Claim Missing Document
Check
Articles

Found 25 Documents
Search

Efektivitas kelompok diskusi tutorial problem based learning di Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi Pioh, Virgin Enjel; Mewo, Yanti; Berhimpon, Siemona
e-Biomedik Vol 4, No 1 (2016): eBiomedik
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35790/ebm.v4i1.12141

Abstract

Abstract: The Faculty of Medicine, Sam Ratulangi University has applied the Problem Based Learning (PBL) method in which the tutorial group discussion is the center in this learning method. The purpose of PBL is to improve the students’ problem solving skill which is essential for the students who are going to be professional medical practitioners in the future. Therefore, the effectiveness of the tutorial group discussion of PBL must be implemented in order to achieve the learning goalsThe cognitive aspect is related to the students’ knowledge whilst the motivational aspect is dealing with the factors which enforce the students to perform better in learning. This study aimed to obtain the effectiveness of the tutorial group discussion of PBL at the Faculty of Medicine, Sam Ratulangi University. This study employed the Tutorial Group Effectiveness Instrument (TGEI) questionnaire which included the motivational aspects, cognitive aspect, and demotivational aspect. This TGEI (Indonesian language version) questionnaire was distributed to 40 students from class of 2015 who fulfilled the inclusive criteria before the seminar (the plenary) of Biophysics module. The results showed that the effectiveness of the tutorial group discussion of PBL was good by the majority of students (95%). In particular, the cognitive aspect, motivational aspect and demotivational aspect were rated good by the students for about 87.5%, 92.5% and 70%, respectively. Conclusion: In general, the effectiveness of the tutorial group discussion of PBL at the Faculty of Medicine, Sam Ratulangi University was good. Keywords: tutorial group, effectiveness, collaborative, TGEI Abstrak: Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi telah menerapkan metode pembelajaran Problem based learning (PBL). Kelompok diskusi tutorial menjadi inti dalam PBL yang bertujuan untuk meningkatkan kemampuan mahasiswa dalam memecahkan masalah. Sebagai mahasiswa calon profesi dokter, kemampuan memecahkan masalah menjadi modal utama dalam menjalani profesi dimasa depan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas kelompok diskusi tutorial PBL di Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi. Penelitian ini menggunakan kuesioner Tutorial Group Effectiveness Instrument (TGEI) yang didalamnya mencakup aspek motivasi, aspek kognitif, dan aspek demotivational. Kuesioner TGEI (versi bahasa Indonesia) dibagikan kepada 100 mahasiswa angkatan 2015 yang masuk kriteria inklusi sebelum seminar (pleno) Modul Biofisika. Hasil penelitian menunjukkan bahwa, sebagian besar (95%) mahasiswa memberikan pernyataan dengan penilaian terhadap efektivitas kelompok diskusi tutorial PBL ialah baik. Bila dilihat dari ketiga aspek yang dijadikan dasar penilaian efektivitas, 87,5% mempunyai penilaian baik untuk aspek kognitif, 92,5% mempunyai penilaian baik untuk aspek motivasi, dan 70% mempunyai penilaian baik untuk aspek demotivational. Simpulan: Secara umum, efektivitas kelompok diskusi tutorial PBL di Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi ialah baik.Kata kunci: kelompok tutorial, efektivitas, kolaboratif, TGEI
Gambaran Kadar Ureum Darah pada Ibu Hamil Trimester III di Rumah Sakit Robert Wolter Mongisidi Manado Matialo, Patricia P.; Assa, Youla; Mewo, Yanti
e-Biomedik Vol 6, No 2 (2018): eBiomedik
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35790/ebm.v6i2.22157

