Claim Missing Document
Check
Articles

Found 18 Documents
Search

PENGARUH JUMLAH BARIS KEDELAI DAN DOSIS PUPUK ORGANIK TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL UBI JALAR PADA SISTEM TUMPANGSARI UBI JALAR-KEDELAI Sulistyorini, Wahyu; S, Setiyono
AGRITROP Vol 16, No 1 (2018): Agritrop : Jurnal Ilmu-Ilmu Pertanian
Publisher : Universitas Muhammadiyah Jember

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (740.33 KB) | DOI: 10.32528/agr.v16i1.1553

Abstract

Salah satu alternatif yang dapat diterapkan untuk meningkatkan potensi produksi tanaman dalam rangka memenuhi kebutuhan pangan akibat semakin sempitnya luas lahan pertanian yaitu dengan pemanfaatan lahan kering. Kendala utama dalam pemanfaatan lahan kering yaitu bahan organik dan kesehatan tanah rendah. Solusi yang dapat diberikan yaitu dengan pemberian bahan organik. Pemanfaatan lahan kering dapat dilakukan secara berkelanjutan. Adapun Inovasi yang dapat diberikan yaitu dengan menerapkan sistem tanam tumpangsari antara kedelai dan ubi jalar dengan mengatur baris tanaman. Penelitian ini dilakukan pada tanggal 14 Mei – 2 September 2017 di Daerah Antirogo Kabupaten Jember, menggunakan split plot dengan main plot (jumlah 1 baris (B1) dan 2 baris (B2)) dan sub plot (Dosis pupuk organik D0 0 kg/petak, D1 3,2 kg/petak D2 4,8 kg/petak, D3 6,4 kg/petak, dan D4 8 kg/petak). Data penelitian dianalisis menggunakan analisis ragam dan apabila terdapat hasil yang berbeda nyata, maka dilakukan uji lanjut menggunakan Duncan pada taraf 5%. Untuk mengetahui adanya keuntungan ataupun kerugian dalam tanaman tumpangsari dapat dilakukan dengan menggunakan NKL. Hasil penelitian menunjukkan interaksi baris tanam kedelai dengan dosis pupuk organik berpengaruh terhadap produksi pada variabel berat umbi >150 g. Perlakuan pemberian dosis pupuk organik berpengaruh terhadap pertumbuhan dan hasil pada variabel panjang sulur, berat segar tanaman, berat kering tanaman, jumlah umbi per tanaman, berat segar umbi per tanaman, dan berat segar umbi perpetak pada ubi jalar dan tinggi tanaman, jumlah polong hampa, berat biji kering per tanaman dan berat kering biji per petak pada kedelai. Faktor baris tanam berpengaruh tidak nyata terhadap pertumbuhan dan hasil ubi jalar-kedelai pada sistem tumpangsari.
EFEKTIVITAS PEMBERIAN GIBERELIN TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TOMAT Sundahri, Sundahri; Tyas, Hardiyanti Ning; Setiyono, Setiyono
AGRITROP Vol 14, No 1 (2016): Agritrop : Jurnal Ilmu-Ilmu Pertanian
Publisher : Universitas Muhammadiyah Jember

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (271.144 KB) | DOI: 10.32528/agr.v14i1.408

Abstract

Penelitian ini ditujukan untuk mengetahui efektivitas giberellin terhadap pertumbuhan dan produksi tomat yang dilakukan di Agrotechnopark, Universitas Jember pada 6 Maret s.d. 10 Juni 2014. Percobaan disusun dengan Rancangan Acak Kelompok yang terdiri atas dua faktor, yaitu: konsentrasi hormon giberellin (0, 50, 75, 100 ppm) dan perlakuan kedua adalah frekuensi aplikasi giberelin (penyemprotan setiap 7 hari sekali, 14, dan 21 hari sekali). Perlakuan tersebut disusun dalam Rancangan Faktorial dengan tiga ulangan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa konsentrasi hormon mempengaruhi secara nyata terhadap pertumbuhan tanaman tomat; frekuensi aplikasinya berpengaruh secara nyata terhadap jumlah cabang produktif, jumlah dan berat buah tomat. Tidak terdapat interaksi antara konsentrasi giberellin dan aplikasinya pada semua paramter; namun, konsentrasi yang terbaik adalah 100 ppm dan frekuensi aplikasinya 21 hari sekali.
Presepsi Masyarakat Tengger tentang Kemanfaatan Etnobotani sebagai Obat Herbal Yuli Hariyati; Sigit Soeparjono; Setiyono Setiyono; Priyo Sugeng Winarto
Jurnal Ilmu Pertanian Indonesia Vol. 25 No. 3 (2020): Jurnal Ilmu Pertanian Indonesia
Publisher : Institut Pertanian Bogor

