Sylvia R. Marunduh
Unknown Affiliation

Published : 13 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 13 Documents
Search

HUBUNGAN INDEKS MASSA TUBUH DENGAN KADAR HEMOGLOBIN PADA REMAJA DI KECAMATAN BOLANGITANG BARAT KABUPATEN BOLAANG MONGONDOW UTARA Sukarno, Karina Janneta; Marunduh, Sylvia R.; Pangemanan, Damajanty H. C.
JKK (Jurnal Kedokteran Klinik) Vol 1, No 1 (2016): JURNAL KEDOKTERAN KLINIK
Publisher : FAKULTAS KEDOKTERAN UNSRAT

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Abstrak: Anemia merupakan salah satu permasalahan kesehatan di dunia terutama negara-negara berkembang termasuk Indonesia. Anemia adalah suatu keadaan dimana kadar hemoglobin dalam darah kurang dari normal. Menurut data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2013, prevalensi anemia di Indonesia yaitu 21,7%, dengan proporsi 20,6% di perkotaan dan 22,8% di pedesaan. Anemia banyak diderita oleh remaja dengan prevalensi sebesar 30-55%. Studi morbiditas pada Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) 2001 menemukan bahwa salah satu faktor resiko anemia adalah pengukuran antropometri. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui indeks massa tubuh dan kadar hemoglobin pada remaja di Bolangitang Barat Kabupaten Bolaang Mongondow Utara. Penelitian ini bersifat observasional analitik dengan rancangan cross sectional study dan menggunakan metode total sampling dalam pengambilan sampel. Untuk menentukan indeks massa tubuh, dilakukan pengukuran antropometri khususnya berat dan tinggi badan terlebih dahulu. Kemudian dilakukan pengambilan darah  dan pemeriksaan hemoglobin dilakukan di laboratorium. Analisa data diolah dengan menggunakan bantuan program SPSS. Didapatkan Indeks Massa Tubuh (IMT) <18,5 yaitu dibawah normal ada 19 subjek (31,67%), sedangkan IMT terbanyak adalah 25-29,9 yaitu obesitas 1 ada 23 subjek (38,33%). Dengan menggunakan korelasi pearson pada tingkat kepercayaan 95%, dari 60 sampel remaja, ditemukan 6 remaja putri dengan kadar hemoglobin rendah. Penelitian ini menunjukkan adanya hubungan antara dengan kadar hemoglobin pada remaja di Bolangitang Barat Kabupaten Bolaang Mongondow Utara. Kesimpulan: Terdapat hubungan antara indeks massa tubuh dan kadar hemoglobin pada remaja di Bolangitang Barat Kabupaten Bolaang Mongondow Utara. Kata kunci: Indeks Massa Tubuh, Kadar Hemoglobin, Remaja. Abstract: Anemia is one of the many global health problems especially found in developing countries, including Indonesia. Anemia is a condition where the hemoglobin level is below a normal level. According to Basic Health Research  in 2013, the prevalence of anemia in Indonesia was 21.7 percent, with 20.6% prevalence found in urban area and 22.8% in rural area. Prevalence of anemia on teenagers were 30-55%. Morbidity study in 2001's Household Health Survey found that one of the risk factor for anemia is anthropometry measurement. This research is aimed at finding the body mass index and hemoglobin level in the youth of West Bolangitan, in North Bolaang Mongondow Regency. This research is done by observational analytic with cross sectional study and total sampling method. Anthropometric measure, especially body weight and height was done to measure body mass index, followed by blood sampling and laboratory test for hemoglobin. Data analysis were done with SPSS program. Body Mass Index of <18,5 or below normal, were found on 19 subjects (31,67%), while the largest group of BMI were found on 23 subjects (38,33%). By using Pearson correlation at the 95% confidence level on a sample of 60 adolescents, six female teenagers were found with low hemoglobin levels. This study shows an association between body mass index with hemoglobin levels in adolescents in West Bolangitang, North Bolaang Mongondow. Conclusion: There is a link between body mass index and hemoglobin levels in adolescents in West Bolangitang, in North Bolaang Mongondow. Keyword: body mass index, hemoglobin, youth
Pengaruh Merokok terhadap Kadar Trombosit Mahasiswa Universitas Sam Ratulangi Assa, Expecially K.; Engka, Joice N. A.; Marunduh, Sylvia R.
e-Biomedik Vol 7, No 1 (2019): eBiomedik
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35790/ebm.v7i1.23533

