Claim Missing Document
Check
Articles

Found 30 Documents
Search

TEKNIK PEMIJAHAN ALAMI IKAN ARWANA SUPER RED (Scleropages formosus) DI PT. ARWANA, DEPOK, JAWA BARAT Pemuda Arya Pamungkas; Prayogo Prayogo
Journal of Aquaculture and Fish Health Vol. 7 No. 3 (2018): JAFH Vol. 7 No. 3 September 2018
Publisher : Department of Aquaculture

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (43.05 KB) | DOI: 10.20473/jafh.v7i3.11257

Abstract

Ikan Arwana super red merupakan ikan yang memiliki warna dan bentuk yang mengagumkan. Ikan jenis ini banyakdicari oleh kolektor ikan hias karena dianggap dapat mendatangkan hoki. Permintaan pasar yang terus menngkat tidak dibarengi dengan meningkatnya produksi ikan dari produsen. Diperlukan adanya informasi tentang pemijahan alami dari ikan arwana super red. Tujuan praktek kerja lapang yang telah dilakukan untuk mengetahui standard operasional yang benar tentang pemijahan alami ikan arwana super red di PT. Arwana, dengan mengetahui standard operasional teknik pemijahan ikan arwana dapat ditemukan juga hambatan yang muncul saat proses pemijahan ikan arwana super red. Kegiatan pemijahan secara alami pada ikan Arwana Super Red meliputi persiapan kolam dengan melakukan pengeringan kolam tanah selama satu minggu. Langkah selanjutnya adalah menanam tanaman sejenis padi. Setelah itu dilakukan pengisian air pada kolam tanah. Seleksi induk untuk memilih induk yang matang gonad kemudian memasukanikan sebanyak 60 ekor per kolam dengan perbandingan jantan betina 1:1 dengan jumlah jantan 30 dan betina 30. Langkah selanjutya dilakukan pemberian pakan berupa katak hidup yang telah disterilkan dengan menggunakan air mengalir. Setelah satu bulan ikan arwana memijah secara alami. Langkah terakhir adalah melakukan pemanenan benih. 
PENAMBAHAN ENZIM FITASE PADA PAKAN BUATAN TERHADAP NILAI KECERNAAN PROTEIN DAN ENERGI IKAN BAUNG (Mystus nemurus) DENGAN TEKNIK PEMBEDAHAN Aprillia Mawaddah Rochmawati; Muhammad Arief; Prayogo Prayogo
Journal of Aquaculture and Fish Health Vol. 6 No. 1 (2017): JAFH Vol. 6 No. 1 Februari 2017
Publisher : Department of Aquaculture

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (252.578 KB) | DOI: 10.20473/jafh.v6i1.11268

Abstract

Ikan baung (Mystus nemurus) merupakan komoditas air tawar asli Indonesia yang memiliki nilai ekonomis tinggi. Kendala yang dihadapi dalam usaha pengembangan pakan buatan ikan baung untuk benih adalah pemanfaatan protein nabati dalam pakan belum optimal. Bahan-bahan nabati seperti tepung bungkil kedelai, jagung dan dedak padi. Kelompok tumbuhan dalam bentuk biji-bijian seperti padi, kacang-kacangan dan kelapa di dalamnya terdapat asam fitat. Asam fitat dapat bereaksi membentuk senyawa komplek dengan kalsium, magnesium, tembaga, seng, karbohidrat dan protein sehingga dapat mengurangi kecernaan nutrien tersebut. Salah satu enzim eksonegus pemecah asam fitat adalah enzim fitase. Fitase adalah enzim yang mampu menghidrolisa asam fitat menjadi inositol dan asam fosfat. Inositol merupakan salah satu vitamin yang diperlukan untuk pertumbuhan normal tubuh, pemeliharaan dan reproduksi. Asam fosfat berperan dalam aktivitas metabolisme dalam tubuh. Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan nilai kecernaan protein dan energi ikan baung. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April – Juni di Fakultas Perikanan dan Kelautan, Universitas Airlangga. Metode penelitian yang akan digunakan adalah metode eksperimental dengan rancangan acak lengkap. terdiri atas lima perlakuan dan empat kali ulangan. Parameter utama nilai kecernaan protein dan enegiikan baung yang diujikan di Laboratorium Pakan Ternak, Fakultas Kedokteran Hewan, Universitas Airlangga. Parameter pendukung yang diamati yaitu kualitas air pemeliharaan ikan baung. Penambahan enzim fitase pada dosis 450 mg dapat meningkatkan nilai kecernaan protein dengan rata-rata 97,18% - 97,86%. Penambahan enzim fitase pada dosis 450 mg dapat menaikkan kecernaan energi dengan rata-rata 96,97% - 97,99%. 
POTENSI PENAMBAHAN Azolla sp. DALAM FORMULASI PAKAN IKAN LELE (Clarias sp.) TERHADAP NILAI KECERNAAN PROTEIN DAN KECERNAAN ENERGI MENGGUNAKAN TEKNIK PEMBEDAHAN Ratna Eka Wardani; Prayogo Prayogo; Agustono Agustono
Journal of Aquaculture and Fish Health Vol. 6 No. 2 (2017): JAFH Vol. 6 No. 2 Juni 2017
Publisher : Department of Aquaculture