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.18343/jipi.25.3.440

Abstract

The synthesis of various local wisdom values in the Tengger society in terms of utilization of ethnobotany resources as herbal products for health has long been existed in the scope of the Tengger locality and surrounding areas. The comparative advantage of Tengger ethnobotany certainly has potential that can be developed through certain strategies in order to be able to further contribute to the operationalization of the research, development, and application of science and technology (RISBANGRAPIPTEK) in the Field of Health and Medicine 2005–2025 towards a state of adequacy of raw materials and preparations of standardized herbal medicinal products and Indonesia branded for the Indonesian people. Therefore, the research question raised is the formulation of a strategy that must be immediately created and can be used as a reference for the activities of Tenggerese etnobotanical resource development to become a superior branded Indonesian biotechnology commercial product. The sampling method in this study was done by purposive sampling. The method of data collection was done by observation, interviews which included primary data and literature studies which were secondary data. The research method used was descriptive and analytic. The results showed that: 1) the perception map of the Tengger Society towards medicinal plants was classified as a moderate and the relationship of the characteristics of the Tengger Society did not have a close correlation to herbal medicines with a value of r less than 0.8. 2) Determinants that influence the influence of society on traditional medicine are age (X1), income (X3), and education (X4), while number of family dependents (X2) not significant effect. Keywords: determinant factors, ethnobotany, perception
Perbaikan Teknik Budidaya dan Pengolahan Jamur Tiram untuk Peningkatan Kesejahteraan Masyarakat di Desa Karangpring, Kecamatan Sukorambi, Kabupaten Jember Ayu Puspita Arum; Setiyono Setiyono; Gatot Subroto
Warta Pengabdian Vol 14 No 2 (2020): Warta Pengabdian
Publisher : LP2M Universitas Jember

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.19184/wrtp.v14i2.14260

Abstract

Kelompok Pengusaha Jamur Tiram yang berada di Desa KarangPring, Kecamatan Sukorambi, Kabupaten Jember mulai mengadakan kegiatan budidaya Jamur Tiramnya pada tahun 2016 yang dibimbing oleh salah satu dosen Fakultas Pertanian UNEJ. Selanjutnya pada tahun berikutnya 2017 kelompok masyarakat di daerah tersebut sudah mengembangkan secara mandiri di daerahnya dengan budidaya jamur tiram yang lebih intensif beserta olahan jamur tiramnya. Kelompok pengusaha jamur tiram di desa tersebut berkeinginan untuk meningkatkan produktivitas dari usaha jamur tiramnya baik itu dari budidaya maupun produk olahannya. Akan tetapi, ada beberapa masalah yang dihadapi oleh pengusaha jamur tiram tersebut yaitu banyak jamur tiram yang terkontaminasi, diversifikasi produk jamur tiram hanya jamur krispi. Produk olahan jamur tiram yaitu jamur krispi masih berkualitas rendah yaitu berminyak dan mudah tengik. Oleh karena itu, perlu adanya solusi untuk pemecahan masalah-masalah tersebut diantaranya yaitu pemberian dan penyuluhan tehnik budidaya jamur tiram yang tepat, penyuluhan tehnik pembuatan nugget jamur tiram dan jamur krispi, pemberian dan penyuluhan mesin pemisah minyak yang digunakan untuk menghilangkan minyak yang menempel pada jamur krispi sehingga jamur krispi tidak berminyak, tetap renyah dan tidak berbau tengik dalam jangka waktu yang lama. Secara umum metode yang tepat untuk mentransfer solusi tersebut adalah dengan pelatihan dan demonstrasi. Dari kegiatan pengabdian ini, masyarakat desa berhasil membudidayakan jamur tiram putih tanpa ada kontaminan jamur lain dan dapat memberikan keuntungan. Selain itu, masyarakat berhasil membuat jamur krispi tidak berminyak, tetap krispi dan lebih awet serta berhasil membuat nugget jamur tiram.
Empowerment of Oyster Mushroom Farmers in Karangpring Village, Jember through Training on Making Oyster Mushroom Seeds F0, F1, and F2 Ayu Puspita Arum; Setiyono Setiyono; Gatot Subroto
Warta Pengabdian Vol 15 No 2 (2021): Warta Pengabdian
Publisher : LP2M Universitas Jember

