Claim Missing Document
Check
Articles

Found 8 Documents
Search

PEMANFAATAN DAUN TAWALOHO SEBAGAI MAKANAN SEHAT DALAM SEDIAAN BISKUIT UNTUK MASYARAKAT MEKAR BARU SULAWESI TENGGARA Musdalipah Musdalipah; Eny Nurhikma; Suhikma Sofyan; Nirwati Rusli; Nursaadah Daud; Lilis Yusriani; Syamsu Alam
JMM (Jurnal Masyarakat Mandiri) Vol 5, No 4 (2021): Agustus
Publisher : Universitas Muhammadiyah Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (445.787 KB) | DOI: 10.31764/jmm.v5i4.5132

Abstract

Abstrak: Daun tawaloho, atau daun kedondong hutan digunakan masyarakat Mekar Baru untuk menambah cita rasa pada masakan. Daun kedondong hutan tumbuh di sebagian pekarangan rumah masyarakat. Informasi terkait kandungan kimia dan farmakologi pada tumbuhan belum banyak diketahui oleh masyarakat. Daun kedondong hutan memiliki aktivitas antioksidan, antidiabetes, antihipertensi, anticancer dan antikolesterol. Tujuan kegiatan ini dilakukan sebagai salah satu pengabdian kepada masyarakat dalam rangka pemanfaatan daun tawaloho sebagai biskuit makanan sehat. Metode kegiatan dilakukan dengan sosialisasi pembuatan biskuit tawaloho pada 50 orang masyarakat Mekar Baru. Adanya pandemik covid 19, kegiatan dilakukan secara terbatas pada beberapa rumah warga yang cukup luas. Evaluasi kegiatan dilakukan dengan pemberian kuesioner tentang cita rasa biskuit meliputi uji organoleptik dan uji kesukaan (bau dan warna), kerenyahan, dan kekerasan biskuit. Hasil kegiatan menunjukkan masyarakat Mekar Baru sangat antusias mengikuti pembuatan biskuit tawaloho. Hasil pengujian organoleptik sediaan biskuit menunjukkan berwarna kuning kecoklatan dengan aroma bau khas susu, rasa khas biskuit dan berbentuk padat. Uji kesukaan pada biskuit menunjukkan rasa suka (90%) dan tidak suka (10%). Uji kerenyahan menunjukkan rasa renyah (94%) dan tidak renyah (6%). Pada uji kekerasan menunjukkan rasa keras pada biskuit (0%) dan lembut dikonsumsi (100%). Hasil kegiatan memberikan wawasan dan pengetahuan baru bagi masyarakat tentang cara pengolahan daun tawaloho dalam sediaan biskuit yang dapat dijadikan makanan sehat.Abstract:  Tawaloho leaves or forest kedondong leaves are used by the Mekar Baru community to add flavor to dishes. The leaves of the forest kedondong grow partly in the yards of people's homes. Information related to chemical and pharmacology in plants is not widely known by the public. Forest kedondong leaves have antioxidant, antidiabetic, antihypertensive, anticancer and anticholesterol activities. This goal is carried out as one of the community services in the context of utilizing tawaloho leaves as healthy food biscuits. The method of activity was carried out by socializing the making of tawaloho biscuits to 50 people from the Mekar Baru community. Due to the COVID-19 pandemic, the activities carried out are limited to a number of residents' houses which are quite large. The evaluation was done by giving a questionnaire about biscuits taste including organoleptic and preference tests (smell and color), crunchiness, and hardness of biscuits. The results of the activity showed that the people of Mekar Baru were very enthusiastic in participating in the making of tawaloho biscuits. The results of organoleptic testing of biscuit preparations showed a brownish yellow color with a distinctive smell of milk, a distinctive taste of biscuits, and a solid form. The liking test on biscuits showed likes (90%) and dislikes (10%). The crispness test showed crunchy (94%) and not crunchy (6%). In the hardness test, the biscuits tasted hard (0%) and soft (100%). The results of the activity are new insights and knowledge for the community about how to process tawaloho leaves in biscuit preparations that can be used as healthy food.
Optimasi Formula Losio Tabir Surya Ekstrak Kulit Buah Naga Super Merah (Hylocereus costaricensis) Nur Saadah Daud; Musdalipah Musdalipah
PHARMACY: Jurnal Farmasi Indonesia (Pharmaceutical Journal of Indonesia) Jurnal Pharmacy, Vol. 15 No. 01 Juli 2018
Publisher : Pharmacy Faculty, Universitas Muhammadiyah Purwokerto

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (862.68 KB) | DOI: 10.30595/pharmacy.v15i1.2718

