherol compounds have a lower binding affinity value than remdesivir, so isoeleutherin and isoeleutherol compounds have lower yields as inhibitors of COVID-19.Keywords: dayak onions, SARS-CoV-2, molecular docking  Abstrak: Bawang Dayak merupakan tanaman herbal yang digunakan masyarakat Indonesia sebagai antiinflamasi, antikanker, antimikroba, antidiabetes, antihipertensi dan antivirus. Dengan mengkonsumsi tanaman herbal dapat meningkatkan kekebalan tubuh yang menjadi kunci utama dalam mencegah virus terlebih COVID-19. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penambatan senyawa aktif bawang dayak terhadap pertumbuhan dari corona virus. Jenis penelitian ini menggunakan metode penelitian penambatan molekul (molecular docking). Hasil visualisasi molecular docking jika dibandingkan binding affinity dari remdesivir didapatkan binding affinity yaitu -7,3 sedangkan binding affinity dari isoeleutherin dan isoeleutherol adalah -6,9, maka diperoleh hasil yang lebih rendah dari remdesivir. senyawa isoeleutherine dan isoeleutherol memiliki nilai binding affinity yang lebih rendah dari remdesivir, maka senyawa isoeleutherin dan isoeleutherol memiliki hasil yang lebih rendah sebagai penghambat COVID-19.Kata Kunci: bawang dayak, SARS-CoV-2, molecular docking
Molekuler Docking tehadap Senyawa Eugenol dan Myricetin pada Tanaman Cengkeh (Syzygium aromaticum) sebagai Penghambat Pertumbuhan SARS-CoV-2 Gerungan, Yizreel Y.; Kepel, Billy J.; Fatimawali, .; Manampiring, Aaltje; Budiarso, Fona D.; Bodhi, Widdhi
e-Biomedik Vol 9, No 1 (2021): eBiomedik
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35790/ebm.v9i1.31748

Abstract

Abstract: Cloves contain many chemical compounds that can be used for health. COVID-19 is a disease that is shaking the world today. Many people feel the impact of this disease. Until now, there is no definite cure and vaccine for the handling of COVID-19.  Objective to determine the interaction between compounds in cloves (eugenol and myricetin) and the main protease COVID-19 (6LU7). This study use a molecular docking, method using 4 main applications: autodock tools, autodock vina, biovia discovery studio and open babel. This study showed that almost all amino acid residues in the eugenol and myricetin compounds worked on the 6LU7 active site. The binding affinity of eugenol compounds in clove plants does not exceed the binding affinity of remdesivir, a drug studied as a drug for handling COVID-19, while the binding affinity of myricetin compounds in cloves plant exceeds the binding affinity of remdesivir. In conclusion, myricetin compounds have better results for use as a growth inhibitor for COVID-19 than eugenol.Key words: Cloves, COVID-19, molecular docking.  Abstrak: Cengkeh memiliki banyak kandungan senyawa kimia yang dapat dimanfaatkan bagi kesehatan. COVID-19 merupakan penyakit yang mengguncang dunia saat ini. Banyak masyarakat yang merasakan dampak dari penyakit ini. Hingga saat ini belum ada obat dan vaksin yang pasti untuk penanganan COVID-19. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui interaksi antara senyawa pada cengkeh (eugenol dan myricetin) dengan main protease COVID-19 (6LU7). Jenis penelitian ini menggunakan metode molekuler docking dengan menggunakan 4 aplikasi utama: autodock tools, autodock vina, biovia discovery studio dan open babel. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa hampir semua residu asam amino pada senyawa eugenol dan myricetin bekerja pada sisi aktif 6LU7. Hasil binding affinity senyawa eugenol pada tumbuhan cengkeh tidak melebihi binding affinity dari remdesivir, obat yang diteliti sebagai obat penanganan COVID-19, sedangkan hasil binding affinity senyawa myricetin pada tumbuhan cengkeh melebihi binding affinity dari remdesivir. Simpulan penelitian ini ialah senyawa myricetin memiliki hasil yang lebih baik untuk digunakan sebagai penghambat pertumbuhan COVID-19 dari pada eugenol.Kata kunci: Cengkeh, COVID-19, molekuler docking.
Penyuluhan Pembuatan Permen Jahe-Nanas Sebagai Suplemen Antioksidan pada Kelompok Ibu-Ibu Majelis Taklim Al-Hidayah Kelurahan Malendeng Fatimawali, Fatimawali; Kepel, Billy; Bodhi, Widdhi; Manampiring, Aaltje; Budiarso, Fona; Yamlean, Paulina; Ekawati Tallei, Trina
The Studies of Social Sciences Vol. 6 No. 2 (2024): The Studies of Social Sciences
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35801/tsss.v6i2.56832

