Claim Missing Document
Check
Articles

Found 20 Documents
Search

Potensi Seduhan Beberapa Daun Terhadap Malondialdehyde Dan Superoxide Dismutase : Review Singkat Nanda Oktavia; Tuty Shohibatuz Zakiyah; Annisa Septianing Putri Hidayat; Anugerah Dany Priyanto
Jurnal Ilmu Pangan dan Hasil Pertanian Vol 5, No 1 (2021)
Publisher : Program Studi Teknologi Pangan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26877/jiphp.v5i1.8398

Abstract

Beberapa daun seperti daun jambu  biji, sirsak, alpukat, dan kelor memiliki komponen kimia penting dalam mengatasi penyakit degeneratif. Kandungan ini seperti flavonoid dan polifenol yang bersifat sebagai antioksidan. Konsumsi bahan yang kaya antioksidan dapat menurunkan kadar Malondialdehyde dan Superoxide Dismutase dalam darah, salah satunya dengan konsumsi teh. Akhir-akhir ini telah banyak penelitian mengenai aktivitas antioksidan teh terhadap kadar Malondialdehyde dan Superoxide Dismutase. Namun, terdapat kekurangan informasi mengenai efek aktivitas antioksidan teh dari berbagai daun. Oleh karena itu, tujuan dari tinjauan ini adalah untuk meringkas dan mengumpulkan sudut pandang aktivitas antioksidan teh terhadap kadar Malondialdehyde  dan Superoxide Dismutase dari daun jambu biji dan beberapa macam jenis daun. Karakteristik tiap jenis daun memiliki persamaan komponen kimia dan perbedaan pada kadar tiap komponen tersebut. Komoditas daun jambu biji, teh (hijau, oolong, hitam), daun alpukat, daun sirsak, dan daun kelor memiliki aktivitas antioksidan yang berbeda, diantara yang lainnya daun jambu biji memiliki aktivitas antioksidan yang cukup tinggi. Tingginya aktivitas antioksidan dari olahan daun dapat menurunkan kadar Malondialdehyde dalam darah. Sesuai dengan hal tersebut ringkasan ini dapat memberikan kontribusi untuk menjelaskan tinjauan komprehensif tentang aktivitas antioksidan teh terhadap kadar Malondialdehyde dan Superoxide Dismutase dari bahan yang kurang dimanfaatkan dan aman untuk dikonsumsi.
Effect of Binder Types and Its Concentrations on Sausage Formulations from Asian Green Mussel and Tempeh Flour Anugerah Dany Priyanto; Sri Djajati
Jurnal Ilmu Pangan dan Hasil Pertanian Vol 4, No 1 (2020)
Publisher : Program Studi Teknologi Pangan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26877/jiphp.v4i1.5895

Abstract

Asian green mussels are fishery products found in both traditional and modern markets, but the characteristics of fresh products are rapidly decreasing in physical and chemical quality. Processed product is one option to extend the shelf life and one of product is made into sausage due to its heating process can kill microorganisms. The purpose of this study is to improve consistency of texture that will affect organoleptic characteristics by adding variations of hydrocolloid types with different concentrations. The Completely Randomized Design (CRD) was used as the design of experiment with hydrocolloid type variables, such as alginate, carrageenan, and CMC with 3 variations of concentrations specifically 1%, 2%, and 3%. The results of this study had a significant influence on the physical and chemical properties of sausages (P <0.05). Sausage from Asian green mussels and tempeh flour with the addition of 2% CMC was chosen as the best formulation because it has the highest level of preference from sensory evaluation. Some physical properties of these sausages include texture 120.11 ± 16.5 mm/g.s, water holding capacity (WHC) 52.43 ± 0.04%, and emulsion stability 73.23 ± 0.37%. In addition, the chemical characteristics of this sausage are water content of 52.50 ± 0.09%, ash content of 2.49 ± 0.26%, protein content of 19.94 ± 0.35%, and fat content of 12.72 ± 0.56%. Hopefully, the development of this product can be one of the strategies in utilizing Asian green mussels in extending their shelf life. 
Pengaruh Suhu dan Waktu Pre-Heating pada Kualitas Fisik, Total Mikroba dan Organoleptik Susu Kolagen Sapi yang Dipasteurisasi Menggunakan Pulsed Electric Field Anugerah Dany Priyanto; Luqman Agung Wicaksono; Angky Wahyu Putranto
Jurnal Keteknikan Pertanian Tropis dan Biosistem Vol 9, No 2 (2021)
Publisher : Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21776/ub.jkptb.2021.009.02.05