Abstract

Paparan sinar matahari yang berlebihan dan berlangsung lama dapat menyebabkan eritema dan kulit terbakar, penuaan dini, dan kanker kulit. Salah satu bentuk sediaan kosmetik yang dapat digunakan untuk melindungi kulit adalah losio yang mengandung zat aktif tabir surya. Ekstrak kulit buah naga super merah adalah bahan alam yang memiliki efek antioksidan dan tabir surya. Optimasi formula losio tabir surya dilakukan menggunakan metode D-optimal dengan 2 faktor yaitu ekstrak kulit buah naga super merah sebagai bahan aktif dengan kisaran konsentrasi 9-12% dan natrium alginat 3-6% dari seluruh komponen losio sebagai peningkat viskositas. Nilai SPF, viskositas, dan daya sebar ditetapkan sebagai respon. Losio yang dihasilkan berwarna coklat, berbentuk semipadat khas losio, homogen, beraroma khas minyak mawar, pH sesuai syarat SNI dengan tipe emulsi minyak dalam air (M/A). Hasil respon yang diperoleh dari 11 formula menghasilkan nilai SPF dengan kisaran 6,64–14,12, nilai viskositas 10333 – 13000 cp yang memenuhi standar SNI, dan nilai daya sebar 6,52–7,92 cm. Formula optimum hasil prediksi D-optimal menggunakan perangkat lunak Design Expert® 7.1.5 ditetapkan konsentrasi ekstrak 12% dan natrium alginat 3%. Peningkatan konsentrasi ekstrak dan Na alginat menunjukkan pengaruh yang tidak signifikan terhadap ketiga respon.
FORMULATION AND EVALUATION OF PEEL-OFF GEL MASK FROM EXTRACT OF RED SPINACH (Amaranthus tricolor L.) Nur Saadah Daud; Ade Ainun Insani; Eny Nurhikma
Jurnal Farmasi Sains dan Praktis Vol 7 No 3 (2021): Supplementary Issue (The 4th National Pharmacy Conference 2021 Universitas Halu O
Publisher : Universitas Muhammadiyah Magelang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31603/pharmacy.v7i3.6095

Abstract

Red spinach (Amaranthus tricolor L.) contains various secondary metabolites that act as antioxidants. These activities can be used to maintain the health of facial skin due to the negative impact of free radicals in the form of cosmetic preparations of peel-off gel mask. This study aims to make a peel-off gel mask preparation from red spinach extract that meets the requirements for physical evaluation of the preparation. The extraction process was carried out by maceration method using 96% ethanol as solvent. The thick extract was then made into a peel-off gel mask preparation with variations in extract concentration of 0.5% (F1), 1% (F2), and 2% (F3). Furthermore, physical evaluation of the preparation at room temperature for 4 weeks of storage, drying time test, irritation test, preference test, and cycling test was carried out. The red spinach used has been determined as Amaranthus tricolor L. The results of phytochemical screening of the thick extract showed that the extract contained positive alkaloids, saponins and flavonoids. The results of the evaluation showed that all preparations met the physical evaluation requirements and were not irritating. The higher the concentration of the extract, the darker the color of the preparation and the higher the pH and viscosity values. The preparation was stable during storage at room temperature but decreased in pH value and dispersion after passing 6 cycles of cycling test. The results of the preference test showed 60% of respondents liked F3, which is a formula with a dark green color, a distinctive aroma of red spinach, homogeneous, pH 7.54, dispersion of 6.2 cm, the viscosity of 7200 cps and drying time of 20.23 minutes.
Pemberdayaan Masyarakat melalui Edukasi GEMA CERMAT: Penggunaan Antibiotik Menggunakan Media Booklet dengan Metode CBIA (Cara Belajar Insan Aktif) Musdalipah Musdalipah; Nur Saadah Daud; Eny Nurhikma; Karmilah Karmilah; Nirwati Rusli; Reymon Reymon; Selfyana Austin Tee; Muhammad Azdar Setiawan; Yulianti Fauziah; Rifcha Selviana Puput; Muh. Ilyas Yusuf; Nurhikma Nurhikma
Dinamisia : Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat Vol. 6 No. 4 (2022): Dinamisia: Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat
Publisher : Universitas Lancang Kuning

