Claim Missing Document
Check
Articles

Found 24 Documents
Search

Mitologi Host Cerdas 5 Menit Metro TV Patricia Robin
Communicare : Journal of Communication Studies Vol. 6 No. 2 (2019): Communicare : Journal of Communication Studies
Publisher : Lembaga Penelitian, Publikasi dan Pengabdian kepada Masyarakat (LP3M) Institut Bisnis dan Komunikasi LSPR

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37535/101006220192

Abstract

Televisi sebagai salah satu media masa, dihandalkan perusahaan (penjual barang ataupun penawar jasa) untuk mengomunikasikan produknya dengan cara yang begitu “lembut” dan “elegan”. Hal ini tidak lain lantaran dalam menjalankan fungsi informasi, edukasi, dan hiburannya, televisi sarat kepentingan dan ideologi yang berlomba mempengaruhi audiens. Talk show berkekuatan “menyihir” pemirsa lantaran bersanding dengan setting (visual) santai dan paparan percakapan (audio) yang membuat perbincangan mudah dicerna. Makna, mitologi dan ideologi yang terselubung dalam setiap tanda verbal dan nonverbal host Cerdas 5 Menit Metro TV layak dikaji secara mendalam. Penelitian ini menggunakan teori terkait kajian kritis semiotika, talk show, serta kajian elemen verbal dan nonverbal. Adapun paradigma kritis berjalan beriringan dengan teori semiotika Roland Barthes berfungsi sebagai pisau analisis yang mengkaji pesan linguistik, pesan ikonik terkodekan dan pesan ikonik tidak terkodekan. Hasil penelitian yang didapatkan adalah pergeseran makna atas tanda verbal dan nonverbal Chandra Dewi selaku host, baik dari segi ekspresi, gerakan kepala dan tangan, hingga pelafalan dan atribut yang digunakan berikut elemen pendukung keberadaannya sebagai host Cerdas 5 Menit. Hal ini dirangkum dalam 4 mitologi kunci, antara lain transformasi makna, gaya hidup, keberpihakan, serta kepentingan materialistis. Keempat mitologi ini mengantarkan pada ideologi kapitalisme yang dimiliki oleh host Cerdas 5 Menit Metro TV.
CREATIVE MEDIA WORKERS AS REPRESENTATIVES TO ACTUALIZE THE TAGLINE OF “INDEPENDENT DAN TRUSTED” patricia robin
Mediakom Vol 3 No 2 (2020): Vol 3 No 2 (2020)
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Aplikasi Informatika, Informasi dan Komunikasi Publik (APTIKA dan IKP) Badan Penelitian dan Pengembangan SDM Kementerian Komunikasi dan Informatika

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.17933/diakom.v3i2.72

Abstract

Mass media workers have a good ability to convey ideas to be enjoyed by a wide and heterogeneous audience. Their talents and interests are not arbitrary. They have taken special education in college and graduated with a related bachelor's degree. However, their intellectual abilities are not accompanied by the ability to appreciate and reward themselves, which should deserve a decent income or a comfortable working environment. In the name of capitalism which was finally realized in the form of alienation, they carried out the work with great pride even though it was apparent. This study uses qualitative research methods by collecting data through interviews of one of the televisions workers. Based on the research results, it is clearly illustrated how the mass media workers consider that completely devoting themselves to companies that have provided opportunities and income is something that is worth doing. Moreover, there is special pride when they are able to contribute in providing education and information to the wider community. This confirms false awareness that arises from a mass media worker. Kata Kunci: Buruh Kreatif Media massa, Ekonomi Politik Media, Kapitalisme, Alienasi
MITOLOGI DAN IDEOLOGI ADDRY DANUATMADJA SELAKU HOST !NSERT DENGAN BAHASAN PEMAKAMAN SAN DIEGO HILLS DI INVESTIGASI TRANS TV Patricia Robin
SEMIOTIKA: Jurnal Komunikasi Vol 9, No 1 (2015): Jurnal Semiotika
Publisher : Universitas Bunda Mulia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30813/s:jk.v9i1.13