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (156.536 KB) | DOI: 10.20473/jafh.v6i2.11286

Abstract

Ikan lele merupakan salah satu jenis ikan yang sangat potensial untuk dikembangkan sebagai ikan konsumsi. Permintaan pasar ikan lele di Indonesia semakin meningkat sehingga produksi yang dibutuhkan semakin tinggi, untuk itu dengan penambahan tepung azolla sebagai salah satu campuran bahan formulasi pakan ikan lele dibutuhkan untuk memacu pertumbuhan atau meningkatkan produktivitas ikan lele. Azolla sp. merupakan tanaman paku air yang selama ini dianggap sebagai gulma oleh para petani sehingga tidak dimanfaatkan, namun Azolla sp. memiliki kandungan protein yang cukup tinggi berkisar antara 24-30%sehingga dengan penambahan tanaman Azolla dapat menurunkan biaya produksi serta mempercepat pertumbuhan ikan lele. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penambahan tanaman Azolla sp..pada formulasi pakan terhadap nilai kecernaan protein dan kecernaan energi ikan lele menggunakan teknik pembedahan. Metode penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dan perlakuan yang dilakukan dalam penelitian ini menggunakan perbedaan jumlah persen Azolla sp. yaitu menggunakan P0 sebagai kontrol dengan penambahan Azolla sp. 0%, P1 penambahan Azolla sp. 5%, P2 penambahan Azolla sp. 10%, P3 penambahan Azolla sp. 15%, P4 penambahan Azolla sp. 20%. Kemudian dilakukan ulangan sebanyak 4 kali. Hasil Penelitian ini menggunakan penambahan Azolla sp. terhadap nilai kecernaan protein berbeda nyata (P<0,05) sedangkan untuk penambahan Azolla sp. terhadap nilai kecernaan energi tidak berbeda nyata (P>0,05). Untuk kadar kecernaan protein tertinggi pada perlakuan P3 dengan penambahan Azolla sp. 15% dan kadar kecernaan energi tertinggi pada perlakuan P2 dengan penambahan Azolla sp. 10%. 
SUBSTITUSI FERMENTASI LIMBAH PADAT SURIMI IKAN SWANGGI (Priacanthus macracanthus) PADA TEPUNG IKAN TERHADAP RETENSI PROTEIN DAN RETENSI LEMAK IKAN LELE DUMBO (Clarias sp.) Alif Aunurrofiq; Prayogo Prayogo; Muhammad Arief
Journal of Aquaculture and Fish Health Vol. 6 No. 3 (2017): JAFH Vol. 6 No. 3 September 2017
Publisher : Department of Aquaculture

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (72.298 KB) | DOI: 10.20473/jafh.v6i3.11290

