Claim Missing Document
Check
Articles

Found 6 Documents
Search

TINJAUAN AL QUR’AN TERHADAP PERILAKU MANUSIA: DALAM PERSPEKTIF PSIKOLOGI ISLAM sugeng Sejati
JURNAL ILMIAH SYI'AR Vol 17, No 1 (2017): Februari 2017
Publisher : Institut Agama Islam Negeri Bengkulu

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (203.061 KB) | DOI: 10.29300/syr.v17i1.906

Abstract

Man is God’s most perfect creature on earth. Humans from the beginning exist in a togetherness, he is always in touch with other humans in the container togetherness, friendship, work environment, harmonious citizens and neighborhood, and other forms of social relations. And as a participant togetherness it is certain he gets the influence of his environment, but on the contrary he can influence with his behavior and give a style to the surrounding environment. Humans are equipped among others cipta, rasa, karsa, norm, ideals and conscience as a characteristic of humanity, to him also revealed religion in addition to any relationship with each other, there is also a relationship with the creator. In the Qur’an, humans are repeatedly raised in degree because of the actualization of their souls positively, on the contrary, humans are also degraded for the negative soul actualization. They are crowned far above the heavenly realms, the earth and even the angels, but at the same time, they can be no more significant than the animal creatures. Humans are valued as creatures capable of conquering nature, but they can also degenerate into “the lowest of all low” as well because of their behavior. Therefore, in this condition the emergence of the Qur’an as a source of behavior of human life in carrying out its duties.
Konsep Al-Quran tentang Pembelajaran Berbasis Moderasi Agama Nurma Yunita; Siun Ruhan; Sugeng Sejati; Agusten; Arief Azizi; Pasmah Candra
TABYIN: JURNAL PENDIDIKAN ISLAM Vol 5 No 02 (2023): Desember
Publisher : STAI Ihyaul Ulum Gresik

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.52166/tabyin.v5i02.525

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan metode pendidikan al-Qur’an dalam mencapai sistem pembelajaran moderasi agama. Penelitian ini menggunakan metode kepustakaan (library research) dan teknik pengumpulan data yang digunakan peneliti yakni melalui studi pustaka, buku, jurnal, dan referensi yang mendukung penelitian. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa moderasi agama adalah perintah agama yang tidak berlebih-lebihan dan tidak ekstrem sesuai yang telah dijelaskan di dalam al-Qur’an surat al-Maidah ayat 77. Dalam hal inilah yang kemudian di aplikasikan dalam kitab-kitab fiqh sebagai sebuah landasan atau sumber pembelajaran yang dilaksanakan dalam sistem pembelajaran yang terdapat di setiap pendidikan. Dalam pengembangan metode pendidikan al-Qur’an terhadap sistem pembelajaran moderasi agama, menggunakan beberapa metode yang lebih sering digunakan yakni metode ceramah, metode targhib dan tarhib serta metode peringatan yang dimana dalam metode ini agar dapat bersinergi dengan sistem pembelajaran moderasi agama. Sistem pembelajaran moderasi agama ini diharapkan sebisa mungkin mengajarkan anak didik mampu menjadi lebih sadar terhadap ajaran agama mereka sendiri dan sadar adanya realitas agama lain, dan mendorong anak didik untuk berpartisipasi dalam kegiatan sosial yang dimana terlibat berbagai penganut agama berbeda, serta anak didik bisa mengembangkan potensi yang dimiliki termasuk potensi keberagaman mereka sehingga anak didik mampu mengontrol kehidupan mereka sendiri. Sehingga dalam hal ini lah perlu adanya pemahaman metode pendidikan al-Qur’an yang ditanamkan untuk anak didik agar dapat diterapkan di sistem pembelajaran moderasi agama dan kemudian diaplikasikasi dalam kehidupan sehari-hari.
TRANSFORMASI IDENTITAS SEKSUAL PASCA- ISTEREKTOMI PERSPEKTIF AL-QUR'AN Sugeng Sejati; Al Fauzan Amin; Toha Andiko
AL QUDS : Jurnal Studi Alquran dan Hadis Vol. 9 No. 1 (2025)
Publisher : Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Curup