Abstract

Abstract: Urea is waste product of protein breakdown metabolism. In the normal pregnancy, blood urea in pregnant women will decrease compared with in non-pregnant women due to physiological change of hematology, cardiovascular, and kidney hormonal in pregnancy. This study was aimed to obtain the blood urea profile of 3rd trimester of pregnancy. This was a descriptive study with a cross-sectional design, using total sampling technique. Subjects were 3rd trimester pregnant women who came to Robert Wolter Mongisidi Hospital Manado from October to November 2018. There were 39 subjects in this study. Blood urea examination showed that 39 subjects (100%) had normal blood urea levels. Conclusion: All 3rd trimester pregnant women had normal blood urea level.Keyword: blood urea level, pregnancy Abstrak: Urea adalah sisa-sisa produk metabolisme dari pemecahan protein. Pada kehamilan normal, kadar urea dalam darah akan menurun dibandingkan dengan yang tidak hamil disebabkan oleh perubahan fisiologik terutama hematologi, kardiovaskular, hormonal pada ginjal yang terjadi selama kehamilan. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran kadar ureum darah pada ibu hamil trimester III. Jenis penelitian ialah deskriptif dengan desain potong lintang, dilaksanakan selama bulan Oktober – November 2018 di Rumah Sakit Robert Wolter Mongisidi Manado. Pengambilan sampel dilakukan menggunakan metode total sampling. Terdapat 39 ibu hamil trimester III sebagai subyek penelitian. Pada pemeriksaan kadar ureum didapatkan 39 subyek (100%) mempunyai kadar ureum normal. Simpulan: Kadar ureum darah pada semua ibu hamil trimester III dalam batas normal.Kata kunci: ureum, kehamilan
Gambaran Kadar Asam Urat Serum pada Mahasiswa dengan Indeks Massa Tubuh ≥23 kg/m2 di Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi Rampi, Paterick R.; Assa, Youla A.; Mewo, Yanti M.
eBiomedik Vol 5, No 2 (2017): eBiomedik
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35790/ebm.5.2.2017.18511

Abstract

Abstract: Diseases caused by high uric acid levels are still commonly found in societies world wide. There is a correlation between uric acid level and increased body mass index (BMI). Higher body mass index in this case overweight and obesity is associated with higher risk of insulin resistance and excessive leptin production which may contribute to hyperuricemia. This study was aimed to obtain the profile of serum uric acid level among students with a BMI of ≥23 kg/m2 at Faculty of Medicine, Sam Ratulangi University. This was a descriptive study with a cross sectional design. Samples were obtained by using total sampling method. There were 53 respondents that met the inclusion and exclusion criteria. The results showed that there were 48 respondents (90.6%) whose serum uric acid levels were within normal limits, one respondent (1.9%) with hyperuricemia, and four respondents (7.5%) with hypouricemia. Conclusion: The majority of respondents had uric acid level within normal limit.Keywords: serum uric acid, body mass index, students Abstrak: Penyakit yang disebabkan akibat tingginya kadar asam urat masih banyak diderita oleh masyarakat dunia sekarang ini. Terdapat hubungan antara kadar asam urat dengan peningkatan indeks massa tubuh (IMT). Semakin tinggi indeks massa tubuh dalam hal ini overweight dan obesitas berhubungan dengan semakin tinggi juga risiko terjadinya resistensi insulin dan produksi leptin yang berlebih sehingga keadaan ini dapat berkontribusi menimbulkan hiperurisemia. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui gambaran kadar asam urat serum pada mahasiswa dengan IMT ≥23 kg/m2 di Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi. Jenis penelitian ialah deskriptif dengan desain potong lintang. Pengambilan sampel dengan menggunakan teknik total sampling. Terdapat 53 responden yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Hasil penelitian memperlihatkan 48 responden (90,6%) memiliki kadar asam urat serum dalam batas normal, satu responden (1,9%) dengan hiperurisemia, dan empat responden (7,5%) dengan hipourisemia. Simpulan: Sebagian besar responden memiliki kadar asam urat serum dalam batas normal.Kata kunci: asam urat serum, indeks massa tubuh, mahasiswa
Gambaran kadar hemoglobin pada pekerja bangunan Gunadi, Valerie I.R; Mewo, Yanti M.; Tiho, Murniati
eBiomedik Vol 4, No 2 (2016): eBiomedik
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35790/ebm.4.2.2016.14604

