Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search
Journal : Aceh Anthropological Journal

Ekologi Politik Budidaya Singkong di Kecamatan Arjasari Kabupaten Bandung Provinsi Jawa Barat Nadia Putri Ardyani; Budhi Gunawan; Junardi Harahap
Aceh Anthropological Journal Vol 6, No 2 (2022)
Publisher : Department of Anthropology

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29103/aaj.v6i2.8040

Abstract

Abtract: Indonesia is one of the fourth largest cassava producing countries in the world after Nigeria, Thailand and Brazil. The regions with the highest cassava producers in Indonesia include Lampung, Central Java, East Java, West Java and North Sumatra. However, increasing the high productivity of cassava without applying sustainable and sustainable cassava cultivation techniques can potentially cause damage to soil/agricultural land. This study discusses the factors and reasons behind farmers continuing to cultivate cassava, especially in areas located in one of the sub-districts in Bandung Regency, West Java. The method used in this study is a descriptive-explanatory qualitative method. The results showed that cassava planting activities have been carried out by farmers in this area for a long time, farmers plant cassava because cassava becomes a savings crop during the dry season. Easy planting and minimal capital are considered by farmers to plant cassava as an additional income for their farming business.Abstrak:  Indonesia merupakan salah satu Negara penghasil singkong terbanyak ke empat di dunia setelah Nigeria, Thailand, dan Brazil. Adapun daerah dengan penghasil singkong tertinggi di Indonesia anatara lain Lampung, Jawa Tengah, Jawa Timur, Jawa Barat dan Sumatera Utara. Namun, peningkatan produktivitas singkong yang tinggi tanpa menerapkan teknik budidaya singkong yang lestari dan berkelanjutan maka hal itu dapat berpotensi menyebabkan terjadinya kerusakan tanah/lahan pertanian. Penelitian ini membahas tentang faktor-faktor dan alasan yang melatarbelakangi petani tetap melakukan budidaya singkong khususnya di wilayah yang berada di salah satu kecamatan di Kabupaten Bandung, Jawa Barat. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif secara descriptive-explanatory. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kegiatan penanaman singkong telah dilakukan sejak dahulu oleh para petani di wilayah ini, para petani menanam singkong karena singkong menjadi tanaman tabungan di kala musim kemarau. Penanaman yang mudah dan minim modal menjadi pertimbangan petani untuk menanam singkong sebagai tambahan penghasilan usaha tani mereka.
Pengetahuan Generasi Z tentang Penyakit Masuk Angin Perdana Putri, Shaumti Ramadhani; Harahap, Junardi
Aceh Anthropological Journal Vol 7, No 2 (2023)
Publisher : Department of Anthropology

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29103/aaj.v7i2.12452

Abstract

This study examines the knowledge that is understood by generation Z in Kelurahan Pondok Karya, Kecamatan Pondok Aren, South Tangerang City. This is something interesting because masuk angin, a disease with a folk-natural thinking concept and doesn't exist in modern medical science, actually can still be felt by generation Z whose stereotype is a generation that grew up with the internet and technology, making this urban settled generation more exposed to more information than previous generations. This study aims to find out how the knowledge of urban communities, especially Generation Z, regarding masuk angin. The research method used in this research is descriptive qualitative method with data collection techniques in the form of observation, interviews and literature studies. Interviews and field observations to determine the characteristics of informants were carried out in Pondok Jaya Bintaro housing. In-depth interviews were conducted with six youth IRPJ members who belong to the z generation at Perumahan Pondok Jaya Bintaro. The results of this study show an overview of Generation Z's knowledge about masuk angin including definitions, sources of knowledge, and ways to prevent and treat colds. The results of the study concluded that generation Z in Perumahan Pondok Jaya Bintaro saw masuk angin as a term to describe one or more early symptoms of various diseases.Abstrak: Penelitian ini mengkaji tentang pengetahuan yang dipahami oleh generasi Z di Kelurahan Pondok Karya, Kecamatan Pondok Aren, Kota Tangerang Selatan. Hal ini menjadi sesuatu yang menarik karena masuk angin, suatu penyakit yang konsepnya merupakan sebuah folknatural thinking dan tidak ada dalam ilmu medis modern, ternyata tetap dapat dirasakan oleh generasi Z yang stereotipnya adalah suatu generasi yang tumbuh bersama internet dan teknologi, menjadikan generasi ini lebih terpapar banyak informasi daripada generasi-generasi sebelumnya. Terlebih lagi, lokasi tempat tinggal yang berada di wilayah perkotaan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana pengetahuan masyarakat perkotaan khususnya generasi Z mengenai masuk angin. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif deskriptif dengan teknik pengumpulan data berupa observasi, wawancara dan studi literatur.  Wawancara dan observasi lapangan untuk mengetahui karakteristik informan dilakukan di perumahan pondok jaya Bintaro. Wawancara mendalam dilakukan pada enam remaja anggota IRPJ yang termasuk dalam generasi z di perumahan pondok jaya Bintaro. Hasil dari penelitian ini menunjukkan gambaran pengetahuan generasi Z mengenai masuk angin termasuk definisi, sumber pengetahuan berasal, serta cara-cara pencegahan dan pengobatan masuk angin. Hasil penelitian menyimpulkan bahwa generasi Z di perumahan pondok jaya melihat masuk angin sebagai suatu istilah untuk menggambarkan satu atau lebih gejala awal dari berbagai penyakit.  
Analisis Strategi Representasi Diri dan Personal Branding pada Beauty Content Creator di Instagram Reels Rifayani, Tsanaara Qinthara; Harahap, Junardi
Aceh Anthropological Journal Vol. 9 No. 2 (2025)
Publisher : Department of Anthropology