Abstract

Susu merupakan bahan pangan yang mudah rusak pada kualitas nutrisi dan mikrobiologi disebabkan karena penanganan yang kurang tepat. Saat ini minuman berkolagen menjadi produk komersial yang sedang berkembang. Oleh karena itu, tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui pengaruh suhu dan waktu pre-heating terhadap kualitas fisik, mikrobiologi dan organoleptik susu yang diperkaya dengan hidrolisat kolagen sapi serta menentukan perlakuan terbaiknya. Rancangan Acak Lengkap (RAL) digunakan sebagai desain percobaan dengan variabel suhu (35, 45, 55 dan 65oC) dan waktu pre-heating (10, 20, 30 dan 40 menit). Penelitian menunjukkan terjadi interaksi (P<0.05) antara kedua variabel terhadap parameter total plate count (TPC) dan organoleptik, akan tetapi tidak berpengaruh pada parameter viskositas dan stabilitas emulsi. Perlakuan terbaik diperoleh pada kondisi pre-heating dengan suhu 55oC dan waktu 30 menit. Beberapa karakteristik tersebut diantaranya viskotas 4.48 ± 0.08 cP, stabilitas emulsi 12.33 ± 1.73%, TPC 3.299 ± 0.003 log cfu/ml dan nilai sensorinya meliputi rasa 4.33 ± 0.25, aroma 4.15 ± 0.35, mouthfeel 3.85 ± 0.63 serta warna 4.56 ± 0.05. Harapannya dengan adanya penelitian ini menjadi sebuah inovasi dalam mengolah susu secara non-thermal yang diperkaya dengan hidrolisat kolagen sapi yang aman dan terjaga nutrisinya serta dapat diterima sensorinya.
PELATIHAN PENGOLAHAN ES PUTER DAN ES KRIM PADA KELOMPOK BANK SAMPAH BINTANG MANGROVE, GUNUNG ANYAR SURABAYA Jariyah Jariyah; Sri Djajati; Anugerah Dany Priyanto
LOGISTA - Jurnal Ilmiah Pengabdian kepada Masyarakat Vol 5 No 1 (2021)
Publisher : Department of Agricultural Product Technology, Faculty of Agricultural Technology, Universitas Andalas Kampus Limau Manis - Padang, Sumatera Barat Indonesia-25163

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25077/logista.5.1.266-271.2021

