Claim Missing Document
Check
Articles

Found 28 Documents
Search

KOMPONEN AKSESIBILITAS YANG MEMPENGARUHI PEMANFAATAN JALAN TOL SEMARANG – SOLO OLEH KAWASAN STRATEGIS DI SEKITARNYA Catherine Wahyu NW; Danang Parikesit
Simposium II UNIID 2017 Vol 2 (2017)
Publisher : Simposium II UNIID 2017

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (561.873 KB)

Abstract

Pembangunan Jalan Tol Semarang – Solo bertujuan untuk mengurangi beban lalu lintas pada jalan nasional yang selama ini menjadi jalan utama dalam pendistribusian orang maupun barang dan juga untuk meningkatkan akses kawasan – kawasan strategis yaitu kawasan yang diprioritaskan karena mempunyai pengaruh sangat penting terhadap ekonomi, sosial, budaya atau lingkungan. Oleh karena itu perlu dilakukan penelitian apakah kawasan – kawasan strategis tersebut memiliki akses yang cukup baik untuk memanfaatkan Jalan Tol Semarang – Solo dilihat dari sisi komponen aksesibilitas. Penelitian dilakukan metode pengukuran gabungan antara activity based measured dan infrastructure based measured, dimana perjalanan yang dihasilkan oleh suatu kawasan dibagi dengan impedance atau hambatan jaringan jalan penghubung dari kawasan strategis menuju gerbang tol terdekat dengan persamaan Ai = Σ Oj / (tαij dβijcγijlδij pσij). Impedance infrastruktur berupa jarak, waktu tempuh, tingkat pelayanan dan kondisi perkerasan. Indeks aksesibilitas kawasan strategis rata-rata tergolong rendah (nilai indeks < 70), indeks aksesibilitas tinggi hanya dimiliki oleh kawasan strategis perkotaan Ungaran sebesar 201,44. Dari sisi pemanfaatan akses tol terdekat diperoleh nilai pemanfaatan sebesar 48%, dengan kawasan industri yang paling kecil yaitu 23%. Komponen aksesibilitas yang paling berpengaruh untuk pemanfaatan jalan tol pada kawasan industri adalah level of service sebesar – 0,32, pada kawasan perkotaan adalah komponen biaya yaitu sebesar -4,884, dan pada kawasan wisata adalah komponen waktu yaitu sebesar -2,489.
RANCANGAN MANAJEMEN LALU LINTAS KAWASAN STASIUN TUGU DENGAN PEMBANGUNAN STASIUN KA BANDARA Muhammad Deni Satria Putra; Danang Parikesit
Simposium II UNIID 2017 Vol 2 (2017)
Publisher : Simposium II UNIID 2017

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1128.132 KB)

Abstract

Pemerintah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakara akan merencanakan pembangunan Bandar Udara baru di Kecamatan Temon, Kulon Progo. Untuk memudahkan akses menuju Bandar Udara baru tersebut, akan direncanakan pembangunan Stasiun kereta api bandara Yogyakarta. Tujuan dari perancangan ini adalah merancang manajemen lalu lintas jaringan jalan Stasiun Tugu Yogyakarta akibat adanya Stasiun kereta api bandara Yogyakarta. Metode yang akan digunakan untuk menghasilkan pemodelan arus lalu lintas antara lain : Survei volume lalu lintas di 8 titik simpang jaringan jalan Stasiun Tugu Yogyakarta, pengukuran geometrik jalan, survei kecepatan dan pemodelan simulasi lalu lintas menggunakan perangkat lunak VISSIM. Berdasarkan hasil perancangan, didapat rata-rata derajat kejenuhan dan rata-rata kecepatan masing-masing kondisi ialah kondisi eksisting 0,4 dan 33 km/jam, kondisi skenario 1 0,38 dan 36 km/jam lalu kondisi skenario 2 0,30 dan 39 km/jam. Dilakukan 2 skenario yaitu skenario 1, jalan satu arah pada Jalan Letjen Suprapto dan skenario 2, pemberian lampu APILL pada simpang Stasiun kereta api bandara Yogyakarta. Jumlah setiap kendaraan yang masuk dan keluar Stasiun kereta api bandara sebanyak 196 sepeda motor, 680 mobil penumpang dan 3 bus.
REDESAIN FASILITAS KISS-AND-RIDE, PARK-AND-RIDE, DAN PARKIR PEGAWAI (Studi Kasus: Stasiun Yogyakarta) Bayu Adi Nugroho; Danang Parikesit
Simposium II UNIID 2017 Vol 2 (2017)
Publisher : Simposium II UNIID 2017