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.19184/wrtp.v15i2.23214

Abstract

Oyster mushroom farmers in KarangPring Village, Sukorambi District, Jember Regency have implemented the appropriate oyster mushroom cultivation technique. However, the profit of fresh oyster mushroom sales is still low because the production cost is very high due to F1 oyster mushroom seeds from the supplier being costly. Therefore, it is required a piece of knowledge about the production of F0, F1, and F2 oyster mushroom seeds. So that oyster mushroom farmers can produce oyster mushroom seeds independently. It will have an impact on the reduction of oyster mushroom's production costs. So, the profit of fresh oyster mushroom sales can also be increased; farmers can be F0, F1, and F2 oyster mushroom seed suppliers for others. The method of sharing F0, F1, and F2 oyster mushrooms production was training. The activity result was that the oyster mushroom farmers in Karangpring Village were capable of independently producing F0, F1, and F2 oyster mushroom seeds. These activities can be expected to reduce F0, F1, and F2 oyster mushrooms supply production costs. So the oyster mushroom farmers in KarangPring Village, Sukorambi District, Jember Regency can increase their profit from fresh oyster mushroom sales.
Pemberdayaan Masyarakat Desa Panti dan Suci Melalui Kegiatan Budidaya dan Agribisnis Jamur Tiram Dengan Pola Kemitraan Untuk Memanfaatkan Waktu Luang Distiana Wulanjari; Setiyono Setiyono; Sigit Prastowo
Warta Pengabdian Vol 14 No 1 (2020): Warta Pengabdian
Publisher : LP2M Universitas Jember

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.19184/wrtp.v14i1.14171

Abstract

Lokasi Kecamatan Panti yang terletak pada ketinggian antara 180-700 mdpl sangat potensial untuk ditanami tanaman perkebunan seperti kopi. Hal ini berdampak pada mata pencaharian warga sekitar yang bekerja paruh waktu di perkebunan, selain bertani di lahan keluarga. Waktu luang yang cukup leluasa dapat digunakan untuk memberdayakan masyarakat mendapatkan penghasilan tambahan melalui kegiatan budidaya dan agribisnis jamur tiram (mengingat lokasi di kedua desa sangat berpotensi untuk mengembangkan budidaya jamur tiram). Di Desa Panti dan Desa Suci terdapat kelompok jamur tiram yang kurang produktif, sehingga dapat dijadikan mitra untuk membudidayakan jamur tiram di sela-sela waktu luang. Harapannya mitra dapat mandiri membudidayakan jamur tiram sehingga dapat meningkatkan perekonomiannya. Oleh karena itu beberapa bentuk kegiatan dilakukan mulai dari teknik pembuatan baglog jamur, teknik budidaya jamur tiram, pemasaran dan analisis kelayakan usaha budidaya jamur tiram. Metode yang digunakan adalah demonstrasi, pelatihan, dan penyuluhan sehingga masyarakat sasaran dapat memahami, melihat dan mempraktikkan kegiatan yang disosialisasikan. Untuk meningkatkan nilai tambah produk jamur tiram maka dilakukan pula sosialisasi mengenai produk olahan berbasis jamur tiram dengan sasaran ibu-ibu dan pemudi di kedua desa. Produk yang paling diminati warga untuk dikembangkan adalah nugget jamur tiram. Keseluruhan kegiatan tersebut dilakukan pendampingan hingga mitra dapat mandiri. Hasil pengabdian ini mampu menciptakan 10 titik wirausaha yang terdiri dari 4 titik mitra budidaya jamur tiram dan 1 titik mitra olahan jamur tiram di Desa Panti, serta 3 titik mitra budidaya jamur tiram dan 2 titik mitra olahan jamur tiram.
PENGARUH JUMLAH BARIS KEDELAI DAN DOSIS PUPUK ORGANIK TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL UBI JALAR PADA SISTEM TUMPANGSARI UBI JALAR-KEDELAI Wahyu Sulistyorini; Setiyono S
AGRITROP Vol 16, No 1 (2018): Agritrop : Jurnal Ilmu-Ilmu Pertanian
Publisher : Universitas Muhammadiyah Jember