Abstract

Abstract: Smoking causes various diseases as well as disabilities and endangers almost every organ of the human body. The effect of smoking on the body is inter alia systemic inflammatory response, namely through stimulation of the hematopoietic system (mainly occurs in the bone marrow), resulting in increased production of erythrocytes and leukocytes and decreased MCV and platelets. Smoking affects platelets that causes an increase in the occurence of atherosclerosis and its risk factors due to the increase in the mean platelet volume (MPV). This study was aimed to determine the effect of smoking on platelet levels among students of Sam Ratulangi University. This was a retrospective study. Data were analyzed by using the Pearson product moment test. Subjects were 51 male students of the Faculty of Engineering, Sam Ratulangi University. The results showed that 48 subjects (94.1%) had normal platelet levels and only three students (5.9%) had high platelet levels; no subjects had low platelet level. The Pearson product moment test obtained P values of 0.985 and 0.104 for the effect of smoking (duration of smoking and number of cigarettes per day) on the platelet levels of the students. Conclusion: There was no significant effect of smoking on platelet levels.Keywords: smoking, platelet level Abstrak: Merokok menyebabkan penyakit dan kecacatan serta membahayakan hampir setiap organ tubuh manusia. Efek merokok pada tubuh berupa terjadinya respon inflamasi sistemik yaitu melalui stimulasi sistem hematopoietik yang terutama terjadi dalam sumsum tulang, berupa peningkatan produksi eritrosit dan leukosit serta penurunan MCV dan trombosit. Pengaruh rokok terhadap trombosit ialah terjadinya peningkatan aterosklerosis serta faktor risiko terjadinya penyakit ateroklerosis yang diakibatkan oleh peningkatan mean platelet volume (MPV). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh merokok terhadap kadar trombosit mahasiswa Universitas Sam Ratulangi. Jenis penelitian ialah retrospektif. Uji statistik menggunakan Pearson Product Moment. Terdapat 51 mahasiswa laki-laki dari Fakultas Teknik Universitas Sam Ratulangi sebagai subyek penelitian. Hasil penelitian mendapatkan subyek terbanyak memiliki kadar trombosit normal yaitu 48 mahasiswa (94,1%) dan hanya tiga mahasiswa (5,9%) dengan kadar trombosit tinggi; tidak terdapat subyek dengan kadar trombosit rendah. Hasil uji Pearson Product Moment pengaruh merokok (lama merokok dan jumlah rokok harian) terhadap kadar trombosit mahasiswa mendapatkan nilai P=0,985 dan P=0,104. Simpulan: Tidak terdapat pengaruh bermakna dari merokok terhadap kadar trombosit.Kata kunci: merokok, kadar trombosit
Perbandingan kadar serum kreatinin pada pasien DM tipe 2 dengan frekuensi senam prolanis 1 kali per minggu dan 3 kali per minggu Pangemanan, Angela; Marunduh, Sylvia R.; Engka, Joice N.A.
e-Biomedik Vol 4, No 2 (2016): eBiomedik
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35790/ebm.v4i2.14443