Abstract

Abstract: Hemoglobin is a red blood cells protein that has an important role to transport the oxygen, carbon dioxide and proton in human body. Physical activity can affect hemoglobin level. Physical activity with moderate to vigorous intensity can cause the change of hemoglobin level in human body. One of the jobs with moderate to vigorous physical activity is labor. The purpose of this study was to find out the description of hemoglobin level in labor. The study used was descriptive cross sectional study. The respondents of this study were 30 men that worked as a labor that agreed to be a respondent and in inclusion and exclusion criteria. The total sampling method was used to chose the samples. The result showed 28 subjects (93,4%) with normal hemoglobin level (13,2 – 17,3 g/dL), 1 subject (3,3%) with low hemoglobin levels, and 1 subject (3,3%) with high hemoglobin level. Conclusion: Based on the result, it can be concluded that hemoglobin level in labor is mostly (93,4%) in normal level.Keywords: hemoglobin level, labor. Abstrak: Hemoglobin merupakan protein sel darah merah yang memiliki peranan penting dalam proses transport oksigen, karbondioksida serta proton dalam tubuh. Aktivitas fisik yang dilakukan seseorang dapat berpengaruh terhadap kadar hemoglobin dalam tubuh. Aktivitas fisik dengan intensitas sedang sampai berat dapat menyebabkan kadar hemoglobin dalam tubuh berubah. Salah satu pekerjaan dengan aktivitas fisik sedang sampai berat ialah pekerja bangunan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran kadar hemoglobin pada pekerja bangunan. Penelitian yang digunakan bersifat deskriptif dengan pendekatan cross sectional. Sampel dalam penelitian ini berjumlah 30 orang pekerja bangunan yang sesuai kriteria inklusi dan eksklusi dan bersedia menjadi responden. Metode pemilihan sampel menggunakan cara total sampling. Hasil penelitian didapatkan respoden yang memiliki kadar hemoglobin normal (13,2 – 17,3 g/dL) sebanyak 28 orang (93,4%), 1 orang (3,3%) memiliki kadar hemoglobin yang kurang dari nilai normal, dan 1 orang (3,3%) memiliki kadar hemoglobin yang lebih dari nilai normal. Simpulan: Dari hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa gambaran kadar hemoglobin pada pekerja bangunan sebagian besar (93,4%) memiliki kadar hemoglobin normal. Kata kunci: kadar hemoglobin, pekerja bangunan.
GAMBARAN KADAR SERUM GLUTAMIC PYRUVIC TRANSAMINASE (SGPT) PADA PEROKOK AKTIF USIA > 40 TAHUN Tanoeisan, Angelina P.; Mewo, Yanti M.; Kaligis, Stefana H.M.
eBiomedik Vol 4, No 1 (2016): eBiomedik
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35790/ebm.4.1.2016.11048