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29240/alquds.v9i1.11594

Abstract

Hysterectomy is a surgical procedure that has a significant impact on a woman's sexual identity, not only physically, but also psychologically and spiritually. The loss of the uterus is often interpreted as a partial loss of female identity, which then triggers a crisis of self-image, feelings of loss, anxiety, and even deep depression. This study aims to explore the transformation of women's sexual identity post-hysterectomy through in-depth analysis based on scientific literature and from the perspective of Qur'anic teachings. Problem solving is done through qualitative methods based on the study of relevant and current literature. The results show that accepting bodily changes as part of fate and divine will is a key factor in the healing and recovery. Ongoing spiritual support and social support from the immediate environment significantly influenced women's identity and emotional balance recovery. Therefore, a holistic and integrative approach that includes medical, psychological, social, and spiritual dimensions is needed in post-hysterectomy assistance. This approach can help women rediscover the meaning of life and the integrity of their identity within the framework of Islamic values.  
Dinamikas Psikologis Mahasiswa Penghafal Al-Qur’an Ditinjau Dari Surat Faatir Ayat 32 Sugeng Sejati; Nela Yusniarti; Amanda Rosa Amalia; Timi Krismonia; Mutiah
Jurnal Ilmiah Multidisiplin Keilmuan Mandira Cendikia Vol. 2 No. 7 (2024)
Publisher : Yayasan Pendidikan Mandira Cendikia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Pada era ini, beragam individu dari berbagai kelompok usia berkomitmen untuk secara tekun memperdalam pemahaman Al-Qur'an, termasuk anak-anak dan orang dewasa. Proses menghafal Al-Qur'an dianggap sebagai tanggung jawab besar yang membutuhkan kesungguhan dan ketekunan. Adapun penelitia ini bertujuan untuk memahami dinamamika psikologis mahasiswa penghafal al-quran ditinjau dari surah faatir ayat 32. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif yang mencakup teknik wawancara, observasi, dan dokumentasi dengan menggunakan teknik purposive sampling. Adapun penghafal Alquran, yang dikenal sebagai "Hafiz" atau "Hafizah", adalah individu yang mempunyai kemampuan menghafal seluruh teks Alquran. Kemudian dinamika psikologi mahasiswa penghafal AL-Qur’an ditinjau dari surah Faatir Ayat 32 yaitu Ayat 32 dari Surat Faatir mengajarkan bahwa setiap beban yang kita pikul adalah tanggung jawabnya dan keyakinan terhadap surat Faatir ayat 32 membantu mereka mengatasi stres. Hafalan Al-Qur'an juga menjadi sumber ketenangan batin dan memotivasi dalam menghadapi tantangan
Konsep Al-Quran tentang Pembelajaran Berbasis Moderasi Agama Nurma Yunita; Siun Ruhan; Sugeng Sejati; Agusten; Arief Azizi; Pasmah Candra; pengelola, pengelola
TABYIN: JURNAL PENDIDIKAN ISLAM Vol 5 No 02 (2023): Desember
Publisher : STAI Ihyaul Ulum Gresik

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.52166/tabyin.v5i02.525

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan metode pendidikan al-Qur’an dalam mencapai sistem pembelajaran moderasi agama. Penelitian ini menggunakan metode kepustakaan (library research) dan teknik pengumpulan data yang digunakan peneliti yakni melalui studi pustaka, buku, jurnal, dan referensi yang mendukung penelitian. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa moderasi agama adalah perintah agama yang tidak berlebih-lebihan dan tidak ekstrem sesuai yang telah dijelaskan di dalam al-Qur’an surat al-Maidah ayat 77. Dalam hal inilah yang kemudian di aplikasikan dalam kitab-kitab fiqh sebagai sebuah landasan atau sumber pembelajaran yang dilaksanakan dalam sistem pembelajaran yang terdapat di setiap pendidikan. Dalam pengembangan metode pendidikan al-Qur’an terhadap sistem pembelajaran moderasi agama, menggunakan beberapa metode yang lebih sering digunakan yakni metode ceramah, metode targhib dan tarhib serta metode peringatan yang dimana dalam metode ini agar dapat bersinergi dengan sistem pembelajaran moderasi agama. Sistem pembelajaran moderasi agama ini diharapkan sebisa mungkin mengajarkan anak didik mampu menjadi lebih sadar terhadap ajaran agama mereka sendiri dan sadar adanya realitas agama lain, dan mendorong anak didik untuk berpartisipasi dalam kegiatan sosial yang dimana terlibat berbagai penganut agama berbeda, serta anak didik bisa mengembangkan potensi yang dimiliki termasuk potensi keberagaman mereka sehingga anak didik mampu mengontrol kehidupan mereka sendiri. Sehingga dalam hal ini lah perlu adanya pemahaman metode pendidikan al-Qur’an yang ditanamkan untuk anak didik agar dapat diterapkan di sistem pembelajaran moderasi agama dan kemudian diaplikasikasi dalam kehidupan sehari-hari.
Perkembangan Moral Menurut Lawrence Kohlberg dan Perkembangan Empati Menurut Martin L. Hoffman: Integrasi Nilai dan Perasaan dalam Pembentukan Moralitas Perempuan Lidiya Yati Sofiana; Lilita Efquany; Ersa Nur Khasanah; Naisyla Rahmadiah; Azriel Restu Fajar; Sugeng Sejati
WISSEN : Jurnal Ilmu Sosial dan Humaniora Vol. 3 No. 4 (2025): November : WISSEN : Jurnal Ilmu Sosial dan Humaniora
Publisher : Asosiasi Peneliti Dan Pengajar Ilmu Sosial Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.62383/wissen.v3i4.1325

Abstract

The formation of women’s morality is a complex process involving the interaction between cognitive and affective dimensions in human psychological development. Lawrence Kohlberg’s theory emphasizes that morality develops through logical stages of reasoning oriented toward universal principles of justice, while Martin L. Hoffman highlights empathy as the affective foundation driving moral behavior. This study aims to integrate these two theories to provide a comprehensive understanding of women’s moral formation through a qualitative-analytical library research approach. The analysis examines the assumptions, strengths, and limitations of each theory to identify the convergence between cognitive morality and affective empathy. The findings reveal that justice and care are complementary aspects of human morality. Empathy serves as the emotional engine motivating moral actions, whereas cognitive reasoning provides direction and justification. Mature women’s morality is not solely based on care or empathy but represents a dynamic synthesis between rational thought and emotional understanding. This integration reflects a more holistic and contextual view of morality grounded in social relationships and human connectedness. Practically, this study recommends a moral education model that integrates rationality and empathy as the foundation for developing women’s character. Such an approach is essential to foster a generation capable of discerning right from wrong through logic while also possessing deep social awareness and emotional responsibility.