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31849/dinamisia.v6i4.9431

Abstract

The high use of inappropriate antibiotics in the community is due to a lack of knowledge about antibiotics, thereby increasing the problem of antibiotic resistance. These problems can be overcome through community empowerment with Gema Cermat education through booklet media using the CBIA method. The Smart Society Using Drugs (Gema Cermat) is one of the educational efforts to increase public awareness, concern and understanding about how to use drugs properly and correctly. The purpose of the activity is to increase knowledge about the use of antibiotics using booklet media in the Punggolaka village, Puuwatu district, Kendari City. The method of activity is through Gema Cermat education with the CBIA method, pre and posttest questionnaires, booklets, pocket books, and power point presented by the pharmacist. The results show that an increase in knowledge in the good category of 100%. This is shown in the knowledge of the community at the pretest of 10.25% and increased by 100% after the posttest. Based on the results of the activity, it was concluded that Gema Cermat activities could increase public knowledge
TOKSISITAS AKUT DAN LETHAL DOSE (LD50) EKSTRAK BUAH WALAY (Meistera chinensis) ASAL SULAWESI TENGGARA TERHADAP MENCIT (Mus musculus) Musdalipah Musdalipah; Agung Wibawa Mahatya Yodha; Karmilah; Selfyana Austin Tee; Reymon; Nur Saadah Daud; Muh. Azdar Setiawan; Esti Badia; Agustini
Pharmacoscript Vol. 5 No. 2 (2022): Pharmacoscript
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat, Universitas Perjuangan Tasikmalaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36423/pharmacoscript.v5i2.1039

Abstract

Buah walay (Meistera chinensis) mengandung senyawa fenolat, flavonoid, steroid, terpenoid, alkaloid, dan saponin. Beberapa metabolit sekunder, termasuk triterpenoid dan flavonoid, memiliki potensi sebagai antioksidan, antibakteri dan toksisitas. Berdasarkan penelitian sebelumnya dengan menggunakan metode Brine Shrimp Lethality Test ekstrak buah Meistera chinensis memberikan efek sangat toksik dengan IC50 dari 5,02 ± 1,11 mg/mL. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efek toksik yang ditimbulkan dari ekstrak buah walay ditinjau dari penentuan nilai LD50. Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimental. Penentuan kategori toksisitas berdasarkan Generally Recognized As Safe/GRAS dan perhitungan LD50 menggunakan Reed-Muench Penelitian menggunakan ekor mencit yang dibagi ke dalam 5 kelompok. Kelompok kontrol diberi Na-CMC 0,5 % dan kelompok perlakuan diberi ekstrak buah dengan dosis 50 mg/KgBB; 500 mg/KgBB; 5000 mg/KgBB dan 15.000 mg/KgB Rute pemberian yang digunakan adalah secara oral. Parameter yang diamati dalam penelitian ini adalah gejala toksik yang timbul dan nilai LD50 yang diperoleh berdasarkan perhitungan jumlah hewan uji yang mati. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak buah walay  memberikan gejala toksik berupa penurunan aktivitas gerak, laju nafas cepat serta tremor dan nilai LD50 adalah 865,765 mg/KgBB (Toksisitas ringan). Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa ekstrak buah walay (Meistera chinensis) memiliki efek toksik ringan.
Pelatihan Pembuatan Biskuit dari Daun Kedondong Hutan (Spondias pinnata (Linn. F.) Kurz) Sebagai Cemilan Antidiabetes pada Masyarakat Desa Kasumewuho Musdalipah Musdalipah; Murtafia Murtafia; Eny Nurhikma; Nur Saadah Daud; Nirwati Rusli; Agung Wibawa Mahatva Yodha; Reymon Reymon; Randa Wulaisfan; Syamsu Alam
Jurnal Abdi dan Dedikasi kepada Masyarakat Indonesia Vol 1 No 2 (2023): NADIKAMI: Juli 2023
Publisher : POLITEKNIK BINA HUSADA KENDARI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Daun kedondong hutan merupakan salah satu tanaman herbal untuk mengobati penyakit diare, rematik, demam dan diabetes. Secara empiris daun kedondong hutan digunakan masyarakat Desa Kasumewuho sebagai bahan tambahan untuk menambah cita rasa pada masakan. Kegiatan pengabdian kepada masyarakat LPPM Politeknik Bina Husada bertujuan dalam rangka pemanfaatan daun kedondong hutan untuk dijadikan cemilan antidiabetes di desa Kasumewuho. Potensi pengembangan biskuit kedondong hutan sebagai makanan alternatif memiliki peluang untuk dijadikan cemilan yang sangat baik untuk kesehatan yang bisa dikonsumsi oleh semua kalangan usia. Metode kegiatan dilakukan dengan sosialisasi pembuatan biskuit daun kedondong hutan pada masyarakat desa Kasumewuho sebanyak 22 orang. Kegiatan dilakukan dimulai dari pemanenan, sortasi basah, sortasi kering, pengeringan, pemotongan dan penyerbukan daun kedondong hutan. Daun kedondong hutan dibuat dengan 3 (tiga) konsentrasi yaitu A (1 g), B (3 g), dan C (5 g) dan selanjutnya dilakukan pengujian organoleptik meliputi warna, bau, rasa dan bentuk sediaan. Hasil kegiatan menunjukkan masyarakat Desa Kasumewuho memiliki antusias yang tinggi mengikuti kegiatan ini. Hasil pengujian organoleptik menunjukkan biskuit A berwarna kuning, B (kuning kehijauan), C (coklat kehijauan). Dari segi rasa biskuit A, B, C memiliki bau khas susu. Uji kesukaan menunjukkan biskuit A(33%), B(70%), C(17%). Pada uji kerenyahan menunjukkan rasa renyah 100% pada biskuit A, B, C. Pada uji kekerasan menunjukkan biskuit A, B, C memiliki tekstur yang keras (0%) dan lembut dikonsumsi (100%) pada biskuit A, B, C. Biskuit daun kedondong hutan dapat diformulasikan dalam bentuk biskuit sebagai cemilan antidiabetes serta mewujudkan masyarakat yang sehat dan produktif.
Swamedikasi “Dagusibu” Obat Bebas, Multivitamin Dan Jamu Pada Masyarakat Di Kecamatan Nambo Kota Kendari Karmilah Karmilah; Selfyana Austin Tee; Muhammad Azdar Setiawan; Esti Badia; Syaiful Saehu; Nur Saadah Daud; Yulianti Fauziah; Hasnawati Hasnawati; Inggit Suryaningsih; Musdalipah Musdalipah
Jurnal Abdi dan Dedikasi kepada Masyarakat Indonesia Vol 1 No 2 (2023): NADIKAMI: Juli 2023
Publisher : POLITEKNIK BINA HUSADA KENDARI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Di era new normal peningkatan imunitas tubuh sangat diperlukan untuk menunjang kesehatan yang optimal. Pemulihan Kesehatan Selama pandemi COVID-19 memerlukan situasi adaptasi kebiasaan baru untuk menjaga sistem imun tubuh. Upaya yang dapat dilakukan melalui penerapan protokol kesehatan, konsumsi makanan dan minuman yang sehat, multivitamin dan herbal (jamu). Swamedikasi merupakan upaya awal yang dilakukan diri sendiri untuk pencegahan dan pengobatan gejala penyakit ringan menggunakan obat-obatan golongan obat bebas, bebas terbatas dan multivitamin. Tujuan kegiatan edukasi ini ialah untuk meningkatkan pengetahuan dan pemahaman masyarakat tentang DAGUSIBU (dapatkan, gunakan, simpan dan buang) obat dan jamu pada masyarakat di Kel. Tondonggeu, Kec. Nambo, Kota Kendari. Metode edukasi dilaksanakan dengan metode ceramah dan diskusi interaktif disertai alat peraga obat dan jamu. Kegiatan edukasi terlaksana dengan baik dengan antusias masyarakat memberikan pertanyaan dan aktif membangun komunikasi yang efektif dua arah mengenai cara mendapatkan, menggunakan, menyimpan dan membuang obat dengan benar. Kegiatan edukasi dirangkaikan dengan pembagian multivitamin, obat bebas, handsanitizer dan jamu (herbal).
Formulation of Snail Slime (Achatina Fulica) Anti-Acne Emulgel using Tween 80-Span 80 as Emulsifying and HPMC as Gelling Agent Nur Saadah Daud; Achnis Jum Akbar; Eny Nurhikma; Karmilah Karmilah
Borneo Journal of Pharmacy Vol. 1 No. 2 (2018): Borneo Journal of Pharmacy
Publisher : Institute for Research and Community Services Universitas Muhammadiyah Palangkaraya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33084/bjop.v1i2.369