Abstract

Abstract: According to the World Health Organization In 2009, Indonesia was the third rank with the world's highest rate of smokers. Cigarette smoke triggers the onset of free radicals in very high amounts. By the time when the people pass through the age of 40 years, the amount of antioxidants in the body was decreased so that the free radicals are increased and causing the oxygenation and nutrition to the liver was disturbed. SGPT was an enzyme which will come out of the liver cells when the liver cells were damaged and then automatically increasing its amount in the blood serum. This study aimed to determine how many SGPT serum on the active smokers at age > 40 years old. This was a cross - sectional descriptive study. The total sample in this study were 28 samples. The results showed that the samples were 25 males and 3 females. There are 21 samples had normal SGPT with mild - moderate smoker category, and 7 samples had high levels of SGPT with heavy smoker category. Conclusion: Based on the result of the study can be concluded that the description of the SGPT level in active smoker at age > 40 years old in Kolombo village zone IV RT 04 which include mild - moderate smoker category in normal range, while the heavy smoker had high levels of SGPT.Keywords: SGPT level, active smoker, ages > 40 years old.Abstrak: Latar Belakang: Berdasarkan World Health Organization (WHO) tahun 2009, Indonesia menempati peringkat ke-3 dengan tingkat perokok tertinggi di dunia. Asap rokok memicu timbulnya radikal bebas dalam jumlah yang sangat tinggi. Pada saat melewati usia 40 tahun, jumlah antioksidan dalam tubuh menurun sehingga radikal bebas meningkat dan mengakibatkan oksigenasi dan nutrisi ke organ hepar terganggu. SGPT merupakan enzim yang akan keluar dari sel hepar apabila sel hepar mengalami kerusakan sehingga dengan sendirinya akan menyebabkan peningkatan kadarnya dalam serum darah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana gambaran kadar SGPT pada perokok aktif usia > 40 tahun. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan desain penelitian cross sectional. Total sampel dalam penelitian ini adalah 28 sampel. Hasil penelitian memperlihatkan sampel penelitian terdiri dari 25 laki - laki dan 3 perempuan. Terdapat 21 sampel yang mempunyai kadar SGPT yang normal dengan kategori perokok ringansedang, dan 7 sampel yang mempunyai kadar SGPT yang tinggi dengan kategori perokok berat. Simpulan: Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa gambaran kadar SGPT pada perokok aktif usia > 40 tahun di Desa Kolombo lingkungan IV RT 04 yang termasuk perokok kategori ringan - sedang berada dalam batas normal, sedangkan yang termasuk perokok berat mengalami peningkatan.Kata Kunci: Kadar SGPT, perokok aktif, usia > 40 tahun
PERBANDINGAN KADAR GLUKOSA SEBELUM DAN SESUDAH AKTIVITAS FISIK INTENSITAS BERAT Lande, Ni Putu G. A.; Mewo, Yanti; Paruntu, Michaela
eBiomedik Vol 3, No 1 (2015): eBiomedik
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35790/ebm.3.1.2015.6603

Abstract

Abstract: Physical activity is one of the factors which can affect blood glucose level in human body. Vigorous physical activity for 20 minutes can lower one’s blood glucose level. Futsal is categorized as a vigorous activity. During the activity, body will use endogenous fuel from blood to take care of glucose levels homeostasis in it. This study aimed to determine the ratio of blood glucose levels before and after vigorous physical activity at the 2011 batch students of the Faculty of Medicine, University of Sam Ratulangi using futsal. This was a pre and post experimental study. Respondents were 21 males aged 20-22 years. The results showed a decrease of all respondents’ blood glucose average from104.14 mg/dL before the physical activity to 95.40 mg/dL after it with p < 0.05 that meant there was a significant decrease in glucose level. Conclusion: In this study, there was a significant difference in blood glucose levels of the students between before and after vigorous physical activity.Keywords: blood glucose levels, vigorous physical activityAbstrak: Aktivitas fisik merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi kadar glukosa darah dalam tubuh manusia. Aktivitas fisik intensitas berat yang dilakukan selama 20 menit dapat menurunkan kadar glukosa darah dalam tubuh. Futsal merupakan salah satu permainan yang tergolong dalam aktivitas intensitas berat. Selama aktivitas fisik dilakukan, tubuh akan menggunakan bahan bakar endogen dan dari darah untuk menjaga homeostasis kadar glukosa dalam tubuh. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbandingan kadar glukosa darah sebelum dan sesudah aktivitas fisik intensitas berat pada mahasiswa angkatan 2011 Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi melalui permainan futsal. Penelitian ini bersifat pre dan post eksperimental. Pada penelitian ini responden terdiri dari 21 orang laki-laki dengan umur 20-22 tahun. Hasil penelitian menunjukkan adanya penurunan glukosa dari rata-rata 104,14 mg/dL sebelum aktivitas fisik menjadi 95,40 mg/dL setelah melakukan aktivitas fisik dengan nilai p < 0,05, yang berarti terjadi penurunan yang signifikan. Simpulan: Terdapat perbedaan yang signifikan antara kadar glukosa darah mahasiswa sebelum dan sesudah melakukan aktivitas fisik intensitas berat.Kata kunci: kadar glukosa darah, aktivitas fisik intensitas berat
PERBANDINGAN KADAR KALIUM DARAH SEBELUM DAN SESUDAH AKTIVITAS FISIK INTENSITAS BERAT Pokneangge, Ronald J.; Tiho, Murniati .; Mewo, Yanti M.
eBiomedik Vol 3, No 3 (2015): eBiomedik
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35790/ebm.3.3.2015.11878

