Claim Missing Document
Check
Articles

Found 5 Documents
Search

KEBUTUHAN DAN KENDALA KADER KESEHATAN DALAM MEMBANTU KEBERHASILAN IBU MENYUSUI Nova Fajri; Sri Intan Rahayuningsih; Nevi Hasrati Nizami; Mira Rizkia
Sel Jurnal Penelitian Kesehatan Vol 7 No 2 (2020): SEL Jurnal Penelitian Kesehatan
Publisher : Balai Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Aceh

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22435/sel.v7i2.4389

Abstract

Kader kesehatan masyarakat adalah pihak dari masyarakat desa yang merupakan lini terdepan dalam membantu masyarakat di desa mengatasi permasalahan kesehatan termasuk membantu keberhasilan ibu menyusui memberikan ASI ekslusif selama enam bulan dan melanjutkan sampai dua tahun, namun belum banyak penelitian yang menggali bagaimana kebutuhan serta kendala yang dihadapi kader dalam membantu keberhasilan ibu menyusui. Tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui kebutuhan kader kesehatan desa dalam menyukseskan menyusui eksklusif dan menyusui sampai dua tahun serta kendala yang dihadapi. Penelitian ini menggunakan pendekatan cross sectional study dengan metode deskriptif eksploratif terhadap 47 orang kader kesehatan dari 6 desa di kecamatan Darussalam Aceh Besar yang diambil secara acak. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 63,8% kader sangat setuju bahwa mereka berperan dalam keberhasilan ibu menyusui. Selain itu, 66% kader membutuhkan kelompok diskusi dengan pertugas kesehatan tentang menyusui secara tatap muka. Dalam melaksanakan perannya, juga terdapat kendala yang dihadapi kader kesehatan dalam membantu ibu menyusui yaitu merasa gagal dalam berkomunikasi dan meyakinkan ibu untuk menyusui bayinya (21,3%), belum memiliki pengetahuan yang memadai ketika ibu menyusui mengeluhkan ASI nya sedikit, puting kecil, dan bayi tidak mau menyusu (17%). Oleh karena itu, dibutuhkan pengetahuan yang mumpuni dari kader serta forum diskusi yang dapat memotivasi kader serta berkonsultasi terhadap permasalahan yang belum diketahuinya untuk membantu keberhasilan ibu menyusui. Community health workers are village structures that are at the frontline of helping communities overcome health problems including helping successful mothers to breastfeed exclusively for six months and continue for up to two years. However, very little research has discussed the needs and constraints faced by the community health worker in helping breastfeeding mothers succeed. The purpose of this study was to determine the needs of village community health workers in the success of exclusive breastfeeding and breastfeeding for up to two years and the obstacles faced. This study used a cross-sectional study approach with a descriptive exploratory method on 47 community health workers from 6 villages in the Darussalam Aceh Besar sub-district who were taken randomly. The results showed that 63.8% of the community health worker strongly agreed that they played a role in the success of breastfeeding mothers. Besides, 66% of community health workers need a face-to-face discussion group with health workers about breastfeeding. In carrying out their role, there are also obstacles faced by the community health worker in helping breastfeeding mothers, namely feeling that they fail to communicate and convince mothers to breastfeed their babies (21.3%), do not have adequate knowledge when breastfeeding mothers complain about their low milk, small nipples, and babies do not want to breastfeed (17%). Therefore, it requires qualified knowledge from community health workers as well as discussion peer group with the breastfeeding counselor that can motivate them and consult on unknown problems to help the success of breastfeeding mothers.
PEMBERDAYAAN FEMALE FARMER GROUP (FFG) SEBAGAI UPAYA PENCEGAHAN STUNTING DAN WASTING DENGAN PEMANFAATAN PEKARANGAN PANGAN LESTARI (P2L) MENUJU GAMPONG SEJAHTERA MANDIRI Rizkia, Mira; Nova Fajri; Allaily, Allaily; Mariatul Kiftia; Dara Ardhia; Elka Halifah; Darmawati, Darmawati
Jurnal Pengabdian Kolaborasi dan Inovasi IPTEKS Vol. 2 No. 4 (2024): Agustus
Publisher : CV. Alina