Abstract

TV shows are full of interests and ideologies attempt to influence the audience. Infotainment is a popular TV show that drive the construction of reality to bring meaningful discourse to urge public debate. Had the acquisition of a high rating and share, !nsert Investigasi has become one of prominent Trans TV's show that treats different symbol to serve their host who expected as high class celebrity. There are meaning, mithology and ideology hidden in every verbal and non-verbal sign from host of “!nsert Investigasi”. Theories behind this research include critical studies of TV and infotainment, studies of verbal and nonverbal elements, and semiotics as well. The critical paradigm simultanously goes with Roland Barthes semiotic theory to serve as tools of analysis by reviewing the linguistic message, coded iconic message and non-coded iconic message. The result obtained are the shifting of meaning from the verbal and non-verbal signs of Addry Danuatmadja, both in terms of pronunciation, expression, and also the following attributes used as supporting elements of his performance as the host of “!nsert Investigasi”. This is summarized in seven key myths, such as the personal ego, materialistic interests, lifestyle, alignments, grade gap, capitalism in his nationalism, and the transformation of meanings that contain the ideology of capitalism, the political economy of the media, and colonialism. Key Words: Semiotics, Mythology, Ideology
KEBAHASAAN SINEMATIK BERNUANSA PLURALITAS DALAM IKLAN BNI TAPLUS ANAK Rustono Farady Marta; Patricia Robin
Communication Vol 10, No 1 (2019): COMMUNICATION
Publisher : Fakultas Ilmu Komunikasi - Universitas Budi Luhur

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36080/comm.v10i1.810

Abstract

Early education introduces children to how to manage money, especially since growing up to become a person who values money more. Related to this, PT. Bank Negara Indonesia, Tbk (BNI) released the BNI Taplus Anak program for children aged 0 to 17 years. To proclaim the service, advertisements were made that were very close to the reality of the lives of parents and children. This advertisement tells a group of bands with the name "Kancil" which consists of 5 people with high plurality nuances where they have different ethnicity, or skin color but live in harmony in order to realize the dream of becoming a band that follows the competition. The problem of this research lies in the meaning of the sign of the cinematic linguistic pattern of the BNI Taplus Anak version of the Kancil Band. This study aims to determine the mapping of storytelling patterns in the BNI ad, then identify the categorical of each of the cinematic lines and reveal the meaning of the sign. This study takes the qualitative study of Christian Metz's Cinema Semiology which seeks to build a model of the film linguistic system as text, which is found in sintagma as a structured group of signs. Research findings show that implicit meanings of plurality order are forward and have Systematic flow is not only based on the image of the product as a supporter of the value of its production, but moral responsibility in presenting story ideas is successfully presented to the audience. The filmmaker who creates the creative idea of making this advertisement succeeds in knitting the story in a congruent manner, the pattern of storytelling chronologically traced at a level where the scope of the framework is smaller implies a similar and consistent meaning in the form of plurality.
ANALISIS PRODUKSI PROGRAM FASHION “ILOOK” DI NET TV Patricia Robin
Jurnal Visi Komunikasi Vol 13, No 1 (2014): May 2014
Publisher : Universitas Mercu Buana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (623.109 KB) | DOI: 10.22441/visikom.v13i1.387

Abstract

Abstrak, Berbagai stasiun televisi berlomba-lomba menghadirkan program yang diharapkandapat menarik perhatian penontonnya, terutama di tengah-tengah persaingan industri televisi saatini yang semakin ketat. Setiap stasiun televisi berlomba menyuguhkan yang terbaik melaluiberbagai produksi programnya. NET TV sebagai salah satu stasiun televisi swasta lokal barumenyajikan satu program tayangan kategori soft news dengan format magazine yang berjudul“iLook”. Program ini menyajikan segala informasi yang berkaitan dengan fashion. Denganmenggunakan metode penelitian studi kasus yang dikaji secara kualitatif, teknik pengumpulandata primer observasi dan wawancara mendalam bersama key informan seperti produser, timkreatif, asisten produksi, editor dan kepala divisi produksi program bersangkutan, penelitian inibertujuan melakukan analisis terhadap proses produksi program tersebut. Hasil penelitianmenunjukkan bahwa program ini memiliki berbagai strategi mulai dari pemilihan ide secaraselektif, pola rundown, naskah, konsep produksiyang diterapkan dilapangan sampai konsepediting yang digunakan agar audiens tertarik dengan konten yang disajikan. Disamping itu,penempatan waktu dan jam siaran yang tepat juga menjadi salah satu strategi supayaprogram ini semakin diketahui dan mendapat minat dari masyarakat luas
POTRET PEREMPUAN DALAM PROGRAM KRIMINAL DI TELEVISI Patricia Robin
Jurnal Visi Komunikasi Vol 12, No 2 (2013): November 2013
Publisher : Universitas Mercu Buana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (251.453 KB) | DOI: 10.22441/visikom.v12i2.406