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (346.67 KB)

Abstract

Stasiun Yogyakarta merupakan gerbang masuk Kota Yogyakarta bagi pengguna kereta api. Setiap penumpang menggunakan moda pendukung untuk datang ke stasiun maupun sebaliknya. Fasilitas kiss-and-ride dan park-and-ride merupakan fasilitas antarmoda yang mengakomodasi perpindahan penumpang tersebut. Setiap tahun, volume penumpang yang menggunakan Stasiun Yogyakarta semakin bertambah sehingga diperlukan redesain fasilitas kiss-and-ride dan park-and-ride untuk meningkatkan pelayanan bagi penumpang dan pengantar/ penjemput. Selain itu, disediakan fasilitas parkir pegawai yang terpisah dari fasilitas kiss-and-ride dan park-and-ride. Dilakukan survei counting penumpang yang dijemput, pola pergerakan penumpang, dan parkir untuk mengetahui penggunaan fasilitas kiss-and-ride dan park-and-ride eksisting sedangkan penggunaan parkir pegawai eksisting diketahui berdasarkan pembagian shift dan waktu dinas. Setelah itu, dapat diketahui permasalahan yang timbul akibat penggunaan eksisting lalu ditentukan solusi permasalahannya. Hasil redesain fasilitas kiss-andride dan park-and-ride yaitu pola pergerakan penumpang, sirkulasi kendaraan, ruang parkir, dan ruang tunggu penumpang yang baru. Disediakan ruang parkir: mobil 39 SRP, taksi 17 SRP, sepeda motor 16 SRP, shuttle 2 SRP, becak 14 SRP, dan bus pariwisata 5 SRP dan ruang tunggu seluas 1529 m2 pada fasilitas kiss-and-ride sedangkan ruang parkir: mobil 137 SRP, dan sepeda motor 1131 SRP pada fasilitas park-and-ride tanpa ruang tunggu. Parkir pegawai perlu ditambah ruang parkir sepeda motor sebanyak 5 SRP.
Analysis of Layout of Yogyakarta Airport Railway Station and Its Integration with Tugu Railway Station Prabendra A. Atmakusuma; Danang Parikesit
Journal of the Civil Engineering Forum Vol. 4 No. 2 (May 2018)
Publisher : Department of Civil and Environmental Engineering, Faculty of Engineering, UGM

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (692.985 KB) | DOI: 10.22146/jcef.33999

Abstract

The government of Indonesia plans to build new airport that is located in Temon Sub-district, Kulon Progo Regency. However, the distance of the airport is quite far from the center of Yogyakarta City, therefore it is necessary to build a railway that functioned as a connector. The operating airport railway would then means an Airport Railway Station that is located in the center of Yogyakarta City, in order to accommodate the fluency of railway operation. This paper is intended to give information on the layout design, and also the location of Airport Railway Station in the center of Yogyakarta City. To generate layout of railway that is integrated with Tugu Railway Station of Yogyakarta, the methods used were: determining the station classification, determining the zone, the circulation and wayfinding, so that the passengers could move fluently. Based on the analysis result, the Airport Railway Station has categorized a large class station, with its location was designed separately from the Tugu Railway Station, but integrated with 52 meters long tunnel in south of the Airport Railway Station. The layout design of the Airport Railway Station was designed to be two levels and with two platforms with land necessity of 9100 m2, and was predicted to serve 515 passengers per rush hour.
The Ability to Pay and Willingness to Pay on Operation of Adi Soemarmo Airport Train Access Line to Airplane Passengers Wahyu Chrismasto; Imam Muthohar; Danang Parikesit
Journal of the Civil Engineering Forum Vol. 6 No. 1 (January 2020)
Publisher : Department of Civil and Environmental Engineering, Faculty of Engineering, UGM