Abstract

Pemanfaatan buah mangrove sebagai bahan dasar minuman belum dilakukan secara optimal, untuk itu, perlu dikembangkan lebih lanjut menjadi produk minuman yang mempunyai kandungan nutrisi yang tinggi. Implementasi dari penelitian tersebut yaitu pada kegiatan pengabdian masyarakat pada kelompok Bank Sampah Bintang Mangrove (BSBM). Ketrampilan yang diberikan yaitu pembuatan minuman beku berupa es puter dan es krim dengan bahan dasar buah mangrove. Metode yang digunakan dalam memfasilitasi peningkatan ketrampilan kelompok BSBM dengan memberikan pelatihan berupa metode ceramah, praktik dan pendampingan. Metode ceramah dengan memberikan teori dasar dalam pengolahan buah mangrove menjadi es puter dan es krim, sehingga mempunyai nilai tambah baik dari segi rasa maupun nutrisi dari minuman tersebut. Metode praktik yaitu memberikan pelatihan yang ditekankan pada kemampuan kelompok BSBM dalam membuat minuman yang mempunyai rasa dan kandungan nutrisi tinggi, memiliki fungsi terhadap kesehatan. Pelatihan ini lebih mengedepankan partisipasi aktif kelompok BSBM serta memberikan pendampingan untuk keberlanjutan kegiatan usaha dan pemasaran. Luaran dari kegiatan ini adalah dihasilkan produk minuman yang mempunyai kandungan nutrisi dan produk inovatif, sehingga dapat membantu menambah pendapatan kelompok BSBM. Kata kunci: Es Puter, Es Krim, Buah Mangrove, Gunung Anyar, Pengabdian Masyarakat ABSTRACT Utilizarion of mangrove fruit as a main ingredient for drinks has not been carried out optimally, therefore, it is necessary to develop into beverage products within higly nutrition value. Implementation of research result by community service to Bank Sampah Bintang Mangrove (BSBM) group (BSBM). The given skills are production of frozen drinks into es puter and ice cream with mangrove fruit as the main ingredient. The method used in facilitating the improvement of the skills from BSBM group were conducted by training of lecture method, practice and mentoring. The lecture method provided a basic theory of processing mangrove fruit into es puter and ice cream, so that it has added value in terms of both taste and nutrition from the drink. The practical method was to provide training that emphasizes the ability of the BSBM group in making drinks that have high taste and nutritional value, which have a function for health. This training emphasizes the active participation of the BSBM group and provides assistance for the sustainability of business and marketing activities. The output of this activity is to produce beverage products that have nutritional value and innovative product, in order to increase their income from BSBM group. Keywords: Es Puter, Ice Cream, Mangrove Fruit, Gunung Anyar, Community Service
Implementasi Pulsed Electric Field untuk Meningkatkan Efektivitas Pasteurisasi Susu pada CV Milkinesia Nusantara di Ponorogo Anugerah Dany Priyanto; Sri Djajati; Ratna Yulistiani
Khadimul Ummah Vol 4, No 1 (2020): November 2020
Publisher : Universitas Darussalam Gontor

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21111/ku.v4i1.5036

Abstract

Susu merupakan produk hasil peternakan yang memiliki nutrisi lengkap yang dibutuhkan oleh manusia. Kelebihan dari susu sebagai sumber protein hewani yang mudah diserap oleh tubuh dan komponen-komponen bioaktif yang lain yang memiliki nilai fungsional di tubuh. Kelemahan dari produk ini yaitu mudah rusak karena adanya reaksi kimia dan kontaminasi mikroorganisme, sehingga memiliki umur simpan yang relatif pendek. Kabupaten Ponorogo merupakan salah satu penghasil susu di Jawa Timur tinggi produktivitasnya. Hasil peternakan berupa susu sapi segar tersebut akan diolah oleh beberapa unit usaha pengolahan susu di daerah Ponorogo. CV Milkinesia Nusantara merupakan salah satu unit usaha pengolahan susu berskala kecil menengah di Ponorogo. Penggunaan metode pasteurisasi konvensional dirasa kurang efisien dikarenakan pasteurisasi menggunakan panas dengan peralatan sederhana yaitu panci dan pemanas kompor membutuhkan waktu yang lama, suhu yang tidak stabil, dan energi yang tinggi. Program ini diharapkan mampu menjadi solusi dengan penerapan teknologi tepat guna Pulsed Electric Field (PEF) pada mitra yang dengan penerapan sistem non-thermal. Hasil dari program ini yaitu diterapkannya PEF pada CV Milkinesia Nusantara untuk memproduksi susu pasteurisasi, sehingga kualitas susu siap minum dapat terjaga serta memiliki umur simpan yang panjang.
EVALUASI PROKSIMAT DAN ORGANOLEPTIK BEKASAM IKAN WADER (Rasbora lateristriata) BERDASARKAN PERBEDAAN LAMA FERMENTASI DAN KONSENTRASI GARAM Rahmawati Rahmawati; Astrid Damayanti; Sri Djajati; Anugerah Dany Priyanto
Agroindustrial Technology Journal Vol 5, No 2 (2021): Agroindustrial Technology Journal
Publisher : Universitas Darussalam Gontor