Abstract

Abstract: Creatinine is formed in muscles from creatinine phosphate and a byproduct of muscle metabolism. Creatinine is almost completely cleared from the body by filtration in the glomeruli. Physical activity can affect renal hemodynamics and protein excretion as well as creatinine level. Prolanis gymnastics is programmed for people who suffer from chronic diseases. This study was aimed to find out whether physical activity could affect serum creatinine by comparing Prolanis gymnastics practised 1 time/week and 3 times/week among patients with type 2 diabetes mellitus (T2DM). This was an experimental study with a pre-post test control group design. Subjects were 30 T2DM patients who practised Prolanis gymnastics at Husada Clinic Sario Manado, divided into two equal groups (15 people in each group). The results showed that in 1 time/week group, there was decreased creatinine level in 1 person (7%), increased creatinine level in 2 people (13%), and unchanged level in 13 people (87%). Meanwhile, in 3 times/week group there was no decrease of creatinine level but increased creatinine level in 4 people (27%) and unchanged in 11 people (73%). The Wilcoxon Signed Rank test showed a significant difference in creatinine levels between the two groups (p=0.001). Conclusion: Prolanis gymnastics 3 times/week was more effective than 1 time/week in affecting creatinine level in T2DM patients. Keywords: Prolanis gymnastics, creatinine, T2DM patients Abstrak: Kreatinin dibentuk di jaringan otot dari kreatinin fosfat dan merupakan produk sampingan metabolisme otot. Hampir seluruh kreatinin dikeluarkan dari tubuh melalui filtrasi glomerulus. Aktivitas fisik dapat memengaruhi hemodinamik ginjal dan ekskresi protein, termasuk kreatinin. Senam Prolanis merupakan program yang dibuat untuk masyarakat yang menderita penyakit kronis. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh aktivitas fisik terhadap kadar kreatinin serum dengan membandingkan senam 1 kali/minggu dan 3 kali/minggu pada pasien diabetes melitus tipe 2 (DMT2). Jenis penelitian ialah eksperimental dengan pre-post control group test design. Data yang diperoleh diolah dengan menggunakan uji Wilcoxon Signed Ranks. Hasil penelitian mendapatkan subjek penyandang DMT2 berjumlah 30 orang (15 orang untuk masing-masing kelompok) yang mengikuti senam Prolanis di Klinik Husada Sario Manado. Pada kelompok 1 kali/minggu, terjadi penurunan kreatinin pada 1 orang (7%), kenaikan pada 2 orang (13%) dan tetap pada 13 orang (87%), sedangkan pada kelompok 3 kali/minggu, tidak terjadi penurunan kreatinin, tetapi ada kenaikan pada 4 orang (27%) dan tetap pada 11 orang (73%). Hasil uji Wilcoxon Signed Ranks mendapatkan perbedaan kadar kreatinin yang bermakna antara kedua kelompok (p=0,001). Simpulan: Senam Prolanis 3 kali/minggu lebih efektif daripada senam Prolanis 1 kali/minggu dalam memengaruhi kadar kreatinin pada pasien DMT2.Kata kunci: senam Prolanis, kreatinin, DMT2
Pengaruh senam bugar lansia terhadap kebugaran jantung paru di Panti Werdha Bethania Lembean Lengkong, George; Marunduh, Sylvia R.; Wungow, Herlina I.S.
e-Biomedik Vol 4, No 2 (2016): eBiomedik
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35790/ebm.v4i2.14014