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (637.177 KB) | DOI: 10.22146/jcef.48405

Abstract

Connectivity between transportation nodes is crucial in encouraging the movement of people and goods, including access to Adi Soemarmo Airport. Currently, access to Adi Soemarmo Airport is dominated by private vehicles and taxis compared to public transportation such as buses which can be costly for some passengers. To cut the cost of transportation in Adi Soemarmo airport, the Ministry of Transportation has built railway access to Adi Soemarmo Airport from Solo Balapan Station and vice versa. However, the scheme of train’s tariff is solely designed to accommodate only operational and maintenance cost, while the ability and willingness of passengers to pay are simply neglected. This research aims to analyse willingness to pay of airplane passenger for the operation plan of airport train based on mode choice model and contingent valuation method and finally be able to determine the tariff based on willingness to pay and train operating costs. Mode choice model uses logit binomial in terms of differences with a stated preference method, willingness to pay analysis uses the net economic value from binomial logit and train operating cost calculations use the Minister of Transportation Regulation Number PM 17 the Year 2018. The average value of willingness to pay of prospective airport train users for each car, taxi and bus users based on binomial logit model is IDR14,802.42, IDR14,121.13, IDR14,221.42. Meanwhile, the value of the ability to pay for each car, taxi and bus users is IDR60,996.90, IDR79,564.67, IDR55,117.17 and the tariff value based on train operating costs is IDR17,730.22.
PEMBIAYAAN RESTRUKTURISASI INDUSTRI BUS PERKOTAAN SESUAI DENGAN KERANGKA KERJA PROTOKOL KYOTO (Funding for Industrial Restructuring Urban Bus Industry following Kyoto Protocol) Danang Parikesit; Muchlich Z. Asikin
Jurnal Manusia dan Lingkungan Vol 9, No 2 (2002): Juli
Publisher : Pusat Studi Lingkungan Hidup Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22146/jml.18588

Abstract

ABSTRAKSektor transportasi, khususnya sektor angkutan umum telah lama disadari sebagai kontributor utama emisi gas rumah kaca (Green House Gases Emissions). Investasi pada angkutan umum perkotaan sangat dibutuhkan walaupun pembiayaan yang konvensional sering sulit dilakukan karena tingginya tingkat investasi dan prioritas pemerintah saat ini. Angkutan perkotaan juga dilihat sebagai daerah kekuasaan sektor swasta yang membuat pemerintah sulit untuk mengeluarkan uang publik. Ratifikasi Kyoto Protocol telah memberi jalan untuk mengembangkan alternatif pembiayaan untuk pembangunan yang berkelanjutan. Clean Development Mechanism pada Kyoto Protocol telah membuka kesempatan bagi otoritas angkutan umum perkotaan dengan menggunakan prinsip carbon trading. Sumber daya untuk menerapkan proyek angkutan umum perkotaan dengan CDM sangat esensial. Pekerjaan di masa datang harus diarahkan untuk mempelajari metodologi dalam mengkombinasi soft measures dan melaksanakan proyek secara optimal. Pembiayaan dengan sistem CDM ini telah dimulai di Yogyakarta dengan judul The Green House Gases Emission Reduction Program for Urban Buses in Yogyakarta atau Program Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca untuk Bus Perkotaan di Yogyakarta. Sebuah aliansi dengan nama YUPTA (Yogyakarta Urban Public Transport Alliance) telah dibentuk yang terdiri dari 3 lembaga yaitu Dinas Perhubungan Propinsi DIY, Pusat Studi Transportasi dan Logistik (PUSTRAL) UGM dan Koperasi Pengusaha Angkutan Kota Yogyakarta (KOPATA). ABSTRACTTransportation sector, especially public transportation, has been known as the main contributor to the green house hases emission. Investment to urban public transportation is needed but conventional funding is often difficult to be obtained because of the high investment level and the present government priority. Urban transportation is also seen as a private sector domain making the government difficult to use public fund. Kyoto protocol ratification has opened the way to develop funding alternative to sustainable development. Clean development mechanism of Kyoto Protocol provides opportunity for urban public transportation in developing countries to support urban public transportation project applying CDM is essential in which future tasks should be directed to study the methodology in combining soft measures and conducting the project optimally. Funding applying CDM system has been started in Yogyakarta under the title “the Green House Gases Emission Reduction Program for Urban Buses in Yogyakarta”. An alliance called YUPTA (Yogyakarta Urban Public Transport Alliance) has been established which it consist of three institution, i.e, the Transportation office of Yogyakarta Province, study Center for Transportation and Logistic Gadjah Mada University and KOPATA (Cooperation of Urban Transportation Businessman of Yogyakarta)
IMPLEMENTASI METODE SINGLE MINUTE EXCHANGE OF DIES UNTUK MENGURANGI SETUP TIME PERGANTIAN MOLD PADA MESIN SODICK Parikesit, Danang; Irwan, Hery
SIGMA TEKNIKA VOL 7, NO 1 (2024): SIGMATEKNIKA, VOL. 7, N0. 1, JUNI 2024
Publisher : Fakultas Teknik, Universitas Riau Kepulauan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33373/sigmateknika.v7i1.6165