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21111/atj.v5i2.6869

Abstract

Ikan wader (Rasbora lateristriata) banyak dikonsumsi oleh masyarakat Indonesia serta dapat diolah dan diawetkan menjadi produk yang biasa disebut dengan bekasam. Proses fermentasi pada bekasam dipengaruhi oleh berbagai faktor, beberapa di antaranya adalah lama proses fermentasi dan konsentrasi garam yang digunakan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh lama fermentasi dan konsentrasi penambahan garam terhadap komposisi proksimat dan aspek organoleptik pada produk bekasam ikan wader. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan pola faktorial yang terdiri dari dua faktor, yaitu faktor I (lama fermentasi: 4 hari, 5 hari, dan 6 hari) dan faktor II (konsentrasi garam: 15%, 17,5%, dan 20%). Hasil penelitian menunjukkan bahwa kadar air dan kadar abu bekasam ikan wader berkisar 58,985- 62,651% dan 14,928 – 19,872%. Pengujian aspek organoleptik menunjukkan bahwa aroma dan rasa yang paling disukai adalah bekasam dengan lama fermentasi 6 hari dengan konsentrasi garam 15%. Tekstur yang paling disukai adalah bekasam dengan lama fermentasi 4 hari dengan konsentrasi garam 20%, sedangkan warna yang paling disukai adalah bekasam dengan lama fermentasi 4 hari dengan konsentrasi garam 15%.
Edukasi Good Manufacturing Practice dan Hazard Analysis and Critical Control Points Pada Pengolahan Susu Segar di CV Milkinesia Nusantara Anugerah Dany Priyanto; Teti Estiasih; Angky Wahyu Putranto; Widyasari Widyasari; Rangga Kurnia Putra
J-Dinamika : Jurnal Pengabdian Masyarakat Vol 7 No 1 (2022): April
Publisher : Politeknik Negeri Jember

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25047/j-dinamika.v7i1.3064

Abstract

CV Milkinesia Nusantara merupakan salah satu badan usaha yang mengolah susu di Kabupaten Ponorogo, Jawa Timur. Pengolahan susu CV Milkinesia Nusantara berasal dari bahan baku susu segar. Permasalahan terbesar bagi CV Milkinesia Nusantara adalah risiko kontaminasi tinggi dari susu segar yang tinggi nutrisi dan mengancam keamanan hasil produk olahannya. Salah satu solusi untuk dapat memproduksi pangan yang aman adalah dengan cara penerapan  Good Manufacturing Practices (GMP) dan  Hazard Analysis and Critical Control Points (HACCP). Tujuan dari kegiatan pengabdian masyarakat ini adalah untuk memberikan wawasan penerapan GMP dan HACCP agar menghasilkan produk olahan susu yang aman untuk produknya. Pengabdian dilaksanakan pada bulan November 2021. Metode dalam kegiatan pengabdian adalah melakukan survey awal, diseminasi, dan evaluasi akhir kepada karyawan CV Milkinesia Nusanatara. Hasil kegiatan ini adalah terlaksananya kegiatan pengabdian serta adanya peningkatan wawasan yang dilihat dari antusiasme dan evaluasi akhir kegiatan.  
Effects of Papain Concentration and Hydrolysis Time on Degree of Hydrolysis and Glutamic Acid Content of Apple Snail Hydrolysate Dedin Finatsiyatull Rosida; Anugerah Dany Priyanto; Andre Yusuf Trisna Putra
Nusantara Science and Technology Proceedings 5th International Seminar of Research Month 2020
Publisher : Future Science