Abstract

Abstract: A person’s physical well-being is one of the indicators of quality of life. Elderly who have good life quality are expected to have good physical well-being. Physical changes occur during aging process. After 30 years old the cardiorespiratory fitness begins to decrease. One measurement that is most used to determine the level of cardiorespiratory fitness is the maximum oxygen consumption (VO2max). This study was aimed to determine the effect of elderly fitness exercise to cardiorespiratory fitness among elderly at Panti Werdha Bethania Lembean (senior housing) withVO2max as the measurement. This was a field experimental study with a pre-post one group test design. There were 15 subjects who met the inclusion criteria consisted of 5 males and 10 females. Subjects were selected by using purposive sampling method. The cardiorespiratory fitness level was measured by using VO2max, with 6- minute walk test. The results showed that the average of VO2max before exercise was 6.73 ml/kg/minute, while the average of VO2max after exercise was 6.78 ml/kg/minute. The data were analyzed by using paired sample t-test (p = 0.035). Conclusion: The elderly fit fitness had a significant effect on cardiorespiratory fitness. Keywords: elderly, exercise, VO2max Abstark: Kesejahteraan fisik seseorang merupakan salah satu indikator kualitas hidup. Lansia yang memiliki kualitas hidup baik secara tidak langsung memiliki kesejahteraan fisik yang baik pula. Pada proses penuaan terjadi perubahan fisik. Setelah mencapai usia 30 tahun terjadi penurunan kebugaran jantung paru sebesar 1% setiap tahun. Salah satu tolak ukur yang paling sering digunakan untuk mengetahui tingkat kebugaran jantung paru ialah konsumsi oksigen maksimum (VO2maks). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh senam bugar lansia terhadap kebugaran jantung paru di Panti Werdha Bethania Lembean dengan tolak ukur VO2max. Jenis penelitian ini ialah eksperimental lapangan dengan desain pre-post one group test. Subyek yang memenuhi kriteria inklusi terdiri dari 15 orang dengan 5 orang laki-laki dan 10 orang perempuan dipilih dengan purposive sampling. Tingkat kebugaran jantung paru dilakukan dengan pengukuran VO2maks, diukur dengan uji jalan 6 menit. Hasil penelitian memperlihatkan rerata VO2maks sebelum program latihan senam bugar lansia 6,73 ml/kg/menit sedangkan setelah program latihan senam bugar lansia didapatkan 6,78 ml/kg/menit. Hasil uji t berpasangan didapatkan p=0,035. Simpulan: Senam bugar lansia memiliki pengaruh bermakna terhadap kebugaran jantung paru.Kata kunci: lansia, senam, VO2 maks
GAMBARAN KEKUATAN OTOT PADA LANSIA DI BPLU SENJA CERAH PANIKI BAWAH Pinontoan, Prisilia M.; Marunduh, Sylvia R.; Wungouw, Herlina I. S.
eBiomedik Vol 3, No 1 (2015): eBiomedik
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35790/ebm.3.1.2015.6618

Abstract

Abstract: The aim of this study was to find out the profile of muscle strength on elderly at BPLU Senja Cerah Paniki Bawah. This was a descriptive study with cross sectional design. There were 26 respondents who met the inclusion criteria, consisted of 10 elderly men and 16 elderly women. Respondents were selected by using purposive sampling method. The measurements of the muscle strength were done by using 1 RM method while doing elbow flexion, elbow extension, shoulder flexion, shoulder extension, shoulder abduction, knee flexion, knee extension and dorsoflexion. Data were analyzed manually and computerized then presented in tabular form. The result shows that the average muscle strength in elderly men were greater than women and the average muscle strength of respondents that were included in the age group 60-79 years old were greater than those in 80-99 years.Keywords: muscle strength, elderly.1 RMAbstrak: Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui gambaran kekuatan otot pada Lansia di BPLU Senja Cerah Paniki Bawah. Penelitian ini merupakan peneliltian deskriptif dengan rancangan potong lintang. Responden yang memenuhi kriteria inklusi terdiri dari 26 orang yang terdiri dari 10 orang laki-laki dan 16 orang perempuan. Sampel dipilih menggunakan cara purposive sampling. Kekuatan otot pada lansia diukur dengan menggunakan metode 1 RM yang diukur pada gerakan fleksi siku, ekstensi siku, fleksi bahu, ekstensi bahu, abduksi bahu, fleksi lutut, ekstensi lutut serta dorsofleksi. Data yang sudah didapatkan kemudian dikumpul dan diolah secara manual dan komputerisasi serta disajikan dalam bentuk tabel. Hasil penelitian menunjukkan rerata kekuatan otot responden laki-laki lebih besar dibanding perempuan dan rerata kekuatan responden yang termasuk dalam kelompok umur 60-79 tahun lebih besar dibanding kelompok umur 80-99 tahun.Kata kunci: kekuatan otot, lansia, 1 RM.
Pengaruh lama paparan dan masa kerja terhadap visus pada pekerja rental komputer di Kecamatan Sario dan Malalayang Kota Manado Lumolos, Mouren P.; Polii, Hedison; Marunduh, Sylvia R.
eBiomedik Vol 4, No 2 (2016): eBiomedik
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35790/ebm.4.2.2016.14613