Abstract

Semua perusahaan mengharapkan sistem produksi yang efektif dan efisien, namun tantangan mengenai sistem produksi yang tidak sempurna tidak dapat dihindari. Dalam penelitian ini kami menyelidiki kasus di PT Cicor Panatec yang memproduksi alat bantu dengar di bagian injeksi. Kami menemukan adanya pemborosan yang terjadi pada kegiatan penggantian cetakan. Karena banyak item memerlukan waktu pemrosesan yang lama, kami menyempurnakan sistem dengan menerapkan metode Single Minute Exchange of Dies (SMED), sebuah konsep dalam lean manufacturing. Kami bertujuan untuk memberikan proses penggantian cetakan yang lebih efektif dan efisien sehingga downtime mesin dapat dikurangi. Hasil penelitian ini menunjukkan pengurangan waktu setup sebesar 35% yang diperoleh melalui penghapusan dan pengurangan waktu penggantian cetakan menjadi 260 menit, yang sebelumnya membutuhkan waktu 400 menit. Penelitian ini menyimpulkan bahwa SMED efektif untuk mengurangi waktu set-up mesin dan meningkatkan efisiensi proses produksi. Dengan cara ni, penerapan metode SMED membantu perusahaan meningkatkan waktu penggantian cetakan di bagian injeksi Kata kunci : injection, lean manufacuring, produktivitas, pergantian cetakan, SMED.
Art and Transport: Background Music at The Train Stations in Java Island, Indonesia Rahmawati, Ainun; Dewanti, Dewanti; Parikesit, Danang; Timms, Paul; Barnard, Yvonne
ASTONJADRO Vol. 13 No. 3 (2024): ASTONJADRO
Publisher : Universitas Ibn Khaldun Bogor

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32832/astonjadro.v13i3.15809

Abstract

Nowadays, music plays an essential role in train stations. Many train stations offer music in various forms. This study focuses on the background music, defined as music prepared and recorded in advance by the train station manager and played at certain times with a specific duration in the stations. The songs or musical instruments played in Java Island, Indonesia, are folk songs that reflect the identity of each region. The objectives of the study are to analyse the background music selection in the train station globally, to identify the purpose of background music used in the train stations from the railway company perspective, to identify the criteria and characteristics of folk songs used as background music, and to analyse the passengers’ perspective on background music at the train station. The research utilised a qualitative case study research methodology. The methods used include online research and literature reviews to answer the first objective regarding background music selection at train stations globally. Then in-depth interviews with rail service providers and the rail service users. The conclusions obtained are: 1) the Japan Railway Company create unique melodies for each line and station to help the train passengers remember specific locations and lines and guide the passengers to steps and orderly queues during peak hours; 2) KAI's purpose in playing background music at the station is for additional services for passengers as well as a sign that the train has arrived and to provide a regional identity as one of the local cultures; 3) the percentage of background music is dominated by instrumentals with traditional arrangements; 4) About 80% of the respondents who were interviewed said that the songs played at the station had a place for bonding with the location, others are nostalgic, proud, peaceful and relaxed.