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.11594/nstp.2021.0904

Abstract

Umami taste enhances the high palatability in cuisine by the presence of high level of glutamic acid content. This savoriness compound could get from fermentation and hydrolysis process. Generally, consumer perception thinks preferable natural sources due to food safety issues. Apple snail (Pila ampullacea) is known as abundant wildlife containing high protein source. The most popular protease in Indonesia is papain, which was used to generate the apple snail hydrolysate. The objective of this research is to define the specified condition based on papain concentration and hydrolysis time to produce umami taste from apple snail. Those two variables showed a significant effect on the degree of hydrolysis and glutamic acid content of apple snail hydrolysate, therefrom the data were several various values in the lowry method and ninhydrin colorimetry, respectively. The established condition resulting in a degree of hydrolysis and glutamic acid content was as high as 56.56 ± 1.65% and 95.34 ± 0.13 ppm. The study concluded that papain within certainly condition denotes free amino acid in releasing of umami taste. Furthermore, this research will be applied as flavour enhancers, commonly known as monosodium glutamate (MSG). Also, this study promotes a natural source as safer flavor enhancers, utilization of potential local commodity, and can compete with the commercial ones.
Effect of Hydrolysis Time and Bromelain Enzyme Concentration on Protein Levels Of Apple Snail (Pila ampullaceal) Hydrolyzate Dedin Finatsiyatull v; Anugerah Dany Priyanto; Andre Yusuf Trisna
Nusantara Science and Technology Proceedings International Seminar of Research Month 2021
Publisher : Future Science

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.11594/nstp.2022.2452

Abstract

A high enough population of snails is considered detrimental to society. Currently, snails have a fairly low economic value, even though the protein content is quite high. In general, animal protein content is higher than vegetable protein, but animal protein tends to be more expensive. The need for protein as a human nutrient is quite high. There needs to be an effort to provide a source of animal protein in sufficient quantities, the price is relatively cheap, and contains high protein. For this reason, it is necessary to use the protein of snails. Apple Snail (Pila ampullaceal) is a type of snail that has a high protein content. There needs to be a method to optimize the extract of snail protein. The protein hydrolysis process was one method to optimize the process of separating protein from non-protein content. Snail protein hydrolyzate can be used for umami products, soy sauce, or biscuit mixtures. The process of the hydrolysis of Apple snails using the bromelain enzyme at concentrations: of 1%, 5%, and 10% with variations in hydrolysis time of 3 hours, 6 hours, 9 hours, 12 hours, 15 hours, and 18 hours. The results showed that treatment at 1% bromelain enzyme concentration obtained the highest soluble protein content (4.18%) at 15 hours of hydrolysis time. While in the treatment of 5% bromelain enzyme concentration, the highest dissolved protein content (3.35%) was obtained at 15 hours of hydrolysis time. In the treatment of 10% bromelain enzyme concentration, the highest dissolved protein content (4.13%) was obtained at 12 hours of hydrolysis time. The results of this study can be concluded that the highest protein content was obtained by using the enzyme bromelain 1%-10% with a hydrolysis duration of 12 hours - 15 hours.
Pengaruh konsentrasi enzim chitosanase dan waktu inkubasi terhadap karakteristik chitooligosakarida dan aktivitas prebiotik dari cangkang kepiting bakau Nanda Oktavia; Sri Winarti; Anugerah Dany Priyanto

Publisher : Program Studi Ilmu dan Teknologi Pangan, Universitas Yudharta, Pasuruan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35891/tp.v13i2.3080

Abstract

Mangrove crab shells are one of the wastes that are poorly utilized because it is usually only used for animal feed mixtures. Mangrove crab shells have a high enough chitin content so that it can be used as chitosan and then used as chitooligosaccharides that have the potential to have prebiotic activity. The study aimed to determine the effect of enzyme concentration and length of incubation time on the prebiotic characteristics and activity of chitooligosaccharides. Completely Randomized Design was used as a design experiment with a variable chitosanase enzyme concentration (0.5%, 1%, and 1.5%) and incubation time (1 hour, 3 hours, and 5 hours). The study shows that there is an interaction between the two variables in the viscosity parameter, degree of deacetylation, molecular weight, and degree of polymerization. The results showed that the best treatments were an enzyme concentration of 0.5% and a long incubation time of 5%, which resulted in chitooligosaccharides with characteristics: viscosity of 2.75 cPs, degree of deacetylation of 97.68%, the molecular weight of 546.99 Da, and degree of polymerization of 2.67. The best treatment tested the prebiotic activity of 1,18 for Lactobacillus acidophilus bacteria and 1,33 for Bifidobacterium breve bacteria. Hope this research would be an innovation in the production of a crabs shell or chitin’s source into prebiotic chitooligosaccharide and could boost the immune system.