Abstract

Abstract: Eyes are important sense that need regular inspection and maintenance. Impaired vision caused by the use of computers, by The American Optometric Association called Computer Vision Syndrome (CVS). Among the many diseases of the eye, refractive errors is one of the eye disorders that very common throughout the world. Refractive disorders usually caused by the habit of reading too close, causing eyestrain (astenopia) and excessive light radiation received by the eye, among them the light radiation of computers and televisions. The objective of this study is to determine the effect of exposure time and working duration to visual aquity on computer rental workers in sario and malalayang regency. This study uses a consecutive sampling method with a sample of 67 respondents drawn from the working computer rentals in the city of Manado. To answer the problem formulation can be seen from the partial test in which the partial test aims to determine the effect of partially independent variable. Based on the results of the discussion can be said that the variables exposure time, and working duration significant effect on visual acuityKeywords: computer rental workers, frequency distribution and logistic regression Abstrak: Mata adalah panca indera penting yang perlu pemeriksaan dan perawatan secara teratur. Gangguan penglihatan yang disebabkan karena penggunaan komputer, oleh The American Optometric Association dinamakan Computer Vision Syndrome(CVS). Dari sekian banyaknya penyakit mata, ternyata kelainan refraksi pada mata merupakan salah satu kelainan mata yang sangat umum dijumpai di seluruh dunia. Kelainan refraksi biasa disebabkan oleh adanya faktor kebiasaan membaca terlalu dekat sehingga menyebabkan kelelahan pada mata (astenopia) dan radiasi cahaya yang berlebihan yang diterima mata, di antaranya adalah radiasi cahaya komputer dan televisi. Skripsi yang berjudul “Pengaruh Lama Paparan dan Masa Kerja Terhadap Visus Pada Pekerja Rental Komputer Di Kecamatan Sario Dan Malalayang Kota Manado” merupakan suatu penelitian tentang pengaruh lama paparan dan masa kerja terhadap visus pada pekerja rental komputer di Kecamatan Sario dan Malalayang kota Manado. Penelitian ini menggunakan metode Consecutive sampling dengan sampel sebanyak 67 responden yang diambil dari para pekerja rental komputer di Kota Manado. Untuk menjawab rumusan masalah dapat dilihat dari Uji parsial dimana Uji parsial bertujuan untuk mengetahui pengaruh secara parsial dari variabel independen. Bedasarkan hasil dari pembahasan bahwa dapat dikatakan variabel lama paparan, dan masa kerja memiliki pengaruh yang signifikan terhadap visus. Kata kunci: pekerja rental komputer, distribusi frekuensi dan regresi logistik.
PROFIL TUMOR NECROSIS FACTOR (TNF-α) BERDASARKAN INDEKS MASSA TUBUH (IMT) PADA MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN UNSRAT ANGKATAN 2014 Supit, Ivander A.; Pangemanan, Damajanty H. C.; Marunduh, Sylvia R.
e-Biomedik Vol 3, No 2 (2015): eBiomedik
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35790/ebm.v3i2.8621