Abstract

Lele mudah beradaptasi dengan lingkungan air tawar. Prospek tersebut membuat ikan lele mendapat perhatian bagi pengusaha untuk mengelolanya. Pakan pada akuakultur berperan penting dalam menentukan keberhasilan perikanan dalam memenuhi kebutuhan ikan. Tingkat pertumbuhan ikan yang baik sangat bergantung pada formula pakan yang didasarkan pada kebutuhan ikan itu sendiri. Pemenuhan pakan ikan yang memiliki kandungan gizi sempurna hanya mengandalkan bahan pakan impor yang sangat mahal, oleh karena itu untuk mempercepat pertumbuhan dan menghemat biaya pakan diperlukan tambahan bahan pakan alternatif. Limbah padat Surimi terdiri dari kepala, kulit, duri dan tulang ikan. Perlakuan secara biologis yang dikenal dengan proses fermentasi adalah memanfaatkan kemajuan bioteknologi mikroba dan cara alternatif untuk mengoptimalkan daur ulang limbah perikanan. Prinsip kerja proses fermentasi yaitu memecah senyawa kompleks menjadi senyawa sederhana yang mudah dicerna oleh mikroorganisme. Penelitian ini menggunakan empat jenis perlakuan dengan lima ulangan pada masing-masing perlakuan. Substitusi fermentasi limbah padat ikan surimi swanggi pada P0, P1, P2 dan P3 adalah 0%, 25%, 50% dan 75%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa substitusi fermentasi limbah padat surimi swanggi pada tepung ikan menunjukkan hasil yang tidak berbeda nyata (p> 0,05) pada retensi protein ikan dan menunjukkan hasil yang berbeda nyatao(p <0,05) terhadap retensi lemak ikan lele. Pemeliharaan kualitas air pada media ikan lele meliputi suhu 26-28 C, oksigen terlarut 5-8 mg / l, pH 7-8, dan amonia 0-1,5 mg / l. 
Pengaruh Pemberian Bakteri Hetrotrof Terhadap Kualitas Air pada Budidaya Lele Dumbo (clarias sp.) Tanpa Pergantian Air Dwi Ernawati; Prayogo Prayogo; Boedi Setya Rahardja
Journal of Aquaculture and Fish Health Vol. 5 No. 1 (2016): JAFH Vol. 5 No. 1 Februari 2016
Publisher : Department of Aquaculture

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (198.113 KB) | DOI: 10.20473/jafh.v5i1.11314

Abstract

Ikan lele dumbo (Clarias sp.) sebagai komoditas air tawar memiliki permintaan yang tinggi. Salah satu cara untuk memenuhi kebutuhan permintaan lele dumbo adalah perbaikan kualitas air sehingga produktifitas ikan semakin meningkat. Tujuan penelitian guna mengetahui pengaruh dari pemberian probiotik yang mengandung bakteri heterotrof berbeda pada perairan dan pengaruhnya terhadap kadar ammonia dan kadar nitrit pada media budidaya lele dumbo. Penelitian ini menggunakan metode eksperimental Rancangan Acak Lengkap (RAL). Ikan lele dumbo dipelihara selama 30 hari dengan empat perlakuan dan empat ulangan yaitu P1 (kontrol), P2 (probiotik A), P3 (probiotik B), dan P4 (probiotik C). Datahasil penelitian diolah menggunakan Analysis of Variance dan dilanjutkan Uji Berjarak Duncan karena didapatkan hasil yang berbeda nyata. Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa pemberian probiotik yang mengandung bakteri heterotrof pada perairan mampu menekan produksi amonia dan nitrit yang berbeda nyata (p<0,05). Produksi kadar ammonia terendah adalah P4 sebesar 0,2093 ± 0,01483, dan tertinggi pada P1 sebesar 0,2641±0,01357. Produksi kadar nitrit terendah pada P4 sebesar 0,0509 ± 0,00644, dan tertinggi pada P1 sebesar 0, 0988± 0,00404. 
EFEK PENAMBAHAN KITOSAN TERHADAP PERUBAHAN JUMLAH TOTAL HEMOSIT DAN DAYA TAHAN TERHADAP STRES SALINITAS PADA UDANG VANAME (Litopenaeus vannamei) Okky Hermawan; Woro Hastuti Satyantini; Prayogo Prayogo
Journal of Aquaculture and Fish Health Vol. 5 No. 3 (2016): JAFH Vol. 5 No. 3 September 2016
Publisher : Department of Aquaculture

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (191.261 KB) | DOI: 10.20473/jafh.v5i3.11330