Abstract

Abstrak. Program berita kriminal sampai saat ini masih menimbulkan pro dan kontra. Bagipihak yang pro mengganggap acara ini dapat memberikan pelajaran dari akibat dilakukannyasuatu tindak kejahatan sehingga masyarakat lebih waspada terhadap peristiwa yang terjadidisekitar mereka demi keamanan diri, keluarga dan lingkungan. Sedangkan bagi pihak yangkontra menganggap bahwa berbagai berita kriminal ini justru menginspirasi dan mendorongmakin maraknya tindakan kriminal lain. Dalam hal ini yang rentan merasakan dampaknyaadalah kaum wanita. Oleh karena itu penulis ingin melihat secara obyektif bagaimana potretperempuan dalam program acara kriminal di televisi khususnya program TKP di Trans7.Penelitian ini bersifat deskriptif dengan pendekatan kuantitatif. Metode penelitian yangdigunakan adalah analisis isi. Data diperoleh dari copy tayangan TKP di Trans7 periode 1-31januari 2008 yang subyeknya wanita. Hasil penelitian memberikan gambaran seperti apatayangan kriminal tkp di trans 7 serta seperti apa tkp menempatkan kaum wanita di dalamtayangannya.Hasilnya 82% TKP menyajikan kekerasan fisik,77% Nama subyekditampilkan,dan 55% Wajah subyek terlihat jelas.Dalam hal ini penulis memberikan Upayaupayaapa saja yang menurut penulis harus dilakukan untuk program acara kriminal ditrans7.Penulis juga berharap nantinya penelitian ini bisa menjadi acuan untuk perbaikan dankemajuan Trans7.Abstrak. Program berita kriminal sampai saat ini masih menimbulkan pro dan kontra. Bagipihak yang pro mengganggap acara ini dapat memberikan pelajaran dari akibat dilakukannyasuatu tindak kejahatan sehingga masyarakat lebih waspada terhadap peristiwa yang terjadidisekitar mereka demi keamanan diri, keluarga dan lingkungan. Sedangkan bagi pihak yangkontra menganggap bahwa berbagai berita kriminal ini justru menginspirasi dan mendorongmakin maraknya tindakan kriminal lain. Dalam hal ini yang rentan merasakan dampaknyaadalah kaum wanita. Oleh karena itu penulis ingin melihat secara obyektif bagaimana potretperempuan dalam program acara kriminal di televisi khususnya program TKP di Trans7.Penelitian ini bersifat deskriptif dengan pendekatan kuantitatif. Metode penelitian yangdigunakan adalah analisis isi. Data diperoleh dari copy tayangan TKP di Trans7 periode 1-31januari 2008 yang subyeknya wanita. Hasil penelitian memberikan gambaran seperti apatayangan kriminal tkp di trans 7 serta seperti apa tkp menempatkan kaum wanita di dalamtayangannya.Hasilnya 82% TKP menyajikan kekerasan fisik,77% Nama subyekditampilkan,dan 55% Wajah subyek terlihat jelas.Dalam hal ini penulis memberikan Upayaupayaapa saja yang menurut penulis harus dilakukan untuk program acara kriminal ditrans7.Penulis juga berharap nantinya penelitian ini bisa menjadi acuan untuk perbaikan dankemajuan Trans7.
PRAKTIK MEDIA SOSIAL PERANGI MEDIA KONVENSIONAL (TINJAUAN KOMUNIKASI POLITIK PILPRES INDONESIA 2019) Patricia Robin
PUBLIC CORNER Vol 15 No 1 (2020): Public Corner
Publisher : Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Wiraraja, Sumenep

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24929/fisip.v15i1.1037

Abstract

Politik memasuki ranah kehidupan manusia hingga ke tahap personal. Hal ini ditunjukkan dengan media sosial dalam kampanye politik yang menyerang individu, berakhir dengan preferensi atau pilihan politik warga negara. Para kandidat (aktor politik) memainkan pikiran dan waktu individu sehingga mengikuti apa yang mereka arahkan (memilih diri atau membenci kompetitor). Hal ini tidak mungkin terjadi tanpa andil dari komunikasi dan teknologi.Pilihan politik bukan lagi masalah hati, tetapi mana partai dan kandidat yang mampu mendekatkan diri dengan banyak janji.Pemilihan Presiden Amerika 2016 menjadi contoh keberhasilan media sosial dalam menentukan iklim dan pilihan politik. Hal ini kiranya juga terjadi di Indonesia, tepatnya pada Pemilihan Umum Presiden 2019. Dua kubu yang berkompetisi bukan sekedar menyatakan visi, tetapi mencari panggung dan muka di hadapan pendukung dengan harapan mendulang suara. Fakta yang terjadi, kemajuan teknologi tidak melulu diikuti dengan pengembangan diri individu. Maka yang kerap menjadi soal adalah konflik di ranah media sosial akhirnya berlanjut ke media massa konvensional hingga dunia nyata. Kedewasaan yang kiranya menjadi kunci keberhasilan dan eksistensi literasi politikhilang, dibutakan dengan pendapat dan argumentasi pribadi. Kata Kunci : Kampanye Politik, Media Sosial, Pemilu 2019, filter bubble, Dunia Siber
Pengaisan Big Data & Dunia Kesehatan Gabriela Priscila; Patricia Robin
PUBLIC CORNER Vol 16 No 1 (2021): Public Corner
Publisher : Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Wiraraja, Sumenep