Abstract

Abstract: Tumor Necrosis Factor alpha (TNF-α) is one of the pleiotrophic cytokines that plays a role in the inflammatory process, initiates and activates polymorphonuclears (PMNs), therefore the PMNs can reach the infection site. This study aimed to determine the profile of TNF-α based on body mass index (BMI) among the students of the Faculty of Medicine Unsrat batch 2014. This was a survey study with a cross sectional design. The study population was students of the Faculty of Medicine University of Sam Ratulangi Manado batch 2014. The results showed that samples with BMI 18-18.9 had an average TNF-α level of 69.48 pg/ml; samples with BMI 19-19.9 had an average TNF-α level of 78.04 pg/ml; samples with BMI 20-20.9 had an average TNF-α level of 61.94 pg/ml; samples with BMI 21-21.9 had an average TNF-α level of 64.37 pg/ml; and samples with BMI 22-22.9 had the highest average level of TNF-α which was 78.65 pg/ml. Conclusion: In this study, all students with normal body mass index (BMI) had normal levels of TNF-α, which was 10-100 pg/ml.Keywords: TNF-α, immune system, body mass index (BMI)Abstrak: Tumor necrosis factor alpha (TNF-α) adalah salah satu sitokin pleiotropik yang berperan dalam proses inflamsi, menginisiasi polymorphonuclear (PMN) dan mengaktivasinya sehingga PMN dapat mencapai tempat infeksi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui profil TNF-α berdasarkan indeks massa tubuh (IMT) pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Unsrat angkatan 2014. Jenis penelitian bersifat survei dengan rancangan potong lintang. Populasi penelitian ialah mahasiswa Fakultas Kedokteran Unsrat angkatan 2014. Hasil penelitian memperlihatkan bahwa sampel dengan IMT 18-18,9 memiliki nilai rerata kadar TNF-α 69,48 pg/ml; sampel dengan IMT 19-19,9 memilki nilai rerata kadar TNF-α 78,04 pg/ml; sampel dengan IMT 20-20,9 memiliki nilai rerata kadar TNF-α 61,94 pg/ml; sampel dengan IMT 21-21,9 memiliki nilai rerata kadar TNF-α 64,37 pg/ml; dan sampel dengan IMT 22-22,9 memiliki nilai rerata TNF-α tertinggi yaitu 78,65 pg/ml. Simpulan: Pada penelitian ini, semua mahasiswa Fakultas Kedokteran Unsrat angkatan 2014 dengan IMT normal memiliki kadar TNF-α normal, yaitu 10-100 ml/pg.Kata kunci: TNF-α, sistem imun, indeks massa tubuh (IMT)
Faktor risiko yang berhubungan dengan timbulnya nyeri punggung bawah pada guru SD di Kecamatan Tuminting Haumahu, Yanty; Doda, Diana V. D.; Marunduh, Sylvia R.
e-Biomedik Vol 4, No 2 (2016): eBiomedik
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35790/ebm.v4i2.12656