Abstract

Udang vaname (Litopenaeus vannamei) merupakan suatu komoditas unggulan industri perikanan Indonesia. Pada budidaya udang vaname, muncul beberapa kendala, yaitu adanya serangan penyakit yang disebabkan oleh virus dan bakteri. Hal tersebut dapat diatasi dengan pemberian imunostimulan untuk pencegahan penyakit melalui peningkatan sistem imun udang. Kitosan adalah salah satu bahan yang dapat digunakan sebagai imunostimulan. Kitosan dapat meningkatkan sistem imun. Stres merupakan respon fisiologis yang terjadi saat hewan berusaha mempertahankan kondisi tubuhnya dari perubahan lingkungan. Faktor lingkungan seperti suhu, oksigen terlarut dan salinitas dapat menyebabkan terjadinya perubahan jumlah total hemosit. Jumlah total hemosit dapat digunakan untuk mengetahui status kesehatan udang. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efek penambahan kitosan pada pakan terhadap perubahan jumlah total hemosit dan daya tahan terhadap stres salinitas pada udang vaname (Litopenaeus vannamei). Metode penelitian yang digunakan adalah eksperimental menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan empat perlakuan serta empat ulangan. Perlakuan yang digunakan adalah penambahan kitosan sebesar 0 mg/kg pakan (A1), 250 mg/kg pakan (A2), 500 mg/kg pakan (A3) dan 1000 mg/kg pakan (A4). Parameter yang diamati adalah jumlah total hemosit selama 14 hari pemeliharaan, 24 jam dan 48 jam setelah uji stres salinitas, kelangsungan hidup saat uji stres salinitas dan kualitas air. Data dianalisis menggunakan Analisis Varian (Anova) dan dilanjutkan dengan Uji Jarak Berganda Duncan. Hasil penelitian yang dilakukan menunjukkan bahwa penambahan kitosan pada pakan selama 14 hari pemeliharaan dan selama 24 jam setelah uji stres salinitas memberikan pengaruh yang berbeda nyata (p<0,05) terhadap jumlah total hemosit udang vaname dengan jumlah total hemosit tertinggi diperoleh pada perlakuan A2 (250 mg kitosan/kg pakan). Empat puluh delapan jam setelah uji stres salinitas tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap jumlah total hemosit udang vaname dan kelangsungan hidup udang vaname. 
The Comparison of Water Spinach (Ipomoea aquatica) Density Using Aquaponic System Through Reduced Concentration of Ammonia (NH3), Nitrite (NO2), Nitrate (NO3) And Its Influence On Conversion Rate and Feed Efficiency To Increase The Survival Rate And Growth Rate of African Catfish (Clarias sp.) Intensive Prayogo Prayogo
Journal of Aquaculture and Fish Health Vol. 8 No. 2 (2019): JAFH vol. 8 no. 2 Juni 2019
Publisher : Department of Aquaculture

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (230.685 KB) | DOI: 10.20473/jafh.v8i2.13626

Abstract

In intensive aquaculture farming activities will generate solid waste and liquid waste that comes from feces and leftover fish feed. The waste accumulation can lead to deterioration of water quality that affects the physiological processes, behavior, growth, and mortality of fish. Technological innovation is needed for the management of water quality and increase productivity as a result of shrinkage of cultivated land. One of the technological innovations that can be applied, namely the incorporation of fish farming with crops through Aquaponics system. This study aims to determine the effects of water spinach optimum density to absorb waste ammonia (NH3), nitrate (NO3) and nitrite (NO2) optimally to increase the survival rate and growth rate of african catfish (Clarias sp.) intensive As well as to see its effect on conversion rates and feed efficiency with aquaponics system. The method used is the experimental method. The experimental research is used to determine the effect of certain variable towards a group under controlled conditions. The results of measurements of ammonia levels during P0 showed that the treatment significantly different (p <0.05) with treatment P1; P2; and P3. P3 treatment with water spinach number 40 stems provide maximum results in lowering the concentration of ammonia compared with treatment P0 (without spinach), P1 (20 water spinach), and P2 (30 water spinach). The measurement results nitrite levels during the observation showed that all treatments there were no significant differences (p> 0.05). The measurement results also showed that the nitrate content whole of observation results showed that all treatments there were no significant differences (p> 0.05). The best feed conversion ratio was found in P3 treatment of 1.08. The best feed efficiency was found in P3 treatment 92,25%. The highest survival rate was found in P3 treatment (88.69%) in maintenance medium and lowest survival rate was in P0 treatment (26,71%) without water spinach  (control). The highest specific growth rate was found in P3 treatment (1.15%), while the lowest specific growth rate was in treatment P0 (0.79%).Results of water quality measurement supporting all treatments decreased and increased. The supporting water quality are temperature, pH, and dissolved oxygen. The decrease and increase in support water quality is caused by environmental factors such as weather. Other parameters were observed in addition to supporting the water quality is water spinach plant growth. Value growth water spinach is best found in treatment P3. In the treatment P3 water spinach growth rose 5.14 cm with an initial size of 10.92 into 16.06.
Growth Performance and Nutrient Composition of Mustard Green (Brassica juncea) cultured in Aquaponics Systems and Hydroponic System Prayogo Prayogo; Agustono Agustono; Boedi Setya Rahardja; Muhamad Amin
Journal of Aquaculture and Fish Health Vol. 10 No. 3 (2021): JAFH Vol. 10 No. 3 September 2021
Publisher : Department of Aquaculture