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29103/aaj.v9i2.22485

Abstract

The rise of short-form video platforms, specifically Instagram Reels, has transformed social media into a crucial, highly strategic stage for individuals to perform and negotiate their identities. This study critically analyzes the self-representation and personal branding strategies employed by Fani Rahmawati, a beauty content creator, on Instagram Reels to build a public image that is both credible and emotionally relatable. Utilizing a descriptive qualitative approach and virtual ethnography, the research delves into the subtle symbolic, social, and performative dynamics inherent in digital identity construction. Data collection relied on participative observation of Fani's Reels content (March–April 2024) and in-depth interviews with the creator, her videographer, and an active follower. Trustworthiness was ensured through source triangulation and member-checking. Thematic analysis, informed by Goffman's impression management and Jones and Pittman's strategic self-presentation, revealed five interconnected themes: visual consistency, an intimate communication style, constructed authenticity, emotional audience engagement, and the significant role of the production team. The findings indicate that Fani successfully fosters a "friendly older sister" persona by deliberately mixing aesthetic consistency, the use of informal, engaging language (ingratiation), and the calculated disclosure of personal narratives to establish high credibility. This branding process is shown to be less about individual spontaneity and more about a collective practice negotiated among the creator, her team, and the platform’s algorithmic demands. This research contributes to digital anthropology and media studies by arguing that personal branding on visual short-video platforms is a complex social performance rooted in strategic impression management, the cultivation of parasocial relationships, and crucial production collaboration. Abstrak: Meningkatnya popularitas platform video pendek, khususnya Instagram Reels, telah menjadikan media sosial sebagai panggung strategis yang penting bagi individu untuk menampilkan dan menegosiasikan identitas mereka. Penelitian ini menganalisis secara kritis strategi representasi diri dan personal branding yang dijalankan oleh Fani Rahmawati, seorang beauty content creator, di Instagram Reels guna membentuk citra publik yang kredibel dan memiliki kedekatan emosional. Menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif dan etnografi virtual, penelitian ini menggali dinamika simbolik, sosial, dan performatif yang tersirat dalam konstruksi identitas digital. Data dikumpulkan melalui observasi partisipatif terhadap konten Reels Fani (Maret–April 2024) dan wawancara mendalam dengan tiga informan kunci: kreator, videografer, dan pengikut aktif. Keabsahan data dijamin melalui triangulasi sumber dan member-checking. Analisis tematik, yang berlandaskan pada kerangka impression management Goffman dan strategic self-presentation Jones dan Pittman, mengidentifikasi lima tema utama yang saling terkait: konsistensi visual, gaya komunikasi akrab, autentisitas terkonstruksi, keterlibatan emosional audiens, serta peran signifikan tim produksi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kesuksesan Fani dalam membangun persona "kakak bersahaja" bersumber dari perpaduan strategis antara konsistensi estetika, penggunaan bahasa informal yang menarik (ingratiation), dan pengungkapan narasi personal yang diperhitungkan untuk menciptakan kredibilitas tinggi. Proses branding ini membuktikan bahwa ia bukan sekadar spontanitas individu, melainkan praktik kolektif yang dinegosiasikan antara kreator, timnya, dan tuntutan algoritmik platform. Studi ini berkontribusi pada kajian antropologi digital dan studi media dengan menegaskan bahwa personal branding di platform video pendek visual merupakan performa sosial yang kompleks, didorong oleh manajemen kesan strategis, pembentukan hubungan parasosial, serta kolaborasi produksi yang krusial.