Abstract

Abstract: Work-related musculoskeletal disorder (WMSD) is one of the biggest problems in developing countries. According to the Department of Health of Indonesia about health problems in Indonesia in 2005, 40.5% of illness were work-related. A study on 9482 workers in 12 districts in Indonesia reported that 16% of common illness was musculoskeletal diseases. This study aimed to determine the musculoskeletal disease (low back pain) during the last 7 days among elementary school teachers at Tuminting. This was a field study with a cross sectional design. Instruments were Nordic Body Map Question, physical exposure, and psychosocial questionnaire. The results showed that were 282 respondents in this study. The respond rate was 78%. There were 81% of respondents withg low back pain. Significant associated risk factors were as follows: class level taught by respondents (p = 0.008); bending while arms were below the knees more than 30 minutes (p = 0.049); leisure time activities during last 7 days (p = 0.024); disruption/interruption (p = 0.003); low job promotion (p = 0.032); unpleasant changes in workplace (p = 0.003); and work-environment satisfaction (p = 0.003). Conclusion: Risk factors associated with low back pain among elementary school teachers at Tuminting were individual, physical, and psychosocial factors.Keywords: low back pain, risk factor, elementary school teacherAbstrak: Penyakit muskuloskeletal terkait pekerjaan merupakan salah satu masalah terbesar di negara industri. Studi Departemen Kesehatan RI tentang profil masalah kesehatan di Indonesia tahun 2005 menunjukkan bahwa sekitar 40,5% penyakit yang diderita berhubungan dengan pekerjaan. Studi yang dilakukan terhadap 9482 pekerja di 12 kabupaten di Indonesia mendapatkan 16% dari penyakit yang diderita secara umum ialah penyakit muskuloskeletal. Jenis penelitian ini ialah survei lapangan dengan desain potong lintang. Kuesioner yang digunakan ialah Nordic Body Map Question, paparan fisik, dan psikososial. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penyakit muskuloskeletal (nyeri punggung bawah) dalam 7 hari terakhir pada guru SD di kecamatan Tuminting. Sebanyak 282 responden berpartisipasi dengan respond rate 78%. Ditemukan 81% responden mengalami nyeri punggung bawah. Faktor-faktor yang berhubungan signifikan antara lain kelas yang diajar (p = 0,008), membungkuk dengan tangan dibawah lutut lebih dari 30 menit (p = 0,049), aktivitas waktu senggang dalam 7 hari terakhir (p = 0,024), adanya interupsi/gangguan (p = 0,003), harapan kenaikan pangkat yang buruk (p = 0,032), perubahan tidak menyenangkan di tempat kerja (p = 0,003), dan kondisi lingkungan fisik (p = 0,008). Simpulan: Faktor risiko yang berhubungan dengan nyeri punggung bawah dalam penelitian ini meliputi faktor individu, faktor fisik, dan faktor psikososial.Kata kunci: nyeri punggung bawah, faktor risiko, guru sekolah dasarFaktor risiko yang berhubungan dengan timbulnya nyeri punggung bawah pada guru SD di Kecamatan Tuminting
Perbandingan kadar HbA1C pada pasien DM Tipe 2 dengan frekuensi senam prolanis satu kali per minggu dan tiga kali per minggu Tompira, Brigitha M.; Marunduh, Sylvia R.; Sapulete, Ivonny M.
e-Biomedik Vol 4, No 1 (2016): eBiomedik
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35790/ebm.v4i1.11698

Abstract

Abstract: World-wide diabetes prevalence has been rapidly increasing in the last two decades and according to the International Federations Projects, it will reach 438 million people by 2030. HbA1c examination is a standard for measuring the long-term glycemic value in diabetic patients. A case control study shows that structured exercise is effective in lowering the HbA1c level. Prolanis is a program in Indonesia focused on managing patients with hypertension and diabetes. One of the programs that Prolanis offers is doing physical exercise for 60 minutes per week. However, American Diabetes Association stated that diabetic patients should perform at least 150 minutes of physical exercise per week. This study aimed to obtain the effect of PROLANIS exercise frequency on HbA1c. This was a field experimental study with a pre post test control group design. Data were statistically analyzed by using the T-Independent and T-dependent tests with a standard error of 5%. There were 30 respondents divided into 2 groups: Prolanis exercise 3 times a week and once a week. The levels of HbA1c was measured before and after 4 weeks of Prolanis exercise. After the 4-weeks exercise the HbA1c levels of the once a week group rose by 0.13%. Meanwhile, the 3 times per week group displayed a decreased HbA1c level by 0.04%. There was a significant difference in HbA1c level before and after 4 weeks of Prolanis exercise between both groups (p = 0.032). Conclusion: Among diabetic patients, the 3 times of Prolanis exercise per week regimen was more effective in lowering the HbA1c levels than the 1 time of PROLANIS exercise per week regimen. Keyword: HbA1c, type 2 diabetes melitus, prolanis Abstrak: Prevalensi diabetes di seluruh dunia telah meningkat jauh selama dua dekade terakhir dan menurut International Federation Projects pada tahun 2030 akan mencapai 438 juta orang. Pemeriksaan HbA1c merupakan standard dalam pemeriksaan kadar gula darah jangka panjang pada penyandang diabetes. Suatu penelitian kasus kontrol menunjukkan bahwa olahraga teratur dapat menurunkan kadar HbA1c. Prolanis adalah sebuah program dari Indonesia yang difokuskan terhadap pasien dengan hipertensi dan diabetes melitus. Salah satu program yang ditawarkan ialah senam 60 menit setiap minggu. American Diabetes Association menyatakan bahwa sekurang-kurangnya pasien diabetes harus latihan fisik selama 150 menit setiap minggu. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efek dari frekuensi senam terhadap kadar HbA1c. Jenis penelitian ini ialah eksperimental lapangan dengan rancangan pre post test control group design. Analisis statistic dilakukan dengan uji T tidak berpasangan dan T berpasangan (taraf kesalahan 5%). Senam dilakukan oleh 30 responden yang dibagi dalam 2 kelompok yaitu kelompok 1 kali per minggu dan kelompok 3 kali per minggu. Pengukuran kadar HbA1c dilakukan sebelum dan setelah senam Prolanis selama 4 minggu. Setelah senam, rerata kadar HbA1c kelompok 1 kali/minggu mengalami peningkatan sebesar 0,13% sedangkan kelompok 3 kali/minggu mengalami penurunan sebesar 0,04%. Terdapat perbedaan bermakna antara selisih kadar HbA1c sebelum dan sesudah 4 minggu senam Prolanis kedua kelompok (p = 0,032). Simpulan: Senam Prolanis 3 kali/minggu lebih efektif dalam menurunkan kadar HbA1c daripada senam Prolanis 1 kali/minggu.Kata kunci: HbA1c, diabetes melitus tipe 2, prolanis
Pengaruh latihan fisik akut terhadap saturasi oksigen pada pemain basket mahasiswa Fakultas Kedokteran Unsrat Simanjuntak, Ryan H.; Engka, Joice N. A.; Marunduh, Sylvia R.
e-Biomedik Vol 4, No 1 (2016): eBiomedik
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35790/ebm.v4i1.10817