Abstract

Abstract: Physical activities include all body movements ranging from a small movement to a movement that involves several large muscles such as lifting the arms and legs. During a physical activity, the body temperature will increase, and as a compensatory mechanism, the body will sweat and release several kinds of electrolyte such as magnesium, sodium, and potassium. Potassium is a macronutrient that is widely available in the intracellular fluid (ICF). The normal value of serum potassium is 3.5-5.0 mmol/L. This study aimed to obtain the comparison of blood potassium levels of fourth year students of the Faculty of Medicine, University of Sam Ratulangi Manado, before and after vigorous physical activities. This was an experimental study with a one group pretest-posttest design. There were 21 male students as respondents obtained by using the simple random sampling method. Data were analyzed by using the paired t-test. The physical activity conducted was playing futsal for 2x20 minutes with a break of 10 minutes in between. The results showed that the average of serum potassium level before doing the physical activity was 3.7 mmol/L, and the average of the serum potassium level after doing physical activity was 3.8 mmol/L. The paired t-test showed a p value of 0.061 (p>0.05). Conclusion: There was no significant difference between serum potassium levels before and after vigorous physical activity, Keywords: potassium, physical activity, vigorous intensity Abstrak: Aktivitas fisik meliputi semua gerakan tubuh mulai dari gerakan kecil sampai gerakan yang melibatkan pergerakan beberapa otot besar seperti saat mengangkat lengan atau tungkai. Ketika melakukan aktivitas fisik, terjadi peningkatan suhu tubuh dan sebagai mekanisme kompensasinya tubuh akan mengeluarkan keringat dan beberapa jenis elektrolit misalnya magnesium, natrium dan kalium. Kalium merupakan salah satu makronutrien yang banyak terdapat dalam cairan intrasel (CIS). Nilai normal kalium serum yaitu 3,5-5,0 mmol/L. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbandingan kadar kalium darah sebelum dan sesudah aktivitas fisik intensitas berat pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi Manado angkatan tahun 2011. Jenis penelitian ini eksperimental dengan rancangan one group pretest-posttest design. Responden diperoleh menggunakan metode simple random sampling. Hasil pengukuran kadar kalium serum sebelum dan sesudah aktivitas fisik intensitas berat dianalisis menggunakan uji paired t-test. Aktivitas fisik yang dilakukan yaitu bermain futsal selama 2x20 menit dengan diselingi istirahat selama 10 menit. Hasil penelitian memperlihatkan dari 21 responden (laki-laki) rerata kadar kalium serum sebelum melakukan latihan fisik 3,7 mmol/L, dan rerata kadar kalium serum sesudah melakukan latihan fisik 3,8 mmol/L. Uji paired t test menunjukkan nilai p=0,061 (p>0,05). Simpulan: Tidak terdapat perbedaan bermakna antara kadar kalium serum sebelum dan sesudah latihan fisik intensitas berat.Kata kunci: kalium, aktivitas fisik, intensitas berat
GAMBARAN KADAR KALSIUM SERUM PADA USIA 60-74 TAHUN Limawan, Desmon; Mewo, Yanti M.; Kaligis, Stefana H.M.
e-Biomedik Vol 3, No 1 (2015): eBiomedik
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35790/ebm.v3i1.6731