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.59407/jpki2.v2i4.1256

Abstract

Stunting dan Wasting merupakan permasalahan kesehatan utama balita di Indonesia. Propinsi Aceh terutama Kabupaten Aceh Besar merupakan salah satu wilayah dengan prevalensi stunting dan wasting yang tinggi sehingga dapat berdampak buruk pada anak seperti gangguan intelektual, penurunan kecerdasan, bahkan risiko terserang penyakit kronis. Pemerintah sangat proaktif dalam mengatasai permasalah tersebut dengan mengarahkan pengalokasian sebagian dana desa untuk pencegahan stunting seperti Pemberian Makanan Tambahan (PMT) lokal, dan dana ketahanan pangan Gampong. Namun pengelolaan dan pemanfaatan yang belum optimal oleh masyarakat menjadi perhatian khusus. Mengatasi permasalahan tersebut sangat dibutuhkan pelaksanaan kegiatan Pengabidan Kepada Masyarakat Berbasis Gampong Binaan (PKM-BGB) dengan tema Pemberdayaan Female Farmer Group (FFG) Sebagai Upaya Pencegahan Stunting dan Wasting dengan pemanfaatan Pekarangan Pangan Lestari (P2L) Menuju Gampong Sejahtera Mandiri terutama di Gampong yang berbatasan langsung dengan Universitas Syiah Kuala, sehingga USK sebagai “Jantong Hatee Rakyat Aceh” dapat memberikan manfaat secara langsung kepada masyarakat sekitar. Proses awal rencana PKM-BGB telah melalui koordinasi dengan pihak Puskesmas dan Penanggung Jawab Gizi sehingga ditunjuk Gampong Meunasah Intan sebagai Gampong sasaran karena tingginya angka stunting dan risiko wasting. Kegiatan utama PKM-BG sebagai upaya untuk meningkatan kesejahteraan masyarakat terfokus kepada FFG atau kelompok wanita tani, kader kesehatan desa, perempuan usia subur, ibu hamil dan ibu dengan balita. kegiatan lainnya dengan pengkajianuntuk perolehan gambaran dasar langsung dari masyarakat untuk mengidentifikasi sumber daya yang terdapat dikomunitas tersebut, dilanjut dengan Focus Group Discussion (FGD), pelatihan FFG oleh tim pengabdi yaitu Perawat Maternitas, Spesialis Keperawatan Anak tentang skrining dan interpretasi stunting dan wasting, penyusunan buku panduan, penyuluhan nutrisi ibu dan balita, penyusunan table menu sehat balita, antropometri balita serta PMT. Dilanjut praktik oleh ahli Pertanian dan Peternakan dengan kegiatan pemanfaatan P2L penanaman sayur organik, hidroponik, ternak dan pengeraman telur dengan mesin penetas sebagai asset desa sehingga dapat menambah pendapatan keluarga. Capaian akhir dari seluruh rangkaian kegiatan PKM-BGB ini adalah adanya peningkatan derajat kesehatan masyarakat mejadi Gampong yang sejahtera mandiria.
Efektivitas Terapi Non-Farmakologis Terhadap Nyeri Tindakan Invasif Pada Neonatus Di Rumah Sakit Umum Daerah dr. Zainoel Abidin Sri Intan Rahayuningsih; Rosni; Ramlah; Nova Fajri
Journal of Medical Science Vol 2 No 1 (2021): Journal of Medical Science
Publisher : LITBANG RSUDZA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (368.309 KB) | DOI: 10.55572/jms.v2i1.40

Abstract

Prosedur tindakan invasif merupakan salah satu prosedur yang sering dilakukan di rumah sakit khususnya di ruang NICU dan menimbulkan nyeri pada neonatus. Beberapa manajemen nyeri non-farmakologi untuk menurunkan nyeri adalah dengan pemberian pacifier, ASI, dan bedung. Namun metode tersebut masih perlu diukur keefektifannya dalam manajemen menurunkan nyeri. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi efektivitas terapi non-farmakologis terhadap nyeri tindakan invasif pada neonatus di Rumah Sakit Umum Daerah dr. Zainoel Abidin Banda (RSUDZA) Aceh. Penelitian ini menggunakan desain randomized control trial (RCT). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh neonatus risiko tinggi yang tidak mendapatkan obat sedasi di ruang NICU level IIA dan IIB RSUDZA. Jumlah sampel sebanyak 19 orang dan menggunakan teknik randomisasi alokasi yang terdiri dari empat kelompok yaitu kelompok kontrol, kelompok intervensi 1 (pemberian pacifier), kelompok intervensi 2 (pemberian pacifier dan bedung), dan kelompok intervensi 3 (pemberian ASI dan bedung). Skala nyeri pada sampel dinilai menggunakan intrumen neonatal infant pain scale (NIPS). Analisis statistik menggunakan uji normalitas, uji homogenitas, uji anova dan uji Post Hoc Bonferroni. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa data normal, homogen dan diperoleh p valu e0,364 yang berarti tidak ada perbedaan tingkat nyeri antar semua kelompok penelitian. Namun secara klinis, kelompok intervensi pemberian pacifier dan bedung memiliki skala nyeri terendah (2,25) dan memiliki perbedaan rerata 2,6 poin dengan kelompok kontrol. Diharapkan seluruh perawat di NICU dapat melakukan pengkajian nyeri pada neonatus terutama saat tindakan invasif agar dapat memberikan manajemen nyeri yang tepat.
Upaya Pencegahan Penyakit Hepatitis di Rumah Sakit Umum Daerah dr. Zainoel Abidin: Randomized Control Trial (RCT) Mira Rizkia; Darmawati; Asnawi; Nova Fajri
Journal of Medical Science Vol 4 No 2 (2023): Journal of Medical Science
Publisher : LITBANG RSUDZA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.55572/jms.v4i2.70