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20473/jafh.v10i3.26593

Abstract

Aquaculture waste is rich in various nutrient contents from uneaten feed, faeces or urine including nitrogen in terms of total ammonium nitrogen (TAN) and nitrite. With the help of nitrifying bacteria, the nitrogen wastes can be converted into nitrate which is one of the main components of commercial fertilizer in agriculture. This study aimed at comparing the growth and nutrient contents (crude protein, crude fat, energy, and antioxidant) of mustard Green (Brassica juncea) cultured in different culture media (aquaculture waste which is generally known as the aquaponics system vs hydroponic system which used commercial inorganic fertilizer). The aquaponics system was prepared by previously growing Nile tilapia fingerling, Oreochromis niloticus, for ~2 weeks to reach nitrate concentration on the effluent water ~30mg/L. Mustard Green was cultured in the system for 30 days. Nutrient availability in both systems was also monitored by measuring nitrate content and total dissolved solids. The results showed that the growth, nutrient content including crude protein, crude fat, total energy, and antioxidant content of the vegetable were not significantly different between the system, p>0.05. Nutrient availability especially in terms of nitrate was also not significantly different between the culture system. These results suggest that the aquaponics system could be used to produce vegetables with the same growth and nutrient content as a vegetable grown in the aquaponics system. Furthermore, aquaculture waste can be used to replace inorganic fertilizer to grow vegetables which later contribute to the reduction of total production cost.
Pengaruh Pemberian Hormon Igf-I (Insulin-Like Growth Factor-I) Recombinant Mouse terhadap Pertumbuhan Ikan Gurame (Osphronemus Gouramy) [ Effect of hormones Recombinant Mouse IGF-I (Insulin-Like Growthfactor-I) on The Growth of Osphronemus gouramy] Woro Hastuti Satyantini; Prayogo Prayogo; Dimas Eraparamarta Harkitiyanto
Jurnal Ilmiah Perikanan dan Kelautan Vol. 8 No. 1 (2016): JURNAL ILMIAH PERIKANAN DAN KELAUTAN
Publisher : Faculty of Fisheries and Marine Universitas Airlangga

