Claim Missing Document
Check
Articles

Found 12 Documents
Search

TEKNOLOGI TEPAT GUNA PENGOLAHAN LIMBAH TEKSTIL BAGI INDUSTRI TENUN BINTANG TIMURTEKNOLOGI TEPAT GUNA PENGOLAHAN LIMBAH TEKSTIL BAGI INDUSTRI TENUN BINTANG TIMUR Yuningrat, Ni Wayan; Ayuni, Ni Putu Sri; Martiningsih, Ni Wayan; Gunamantha, I Made; Widana, Gede Agus Beni
JURNAL WIDYA LAKSANA Vol 7 No 1 (2018)
Publisher : Universitas Pendidikan Ganesha

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (275.317 KB) | DOI: 10.23887/jwl.v7i1.12673

Abstract

Pada umumnya industri tekstil khususnya tenun menggunakan zat warna sintetis untuk proses pencelupannya, dengan pertimbangan warna yang dihasilkan akan lebih menarik dan tidak mudah pudar. Zat warna yang telah selesai digunakan dalam pencelupan seringkali dibuang langsung ke lingkungan tanpa diolah terlebih dahulu. Hal ini juga dilakukan oleh industri bintang timur, yang mana zat warna hanya ditampung dalam tanah yang digali sedalam 1 meter, sedangkan lokasinya dekat dengan persawahan. Kegiatan pengabdian diawali dengan identifikasi pengetahuan peserta tentang karakteristik, bahaya, penanggulangan dan penanganan awal zat warna tekstil melalui kuisioner. Sosialisasi alat pengolahan limbah dilakukan melalui penyerahan reaktor fotokatalitik fixed bed TiO2-batu apung dan dilanjutkan dengan demonstrasi pengoperasiannya menggunakan zat warna sisa pencelupan. Berdasarkan hasil kuisioner, sebagian besar peserta belum mengetahui karakteristik zat warna tekstil dan proses pengolahan yang diperlukan agar zat warna tekstil tidak mencemari lingkungan. Proses degradasi zat warna tekstil berjalan kurang efektif (26%) yang disebabkan kurangnya sinar matahari yang diperlukan untuk proses fotodegradasi tersebut. Pada umumnya industri tekstil khususnya tenun menggunakan zat warna sintetis untuk proses pencelupannya, dengan pertimbangan warna yang dihasilkan akan lebih menarik dan tidak mudah pudar. Zat warna yang telah selesai digunakan dalam pencelupan seringkali dibuang langsung ke lingkungan tanpa diolah terlebih dahulu. Hal ini juga dilakukan oleh industri bintang timur, yang mana zat warna hanya ditampung dalam tanah yang digali sedalam 1 meter, sedangkan lokasinya dekat dengan persawahan. Kegiatan pengabdian diawali dengan identifikasi pengetahuan peserta tentang karakteristik, bahaya, penanggulangan dan penanganan awal zat warna tekstil melalui kuisioner. Sosialisasi alat pengolahan limbah dilakukan melalui penyerahan reaktor fotokatalitik fixed bed TiO2-batu apung dan dilanjutkan dengan demonstrasi pengoperasiannya menggunakan zat warna sisa pencelupan. Berdasarkan hasil kuisioner, sebagian besar peserta belum mengetahui karakteristik zat warna tekstil dan proses pengolahan yang diperlukan agar zat warna tekstil tidak mencemari lingkungan. Proses degradasi zat warna tekstil berjalan kurang efektif (26%) yang disebabkan kurangnya sinar matahari yang diperlukan untuk proses fotodegradasi tersebut.
REVITALISASI PENGOLAHAN LIMBAH CAIR BAGI PENGUSAHA HOME INDUSTRY KACANG KACE DI DESA NYANGLAN KLUNGKUNG Tika, I Nyoman; Agustiana, I Gusti Ayu Tri; Martiningsih, Ni Wayan
JURNAL WIDYA LAKSANA Vol 13 No 1 (2024)
Publisher : Universitas Pendidikan Ganesha

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.23887/jwl.v13i1.38466

Abstract

Tujuan ini pengabdian ini adalah  untuk mentransfer teknik  pengolahan limbah cair kepada mitra (pengusaha)  home industri  kacang kace di Desa Nyanglan Klungkung. Metode yang digunakan adalah metode PALS (Participatory Action Learning System), (1) Tahap persiapan /penyadaran (2) Tahap pelaksanaan/pengkapasitasan (3)  Tahap pendampingan, selama 2-3 bulan. Pada tahap pelaksanaan masyarakat dilatih untuk membuat instalasi pengolahan limbah dan pembuatan pupuk menggunakan efektif mikroorganisme.  Hasil kegiatan ini adalah  masyarakat sasaran yaitu: (1)  mampu melakukan  pengolahan  limbah cair menjadi pupuk organik cair,(2) mampu menerapkan instalasi pengolahan limbah yang efektif. (3) Kualitas pupuk organik cair yang dihasilkan rasio N,P dan K berturut-turut  : 12,6 ; 8,7 dan 10,4. Setelah kegiatan transfer teknologi, terjadi respon masyarakat sasaran bahwa kegiatan ini  86 %  menyatakan sangat terbantu , 12%  cukup terbantu dan 2 % biasa saja. Kegiatan P2M ini membutuhkan tindak lanjut pada proses pemasaran pupuk, serta pemanfaatan  limbah yang ramah lingkungan untuk budidaya lele.