Abstract

Angka kejadian hepatitis di Aceh terutama di Rumah Sakit Umum Daerah dr. Zainoel Abidin (RSUZA) Banda Aceh tergolong tinggi, sehingga tenaga kesehatan harus ekstra dalam melindungi diri dan pasien untuk mencegah terjangkitnya penyakit hepatitis terutama hepatitis misterius yang baru-baru ini terjadi. Tujuan penelian ini untuk mengetahui efektifitas edukasi kesehatan dalam peningkatan pengetahuan, sikap dan perilaku tenaga kesehatan dalam upaya pencegahan penyakit hepatitis. Metode yang digunakan adalah Randomizied Control Trial (RCT) pre-post control group design dengan pemilihan secara acak pada 86 perawat sebagai responden dari 32 ruang rawat inap. Alat pengumpulan data menggunakan kuesioner baku Eropa Monitoring Centre for Drug Addiction (EMCDDA) Harm Reduction Initiative (Knowledge Questionnaire on Viral Hepatitis for Drug Service Staff) untuk menilai pengetahuan, sedangkan untuk mengukur sikap dan perilaku menggunakan kuesioner yang disusun sendiri oleh peneliti dengan nilai reabilitas Cronbach’s Alpha 0,869 dan validitas 0,564 serat uji expert. Hasil penelitian menunjukkan dengan uji Wilcoxon menunjukkan bahwa intervensi berupa edukasi Kesehatan efektif terhadap peningkatan pengetahuan (p=0.000), sikap (p=0.000) dan perilaku (p=0.000) tenaga Kesehatan dalam pencegahan hepatitis di RSUD dr. Zainoel Abidin banda Aceh. Sehingga sangat direkomendasikan agar edukasi Kesehatan secara berkala dengan metode yang efektif dapat diberlakukan sebagai kebijakan rumah sakit untuk pencegahan penularan hepatitis umumnya bagi pasien dan keluarga dan khususnya bagi tenaga Kesehatan.
Penggunaan Smartphone Sebelum Tidur dan Durasi Tidur Remaja: Studi Deskriptif Syahfikri Pratama, Bagas; Nova Fajri; Inda Mariana Harahap
Jurnal Assyifa: Jurnal Ilmu Kesehatan Lhokseumawe Vol. 10 No. 1 (2025): Januari-Juni 2025
Publisher : Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah Lhokseumawe

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.54460/jifa.v10i1.124

Abstract

Penggunaan smartphone di kalangan remaja terus meningkat, yang dapat berdampak pada durasi tidur mereka. Padahal, idealnya remaja membutuhkan tidur selama 7-8 jam setiap malam. Tujuan penelitian ini ialah untuk memberikan gambaran tentang pola penggunaan smartphone oleh remaja sebelum tidur serta durasi tidur yang mereka capai. Penelitian ini menggunakan desain deskriptif kuantitatif dengan pendekatan cross-sectional pada 168 siswa yang dipilih menggunakan teknik total sampling. Data dikumpulkan melalui kuesioner Pittsburgh Sleep Quality Index (PSQI) dan dianalisis secara deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 85,8% responden menggunakan smartphone sebelum tidur, dengan 41,7% di antaranya memiliki durasi tidur yang tidak ideal. Mayoritas responden dengan durasi tidur tidak ideal (84,3%) menggunakan smartphone sebelum tidur, dengan paparan cahaya biru dan stimulasi otak menjadi faktor utama gangguan ritme sirkadian. Temuan ini mengindikasikan bahwa penggunaan smartphone sebelum tidur terhadap gangguan durasi dan kualitas tidur pada remaja, sehingga diperlukan edukasi mengenai manajemen penggunaannya untuk meminimalkan dampak negatif terhadap kesehatan tidur.