Abstract

Abstract: In 2010, Indonesia is among the top five countries with the highest number of elderly people in the world that reached 18.1 million or 9.6 percent of the population. One of health problems in the elderly that needs serious attention is osteoporosis, a disease characterized by decreased in bone density. Calcium is the main mineral in bone formatting. It is also needed to regulate the contraction and relaxation of the muscles, involve in nerve transmission, blood cothing, and regulation of hormones and growth factors. The purpose of this study is to discover the description of serum calcium levels at age 60-74 years old. Twenty six elderly participated in this cross-sectional observation study. From the results of laboratory tests, 21 respondents has normal serum calcium levels, one respondent has low serum calcium levels, and four has high serum calcium levels. Conclusion: Most Calcium serum levels at age 60-74 years old at BPLU Senja Cerah were in normal range.Keywords: Calcium serum levels, ages 60-74 years old.Abstrak: Pada tahun 2010, Indonesia termasuk dalam lima besar negara dengan jumlah penduduk lanjut usia terbanyak di dunia yang mencapai 18,1 juta jiwa atau 9,6 persen dari jumlah penduduk. Salah satu masalah kesehatan yang perlu mendapatkan perhatian serius pada lanjut usia ialah osteoporosis yang merupakan penyakit yang ditandai dengan penurunan kepadatan tulang. Kalsium merupakan mineral utama pembentuk tulang yang juga diperlukan untuk mengatur kontraksi dan relaksasi otot, terlibat dalam transmisi saraf, membantu pembekuan darah, serta mengatur hormon-hormon dalam tubuh dan faktor pertumbuhan. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui bagaimana gambaran kadar kalsium serum pada usia 60-74 tahun. Dua puluh enam orang lanjut usia berpartisipasi dalam penelitian yang merupakan studi observasional dengan pengamatan sewaktu (cross-sectional). Dari hasil pemeriksaan laboratorium diperoleh 21 responden memiliki kadar kalsium serum yang normal, satu responden memiliki kadar kalsium serum yang rendah, dan empat responden memiliki kadar kalsium serum yang tinggi. Simpulan: Sebagian besar kadar kalsium serum pada usia 60-74 tahun di BPLU Senja Cerah berada dalam batas normal.Kata kunci: kadar kalsium serum, usia 60-74 tahun.
GAMBARAN KADAR GLUKOSA DARAH PUASA PADA PEKERJA KANTOR Ugahari, Louis E.; Mewo, Yanti M.; Kaligis, Stefana H.M.
eBiomedik Vol 4, No 2 (2016): eBiomedik
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35790/ebm.4.2.2016.14616