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20473/jipk.v8i1.11190

Abstract

Abstrak Konsumsi ikan gurame semakin meningkat setiap tahun mengakibatkan tingginya jumlah permintaan, belum dapat diimbangi produksi yang mencukupi. Laju pertumbuhan ikan gurame dikenal lambat, sehingga untuk mencapai ukuran konsumsi diperlukan waktu pemeliharaan relatif lama. Peningkatan kualitas produksi dengan meningkatkan kemampuan metabolisme sel terhadap asupan pakan ikan melalui penyuntikan hormon insulin-like growth factor-I(IGF-I) diharapkan dapat memacu pertumbuhan, dan produksi ikan dapat ditingkatkan. Tujuan dari penelitian ini adalahuntuk mengetahui pengaruh pemberian hormon (IGF-I) recombinant mouse terhadap peningkatan pertumbuhan ikan gurame(Osphronemus gouramy). Penelitian adalah metode eksperimental rancangan acak lengkap (RAL), menggunakan ikan gurame sebanyak 80 ekor yang terbagi dalam 4 perlakuanP0 : tanpa disuntik hormon IGF-I, P1 : disuntik hormon IGF-I dengan dosis 10 ng/ml, P2 : disuntik hormon dengan dosis 20 ng/ml dan P3 : disuntik hormon dengan dosis 40 ng/ml masing-masing 5 ulangan setiap ulangan 4 ekor ikan gurame. Perlakuan dengan injeksi hormon IGF-I recombinant mouse. Parameter yang diukur adalah pertumbuhan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan penyuntikan hormon IGF-I recombinant mouse dengan dosis yang berbeda memberikan perbedaan yang nyata (p<0,05); pertumbuhan berat (P0: 0 ng/ml = 7,23 gram± 0,37 gram dan P3: 40 ng/ml = 26,35 gram± 1,89 gram) ;pertumbuhan panjang (P0 : 0 ng/ml = 5,76 cm ± 0,38 cm dan P3 : 40 ng/ml = 7,93 cm± 0,07 cm).). Kesimpulan penelitian bahwa IGF-I recombinant mouse berpengaruh meningkatkan pertumbuhan pada peningkatan berat dan panjang ikan gurame pada perlakuan penyuntikan 40 ng/ml.  Abstract Osphronemus gouramy consumption is increasing every year which causes in a high number of inquiries for this fish, cannot be offset sufficiently by the amount of production. The growth rate of O. gouramy are known relatively slow, so that to achieve the required consumption is relatively long. Quality improvement of productivity by improving the ability of cell metabolism to intake of fish feed through hormone injection recombinant mouse insulin-like growth factor-I (IGF-I) is expected to spur growth, so that fish production can be increased. The aim of this study is to determine the effect of the hormone IGF-I recombinant mouse to the increased growth of O.gouramy. The benefits of this research are expected to deliver the benefitsof science in the form of scientific information to the public in general and fish farmers especially about the effect of the hormone recombinant mouse IGF-I on the growth of O. gouramy.The research is methodis carried out experimentally by using completely randomized design (CRD),this study uses 80 O. gouramy were divided into 4 treatment P0: without hormone injectionsof IGF-I, P1: injected with the hormone IGF-I at a dose of 10 ng/ml, P2: injected with the hormone IGF-I at a dose of 20 ng/ml and P3: injected with the hormone ata dose of 40ng/ml each of 5 replicates each test 4 O. gouramy. The hormone IGF-I recombinant mouse is done by injection. The treatment with hormone injection of recombinant mouse IGF-I. Parameters measured were growth. The results showed that the treatment hormone injection of recombinant mouse IGF-I with different doses gave significant differences (p <0.05);weight growth (P0: 0 ng/ml = 7,23 gram ± 0,37 gram dan P3: 40 ng/ml = 26,35 gram ± 1,89 gram.); length growth (P0 : 0 ng/ml = 5,76 cm ± 0,38 cm dan P3 : 40 ng/ml = 7,93 cm ± 0,07 cm). The conclusion that recombinant mouse IGF-Iincreased the growth by increasing in weight and length of O. gouramy and improvement of the growth occurred in the treatment injection of the dose: 40ng/ml. 
Substitusi Silase Secara Kimiawi Limbah Padat Surimi Ikan Swanggi (Priacanthus macracanthus) pada Tepung Ikan terhadap Retensi Energi dan Rasio Konversi Pakan Benih Ikan Nila (Oreochromis niloticus) [Chemical Silage Substitution of Swanggi Surimi Solid Waste (Priacanthus macracanthus) of Fish Meal Toward Energy Retention and Tiplapia Seeds (Oreochromis niloticus) Feed Conversion Rate] Boedi Setya Rahardja; Prayogo Prayogo; Wiku Bakti Bawono
Jurnal Ilmiah Perikanan dan Kelautan Vol. 7 No. 2 (2015): JURNAL ILMIAH PERIKANAN DAN KELAUTAN
Publisher : Faculty of Fisheries and Marine Universitas Airlangga

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20473/jipk.v7i2.11203

Abstract

Abstract Swanggi surimi waste can be processed into economically valuable source of protein through chemical treatment processes produce crude protein content ranging from 51%. Results of high energy retention and reduced feed conversion ratio of solid waste as a substitute swanggi fish surimi fish meal is expected to optimize the growth of tilapia with lower feed prices, thereby reducing the high cost of feed in aquaculture. This study aims to determine the chemical silage substitution of solid waste swanggi fish surimi (P. macracanthus) in fish meal. The experimental design completely randomized design (CRD) with four treatments with five replications. The treatment used is the number of different proteins in each feed rations. The main parameters are observed energy retention (%) and feed conversion ratio. Analysis of data using analysis of variance (ANOVA) and followed Duncan's multiple range test. These results indicate that substitution is chemically silage solid waste swanggi surimi fish in fish meal provides highly significant effect (p <0.05) on the retention of energy and feed conversion ratio tilapia fish. The average retention of the highest energy on a few observations are in treatment P3 (67,90a ± 0.86%) and the lowest at P0 (64,72b ± 1.17%). Average feed conversion ratio was lowest for the treatment P3 (2,41c ± 0.028) and the highest pda P0 (2,50a ± 0.018).