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32528/agr.v16i1.1553

Abstract

Salah satu alternatif yang dapat diterapkan untuk meningkatkan potensi produksi tanaman dalam rangka memenuhi kebutuhan pangan akibat semakin sempitnya luas lahan pertanian yaitu dengan pemanfaatan lahan kering. Kendala utama dalam pemanfaatan lahan kering yaitu bahan organik dan kesehatan tanah rendah. Solusi yang dapat diberikan yaitu dengan pemberian bahan organik. Pemanfaatan lahan kering dapat dilakukan secara berkelanjutan. Adapun Inovasi yang dapat diberikan yaitu dengan menerapkan sistem tanam tumpangsari antara kedelai dan ubi jalar dengan mengatur baris tanaman. Penelitian ini dilakukan pada tanggal 14 Mei – 2 September 2017 di Daerah Antirogo Kabupaten Jember, menggunakan split plot dengan main plot (jumlah 1 baris (B1) dan 2 baris (B2)) dan sub plot (Dosis pupuk organik D0 0 kg/petak, D1 3,2 kg/petak D2 4,8 kg/petak, D3 6,4 kg/petak, dan D4 8 kg/petak). Data penelitian dianalisis menggunakan analisis ragam dan apabila terdapat hasil yang berbeda nyata, maka dilakukan uji lanjut menggunakan Duncan pada taraf 5%. Untuk mengetahui adanya keuntungan ataupun kerugian dalam tanaman tumpangsari dapat dilakukan dengan menggunakan NKL. Hasil penelitian menunjukkan interaksi baris tanam kedelai dengan dosis pupuk organik berpengaruh terhadap produksi pada variabel berat umbi 150 g. Perlakuan pemberian dosis pupuk organik berpengaruh terhadap pertumbuhan dan hasil pada variabel panjang sulur, berat segar tanaman, berat kering tanaman, jumlah umbi per tanaman, berat segar umbi per tanaman, dan berat segar umbi perpetak pada ubi jalar dan tinggi tanaman, jumlah polong hampa, berat biji kering per tanaman dan berat kering biji per petak pada kedelai. Faktor baris tanam berpengaruh tidak nyata terhadap pertumbuhan dan hasil ubi jalar-kedelai pada sistem tumpangsari.
EFEKTIVITAS PEMBERIAN GIBERELIN TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TOMAT Sundahri Sundahri; Hardiyanti Ning Tyas; Setiyono Setiyono
AGRITROP Vol 14, No 1 (2016): Agritrop : Jurnal Ilmu-Ilmu Pertanian
Publisher : Universitas Muhammadiyah Jember