Abstract

Abstract: Blood glucose must be maintained in a constant concentration. Hyperglycemia, an increase of blood glucose level, can be a symptom of diabetes mellitus. One of the factors that affect the blood glucose level is physical activity. Low physical activity can be influenced by work. Sedentary lifestyle is identic with office workes. Office workers do not enough time to do physical activity. This study was aimed to describe the fasting blood glucose level among office workers. This was a descriptive study with a cross sectional design. Respondents were obtained by using total sampling method. There were 52 respondents in this study consisted of 25 males and 27 females. The results showed that 45 respondents (86.54%) had normal fasting blood glucose levels, 5 respondents (9.62%) had high fasting blood glucose levels (hyperglycemia), and 2 respondents (3.84%) had low fasting blood glucose levels (hypoglycemia). The maximum value was 243 mg/dL, the minimum value was 63 mg/dL, the median value was 83 mg/dL, the average value was 94.42 mg/dL, and standard of deviation was 37.85 mg/dL. Conclusion: Most office workers had normal blood glucose levels.Keywords: fasting blood glucose, office workers Abstrak: Glukosa darah dalam tubuh manusia harus dijaga dalam konsentrasi yang konstan. Kadar glukosa darah dalam tubuh yang meningkat (hiperglikemia) dapat menjadi gejala penyakit diabetes mellitus. Salah satu faktor yang memengaruhi kadar glukosa darah ialah aktivitas fisik. Aktivitas fisik yang kurang dapat dipengaruhi oleh pekerjaan. Pola hidup sedentary lifestyle identik dengan pekerja kantor dewasa ini. Pekerja kantor tidak memiliki waktu untuk terlibat dalam aktivitas fisik yang cukup. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran kadar glukosa darah puasa pada pekerja kantor. Jenis penelitian ialah deskriptif dengan desain potong lintang. Pemilihan responden dilakukan dengan metode total sampling. Responden terdiri dari 25 orang laki-laki s dan 27 orang perempuan. Hasil penelitian mendapatkan 45 responden (86,54%) memiliki kadar glukosa darah puasa normal, 5 responden (9,62%) memilki kadar glukosa darah puasa tinggi (hiperglikemia), dan 2 responden (3,84%) memilki kadar glukosa puasa rendah (hipoglikemia). Hasil pengukuran kadar glukosa darah puasa mendapatkan nilai maksimum 243 mg/dL, nilai minimum 63 mg/dL, nilai median 83 mg/dL, nilai rata-rata 94,42 mg/dL dan standar devisiasi 37,85 mg/dL. Simpulan: Sebagian besar pekerja kantor masih memiliki kadar glukosa darah puasa yang normal. Kata kunci: glukosa darah puasa, pekerja kantor
Gambaran Kadar Kreatinin Serum pada Vegetarian Lacto-Ovo Septiana, Anisa; Tiho, Murniati; Mewo, Yanti
e-Biomedik Vol 6, No 1 (2018): eBiomedik
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35790/ebm.v6i1.19113

Abstract

Abstract: Creatinine is a residual product of the metabolism in the body which is generally used to estimate active tissues. Its precursor comes from protein. In vegetarians, their eating pattern affects the body condition. Lacto-ovo vegetarians consume all kinds of vegetable but do not consume any kind of meat; however, they still consume milk, egg, and daily product. This study was aimed to describe serum creatinine levels in lacto-ovo vegetarians. This was a descriptive study with a cross-sectional design. There were 25 respondents in this study. The results showed that 23 respondents had normal creatinine serum level, and 2 respondents had low creatinine serum level. The average score of creatinine serum level was 0.8 mg/dL (SD±0.2 mg/dL). Conclusion: The majority of lacto-ovo vegetarians had normal creatinine serum level.Keywords: creatinin serum, lacto-ovo vegetarian Abstrak: Kreatinin merupakan produk sisa dari metabolisme tubuh yang biasanya digunakan untuk mengestimasi jaringan aktif tubuh. Prekursor kreatinin berasal dari protein makanan. Pola makan pada vegetarian berefek terhadap kondisi tubuh. Vegetarian lacto-ovo adalah tipe vegetarian yang mengonsumsi semua jenis sayur dan berpantang makan segala jenis daging tetapi masih mengonsumsi susu, telur, dan produk dari susu. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kadar kreatinin serum pada vegetarian lacto-ovo. Jenis penelitian ialah deskpritif dengan desain potong lintang. Responden penelitian ini berjumlah 25 orang. Hasil penelitian memperlihatkan bahwa 23 responden memiliki kadar kreatinin serum normal dan 2 responden memiliki kadar kreatinin serum rendah. Rerata nilai kadar kreatinin serum responden yaitu 0,8 mg/dL (SD±0,2 mg/dL). Simpulan: Sebagian besar vegetarian lacto-ovo memiliki kadar kreatinin serum yang normal.Kata kunci: kreatinin serum, vegetarian lacto-ovo