Abstract

Abstract: Physical exercise is a planned regular and repeated activities in a certain intensity to improve health. Based on duration, there are two kinds of physical exercise. Physical exercise with shorter amount of time is called acute physical exercise. While physical exercise with longer amount of time is called chronic physical exercise. Physical exercise will make some changes in the body, such as blood oxygen levels. Some studies showed the influence of physical exercise on oxygen saturation but some studies had the opposite result. Therefore, this study was carried out to investigate the effect of acute physical exercise on oxygen saturation. This study was a field experimental with pre-post one group test design that was conducted to 32 Medical Faculty student basketball players of Sam Ratulangi University. Each subject had to play basketball for 20 minutes. Value of oxygen saturation was checked using pulse oximeter before exercise and immediately after exercise. Case analysis use paired samples T test. This study has found an increase on oxygen saturation after the acute physical exercise (p=0,041;p<0,05).Keywords: acute physical exercise, oxygen saturationAbstrak: Latihan fisik adalah aktivitas yang dilakukan secara terencana, teratur dan berulang ulang dalam intensitas tertentu untuk meningkatkan taraf kesehatan. Berdasarkan durasinya, ada dua jenis latihan fisik. Latihan fisik dengan durasi singkat disebut latihan fisik akut. Sedangkan latihan fisik dengan durasi yang lama disebut latihan fisik kronik. Latihan fisik akan menyebabkan beberapa perubahan dalam tubuh, seperti kadar oksigen dalam darah. Beberapa penelitian menunjukkan adanya pengaruh latihan fisik terhadap terhadap saturasi, namun beberapa penelitian menunjukkan hasil sebaliknya. Oleh karena itu penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh antara latihan fisik akut terhadap saturasi oksigen. Penelitian ini merupakan suatu penelitian eksperimental lapangan dengan rancangan pre-post one group test yang dilakukan terhadap 32 orang mahasiswa pemain basket Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi. Responden diberi perlakuan berupa olahraga basket selama 20 menit. Nilai saturasi diperiksa menggunakan alat pulse oksimetri, diperiksa sesaat sebelum latihan dan sesaat sesudah latihan. Analisis hasil penelitian menggunakan uji T berpasangan. Hasil penelitian ini menunjukkan adanya peningkatan pada nilai saturasi oksigen setelah latihan fisik akut (p=0,041;p<0,05).Kata kunci: latihan fisik akut, saturasi oksigen