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24929/fisip.v16i1.1472

Abstract

Teknologi dan Kesehatan. Dua bagian yang tidak dapat dipisahkan dan semakin lekat seiring dengan perkembangan teknologi yang semakin pesat. Teknologi saat ini berperan besar dalam bidang kesehatan untuk mendukung praktik kesehatan dalam berbagai hal, misalnya pemanfaatan Artificial Intelligence (AI) untuk konsultasi kesehatan, perangkat wearable yang mendata mengukur aktivitas kesehatan tubuh, serta perangkat medis berbasis teknologi digital. Dalam pandemi global Covid-19, peran teknologi dalam dunia kesehatan semakin dibutuhkan. Upaya untuk memerangi Covid-19 melalui pemanfaatan teknologi, salah satunya adalah dengan pembuatan aplikasi pencegahan Covid-19. Indonesia mengembangkan sebuah aplikasi lokal yang diberi nama PeduliLindungi. Aplikasi ini memanfaatkan data diri, serta koneksi jaringan bluetooth yang berfungsi untuk melacak lokasi dan merekam aktivitas pengguna untuk mencegah penyebaran Covid-19. Aplikasi ini menotifikasi developer dan pengguna apabila terdeteksi kontak dengan pasien positif Covid-19 ataupun Orang Dalam Pengawasan (ODP). Penelitian ini akan terfokus pada penyalahgunaan data pribadi pengguna yang terekam dan tersimpan pada big data aplikasi PeduliLindungi. Peneliti tertarik untuk mengetahui lebih dalam bagaimana data pribadi diproses dalam big data. Di sini yang dipaparkan bukan semata sistem aplikasi PeduliLindungi, melainkan penyalahgunaan data pribadi yang dicurigai digunakan untuk kepentingan tertentu, serta praksis sosial yang lebih luas.
GEN-Z PERSPECTIVE ON POLITICS: HIGH INTEREST, UNINFORMED, AND URGING POLITICAL EDUCATION Patricia Robin; Silvanus Alvin; Tesalonika Hasugian
Jurnal Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (JISIP) Vol 11, No 3 (2022)
Publisher : Universitas Tribhuwana Tungga Dewi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33366/jisip.v11i3.2550

Abstract

The Central Bureau of Statistics report reveals that Gen-Z dominates Indonesia's population today. This data is necessary considering that in 2024 a general election will be held. The votes from gen-z will undoubtedly be a bone of contention for competing politicians and political parties. In political communication, research is often focused on strategies for compiling narratives that can be converted into vote gains or political image management to attract sympathy. These two things can only be done when they know the perspective of the target public. Therefore, this study aims to determine the perspective of Gen Z. This qualitative study uses the focus group discussion method to obtain in-depth data. There are three interesting findings: Gen-Z is highly interested in politics but feels uninformed. Second, Gen-Z sees the existence of political parties in a negative light due to the high number of corruption cases. Third, Gen-Z urges for political education. Each finding is elaborated on in this research paper.
The The Exploitation of Laura Edelenyi's Departure: A Study of Social Semiotics in the Deddy Corbuzier Podcast Tesalonika Hasugian; Patricia Robin
PUBLIC CORNER Vol 17 No 2 (2022): Public Corner
Publisher : Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Wiraraja, Sumenep

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24929/fisip.v17i2.2101

Abstract

The diversity of media trends appears on podcast channels channeled through YouTube. Podcasts have been considered a development form of digital radio. One of the famous YouTubers in Indonesia is Deddy Corbuzier, the owner of the YouTube channel "Corbuzier Podcast: Close The Door". Her video podcast titled “GOODBYE LAURA... NETIZEN, DENGAR SAYA KALI INI !!” caught the audience’s attention when creating and uploading the video with all the emotional attributes. The research discussion uses the study of social semiotics goals to describe the signs of the semiotic resources presented and the interaction of images with the audience. This research method will focus on the qualitative description. The data collection used a literature study. The Research Team saw that the content presented contained an element of exploitation for the departure of Laura Edelenyi was immediately deliberately displayed by Deddy Corbuzier, a sign owner with a specific motivation behind it. The results showed Deddy and Laura's personal relationship had created a deep meaning of loss. However, the insertion of advertising in no way corresponds to the signs symbolized by the communicator.