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32528/agr.v14i1.408

Abstract

Penelitian ini ditujukan untuk mengetahui efektivitas giberellin terhadap pertumbuhan dan produksi tomat yang dilakukan di Agrotechnopark, Universitas Jember pada 6 Maret s.d. 10 Juni 2014. Percobaan disusun dengan Rancangan Acak Kelompok yang terdiri atas dua faktor, yaitu: konsentrasi hormon giberellin (0, 50, 75, 100 ppm) dan perlakuan kedua adalah frekuensi aplikasi giberelin (penyemprotan setiap 7 hari sekali, 14, dan 21 hari sekali). Perlakuan tersebut disusun dalam Rancangan Faktorial dengan tiga ulangan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa konsentrasi hormon mempengaruhi secara nyata terhadap pertumbuhan tanaman tomat; frekuensi aplikasinya berpengaruh secara nyata terhadap jumlah cabang produktif, jumlah dan berat buah tomat. Tidak terdapat interaksi antara konsentrasi giberellin dan aplikasinya pada semua paramter; namun, konsentrasi yang terbaik adalah 100 ppm dan frekuensi aplikasinya 21 hari sekali.
Aplikasi Pupuk Hayati (Biofertilizer) Dan Pupuk ZA Terhadap Pertumbuhan Dan Hasil Tanaman Buncis (Phaseolus vulgaris L.) Setiyono Setiyono; Randi Wijaya Pangestu; Dwi Erwin Kusbianto
AGRITROP Vol 20, No 1 (2022): Agritrop: Jurnal Ilmu-Ilmu Pertanian
Publisher : Universitas Muhammadiyah Jember

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32528/agritrop.v20i1.7124

Abstract

Buncis menjadi salah satu jenis sayuran yang sering dikonsumsi masyarakat Indonesia. Umumnya buncis dikonsumsi dalam bentuk polong segar, biji kering, kecambah, maupun daun mudanya. Tahun 2016 terjadi penurunan dari 26.076 ton menjadi 25.084 ton dan pada tahun 2018 naik menjadi 25.965 ton. Penurunan produksi buncis disebabkan oleh buruknya kondisi lahan akibat penggunaan pupuk anorganik secara massif. Kombinasi pemberian pupuk anorganik dan pupuk hayati dinilai mampu mendukung tingkat produktivitas tanaman Buncis. Penelitian ini dilakukan secara faktorial dengan pola dasar RAK (Rancangan Acak Kelompok) dengan dua perlakuan dan tiga ulangan. Faktor utama yaitu konsentrasi pupuk hayati dan dosis pupuk ZA. Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) Panjang akar buncis terbaik pada perlakuan B2Z1 (Bioboost 40ml/l dan ZA 7,5 g/tan) dan volume akar buncis terbaik pada perlakuan B1Z2 (Bioboost 20 ml/l dan ZA 15 g/tan), (2) Konsentrasi pupuk hayati Bioboost (B) menunjukkan hasil berbeda tidak nyata pada semua variabel pengamatan, kecuali pada variabel panjang akar dan volume akar tanaman dan (3) Dosis pupuk ZA (Z) menunjukkan hasil berbeda tidak nyata pada semua variabel pengamatan, kecuali pada variabel panjang akar dan volume akar tanaman.
Efektivitas Pengolahan Citra dengan Metode K-Nearest Neighbor dan Gray Level Co-Occurrence Matrix untuk Monitoring Pembajakan Tanah dengan Bajak Piring Setiyono Setiyono; Hasbi Mubarak Suud; Hasna Afaf Faizah; Insan Sabri Helwandi
Agroteknika Vol 5 No 1 (2022): Juni 2022
Publisher : Green Engineering Society

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.55043/agroteknika.v5i1.125

Abstract

Salah satu teknologi monitoring yang banyak dikembangkan saat ini adalah teknik monitoring menggunakan drone. Pada penelitian ini dilakukan kajian untuk mengetahui efektivitas pengolahan citra hasil pembajakan tanah menggunakan bajak piring yang diambil menggunakan drone untuk monitoring hasil pembajakan menggunakan bajak piring. Metode pengolahan citra yang digunakan yaitu metode KNN (K-Nearest Neighbor) untuk menghitung luas area pembajakan berdasarkan klasifikasi rasio indeks warna RGB (Red, Green, Blue) dan metode GLCM (Gray Level Co-Occurance Matrix) untuk menganalisa tekstur citra guna menduga kedalaman pembajakan. Pada penelitian ini Metode KNN terbukti dapat megklasifikasikan area terbajak dan area tidak terbajak namun akurasinya masih rendah. Semakin besar area yang tidak dibajak di lahan menyebabkan akurasi klasifikasinya juga semakin rendah. Sedangkan pada analisa dengan algoritma GLCM, ciri energi dan ciri entropi merupakan ciri yang paling baik untuk menduga kedalaman pembajakan karena memiliki koefisien korelasi (r) terbaik dibandingkan ciri statistic GLCM lainnya.