Abstract

Acne is the condition of abnormal skin which is indicated by inflammation caused by the bacterial infection of Propionibacterium acnes. The natural one which can be used for the medical treatment of acne is the snail mucus (Achatina fulica). The achasin protein of it has antibacterial activity. That snail mucus was made to the emulgel form. This research has used an experimental method and the emulgel formulation used the various concentration of emulsifying agents and the gelling agent. They were Tween 80 1.76%, 2.44%, 3.12%, Span 80 2.24%, 4.06%, 5.88% and HPMC 3.5%, 4.5%, 5.5%. Other additives were propylene glycol, Methylparaben, Propylparaben, paraffin liquid, menthol, and aquadest. Those formulations were tested in physical evaluation during 4 weeks of storage in room temperature, irritation test, hedonic test, and cycling test. The organoleptic test showed that the emulgel were the milk-white color with a distinctive smell. All emulgel were homogenous, non-irritant, with emulsion type oil in water (o/w). This emulgel also met the normal skin of pH value and spread ability’s range. The emulgel viscosity shift was < 10%, with the viscosity value inversely proportional to spreadability. Formula C with 3.12% of Tween 80, 5.88% of Span 80 and 5.5% of HPMC was claimed as the most stable formula both in room temperature and after cycling test. It was also the most preferred by the panelist.