Abstract

dimanfaatkan dan diolah secara tradisional sebagai pencegahan maupun pengobatan suatu penyakit. Sampai saat ini keberadaan obat tradisional jamu terus berkembang karena sebagian besar masyarakat mengkonsumsi jamu yang memberikan manfaat kesehatan baik untuk pencegahan dan pengobatan terhadap suatu penyakit maupun meningkatkan stamina tubuh. Tujuan penyuluhan ini adalah untuk memberikan pengetahuan mengenai manfaat tanaman obat tradisional jahe yang dapat dicampur dengan nanas untuk diolah menjadi permen yang bermanfaat sebagai suplemen antioksidan. Kegiatan pengabdian pada masyarakat ini dilakukan penyuluhan pada Ibu-ibu Majelis Taklim Al-Hidayah Kelurahan Malendeng Kecamatan Paal 2 Kota Manado, Provinsi Sulawesi Utara. Pelaksanan dimulai dengan penyuluhan pentingnya pemeriksaan kesehatan secara rutin dan dilanjutkan dengan pemeriksaan tekanan darah, kolesterol, asam urat dan gula darah kepada ibu-ibu Majelis Taklim Al-Hidayah. Setelah penyuluhan kesehatan, dilanjutkan dengan penyuluhan pembuatan permen jahe-nanas sebagai minuman suplemen antioksidan yang aman dan dapat dibuat secara sederhana dan dapat dikonsumsi setiap hari. Berdasarkan hasil pemeriksaan kesehatan, ada beberapa ibu yang mempunyai tekanan darah, kadar asam urat, kolesterol dan gula darah yang berada diatas kondisi normal. Ibu-ibu Majelis Taklim juga mengetahui manfaat tanaman obat tradisional jahe dan nanas serta dapat mengetahui cara pembuatan permen jahe sebagai suplemen antioksidan yang dapat meningkatkan stamina tubuh. Disarankan kepada ibu-ibu untuk secara rutin mengunjungi puskesmas setempat untuk menjalani pemeriksaan dan pengobatan demi menjaga kondisi kesehatan tetap normal.
Efficacy of Purple Chrysanthemum Ethanol Extract in Inhibiting Staphylococcus aureus and Escherichia coli Growth Paukiran, Degol; Budiarso, Fona; Manampiring, Aaltje; Fatimawali, Fatimawali; Kepel, Billy Johnson; Bodhi , Widdhi
Grimsa Journal of Science Engineering and Technology Vol. 3 No. 1 (2025): April 2025
Publisher : Graha Primera Saintifika

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.61975/gjset.v3i1.63

Abstract

Staphylococcus aureus, a Gram-positive bacterium, and Escherichia coli, a Gram-negative bacterium, are known to cause both enteric and systemic infections in humans. The improper use of antibiotics has often been associated with the emergence of antibiotic resistance. Purple chrysanthemum (Chrysanthemum morifolium) has shown significant potential as an alternative treatment, owing to its strong antioxidant, anti-inflammatory, and antibacterial properties. These properties are attributed to the presence of bioactive compounds such as polyphenols, flavones, essential oils, and other phytochemicals. This study aimed to identify secondary metabolites and evaluate the antibacterial activity of ethanol extracts from purple chrysanthemum (Chrysanthemum morifolium). The extraction process was conducted using Ultrasonic-Assisted Extraction (UAE), and the antibacterial activity was assessed using the disc diffusion method at extract concentrations of 12.5%, 25%, and 50%, with ciprofloxacin serving as the positive control. Phytochemical screening revealed the presence of alkaloids, flavonoids, tannins, phenolics, and steroids in the ethanol extract of purple chrysanthemum. Importantly, all ethanol extracts demonstrated antibacterial activity. The highest inhibition zones were observed at a 50% concentration, with S. aureus showing an inhibition zone of 12.35 ± 0.4 mm, while E. coli exhibited an inhibition zone of 15.08 ± 0.22 mm.
Investigating the Anti-Inflammatory Potential of Ethanol Extracts from Purple Chrysanthemum Flowers Sumakul, Gilbert Samuel; Fatimawali, Fatimawali; Bodhi, Widdhi; Budiarso, Fona Hermina Dwiana; Kepel, Billy Johnson; Manampiring, Aaltje
Grimsa Journal of Science Engineering and Technology Vol. 3 No. 2 (2025): October 2025 (In Press)
Publisher : Graha Primera Saintifika

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.61975/gjset.v3i2.69

Abstract

Indonesia has high biodiversity, with around 9,600 species of flora possessing medicinal properties. One such plant is the purple chrysanthemum (Chrysanthemum morifolium), which is rich in bioactive compounds with anti-inflammatory potential. The purple chrysanthemum is used in traditional medicine to treat various diseases and has demonstrated significant anti-inflammatory activity in vitro. Given the high prevalence of inflammatory diseases in Indonesia and the side effects associated with conventional drugs, this plant is considered a promising alternative therapy that may be safer and more effective. The aim of this study was to identify the phytochemical compounds and evaluate the anti-inflammatory activity of an ethanol extract from purple chrysanthemum flowers (Chrysanthemum morifolium) in vitro. The extract was prepared using 96% ethanol, and its anti-inflammatory activity was assessed using the red blood cell membrane stabilization method. Blood samples were collected from Wistar rats. The inhibitory concentration (IC50) values of the extract and Diclofenac Sodium were 203.08 ppm and 224.04 ppm, respectively. These findings indicate that the ethanol extract of purple chrysanthemums exhibits anti-inflammatory activity