Claim Missing Document
Check
Articles

Found 23 Documents
Search

Pengaruh Rebusan Daun Sukun (Artocarpus altilis) terhadap Kadar Trigliserida, Kolesterol Total dan Low Density Lipoprotein (LDL) Serum Darah Tikus Putih (Rattus norvegicus) Pramono, Ardi; Kesuma, Solikah Ulfa; Tazkiana, Nurul Hikma; Yunita, Rahma Alma
Jurnal Mutiara Medika Vol 11, No 3 (2011)
Publisher : Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Tingginya asupan SAFA (saturated fatty acid)  dapat meningkatkan risiko penyakit yang dipicu oleh dislipidemia, termasuk penyakit jantung koroner.Dislipidemia merupakan kelainan metabolisme lipid, yang antara lain ditandai dengan peningkatan kadar kolesterol, trigliserida, dan low density lipoprotein (LDL). Daun sukun (Artocarpus altilis) memiliki kandungan flavonoid, yang diperkirakan mempunyai efek menurunkan kadar trigliserida,kolesterol total, dan LDL. Penelitian ini akan mengkaji pengaruh rebusan daun A. altilis terhadap kadar trigliserida, kolesterol total dan LDL darah tikus putih (Rattus norvegicus) . Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental murni, dilakukan selama 28 hari pada tikus putih (Rattus norvegicus)  berjumlah 24 ekor, yang terbagi menjadi 4 kelompok, yaitu kelompok kontrol, dan tiga kelompok perlakuan (pemberian rebusan sebanyak 1,4 ml; 2,8 ml; 4,2 ml). Profil lipid yang diukur adalah kadar kolesterol total, LDL, dan trigliserida. Serum darah diambil sebelum induksi minyak babi, 1 minggu setelah diinduksi minyak babi, dan 2 minggu setelah diinduksi minyak babi. Analisis dengan paired T-testmenunjukkan perbedaan yang signifikan, dengan nilai signifikansi (p<0,001) antara kelompok rebusan 4,2 ml; 2,8 ml; 1,4 ml terhadap kelompok aquades.Penurunan kadar trigliserida, kolesterol total, dan kadar LDL terbesar terdapat pada dosis 4,2 ml. Disimpulkan bahwa pemberian rebusan daun A. altilis dapat menurunkan kadar trigliserida, kolesterol total, LDL serum tikus putih (Rattus norvegicus).
Manajemen Anestesi Pada Operasi Craniotomi Anak Dengan Cedera Kepala Sedang Pramono, Ardi
Mutiara Medika: Jurnal Kedokteran dan Kesehatan Vol 6, No 1 (2006)
Publisher : Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Anesthesia for craniotomy on brain injury needs a knowledge about cerebral phisiology and the effect ofanesthetic agent on brain metabolism. Brain must be prevent from secondary brain injury. Intracranial pressure must be blunt with choosing appropriate technique of induction and maintenance of anesthesia.In this case, we choose general anesthesia technique with semiopen Jackson Rees circuit, endotracheal tube with diameter number 6, and controlled ventilation. Premedication uses fentanyl 25ug to blunt hemodynamic respon following to intubation, induction of anesthesia with pentothal 100 mg, muscle relaxant with atracurium 15 mg and maintenance anesthesia uses sevoflurane, N20 and oxygen. During operation, the mean arterial pressure is between 70-90 mmHg, heart rate about 110/minute and intracranial pressure is not increase. Operation take place about 1 hour and patient was taking care in intensive care unit (ICU) after that to prevent intracranial increased. After 2 days in ICU, patient was transported to ward.Penanganan jejas otak karena trauma kepala mengalami kemajuan yang pesat dengan ditemukannya proses fisiologi otak pada trauma kepala. Manajemen anestesi pada operasi craniotomi memerlukan teknik khusus sehingga tidak menyebabkan cedera otak sekunder (secondary brain injury). Pada kasus bedah saraf, dipilih agen induksi dan rumatan anestesi yang tidak meningkatkan tekanan intrakranial serta perlakuan intubasi y mg smooth.Pada kasus ini, anestesi dilakukan dengan teknik anestesi umum, semiopen sirkuit Jakcson Rees dengan endotrakheal tube (ET) nomor 6, nafas kendali. Premedikasi menggunakan fentanyl 25 ug dengan tujuan untuk menumpulkan respon hemodinamik saat intubasi, induksi menggunakan pentotal dosis 100 mg, fasilitas intubasi menggunakan atracurium 15 mg dan rumatan anestesi menggunakan sevofluran, N20 dan 02. Selama operasi, nilai MAP (mean arterialpressure) berkisar antara 70-90 mmHg dengan nadi sekitar 110 x/menit. Operasi berlangsung sekitar 1 jam. Setelah operasi, pasien dirawat di ICU selama 2 hari dan pulang kembali ke bangsal.
Anemia pada Usia Lanjut Meida, Nur Shani; Pramono, Ardi
Mutiara Medika: Jurnal Kedokteran dan Kesehatan Vol 1, No 2 (2001)
Publisher : Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.18196/mmjkk.v1i2.1903

Abstract

Due to relatively high life expectancy (i.e. 71 years old), there is a signifi-cant number of elderly in Yogyakarta (according to Central Bureau of Statis¬ts / BPS, 1998). Many health problems were commonly found in elderly, such as anemia. Despite its prevalence in elderl, anemia is difficult to detect and causes potential health problems. The aim of this study was to reveal tiemia situation in the elderly in Yogyakarta.Subjects of the study were 21 elderly i.e. 12 men and 9 women. Two ml ~enous blood were drawn from antecubital vein of each subject and put into IDT A tube. Laboratory examinations were performed for hemoglobin level, hematocrit and erythrocyte count.The result of the study showed that based on hemoglobine level, anemia was observed in all male and female subjects. However, all subjects were nor- nal based on hematocrit level. In addition, all female subjects were normal, while all male subjects were anemia based on erythrocyte count.Further studies with large series of subjects covering other health prob¬lems related to anemia are recommended.Kelompok usia lanjut di Yogyakarta beijumlah cukup banyak, sebab usia harapan hidup penduduk Yogyakarta termasuk tinggi yaitu rl tahun (menurut Biro Pusat Statistik, 1998). Banyak gangguan yang terjadi seiring dengan bertambahnya usia antara lain anemi. Anemi pada usia lanjut sering teijadi, sukar dideteksi dan dapat mengganggu kesehatan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui anemi yang terjadi pada usia lanjut yang dapat mengganggu kesehatannya.Subyek penelitian ini adalah golongan kelompok usia lanjut yang berumur antara 50-75 tahun yang terdiri dari 12 pria dan 9 wanita. Dua ml darah vena yang diambil dari vena mediana cubiti dimasukkan dalam tabung berisi EDTA, selanjutnya diperiksa kadar hemoglobin, hematokrit dan angka eritrosit.Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa berdasar kadar hemoglobin terdapat anemi pada usia lanjut, tetapi berdasar kadar hematokrit mereka dinyatakan nor¬mal. Adapun berdasar angka eritrosit pada wanita kesemuanya adalah normal, sedangkan pada pria terdapat anemi.Penelitian lebih lanjut dengan melibatkan jumlah subyek yang lebih besar dengan mencakup masalah kesehatan lain yang terkait dengan anemi masih perlu dianjurkan.
Komplikasi Anestesia Regional pada Pasien Sectio Caesaria di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta Pramono, Ardi
Mutiara Medika: Jurnal Kedokteran dan Kesehatan Vol 11, No 1 (2011)
Publisher : Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.18196/mmjkk.v11i1.926

Abstract

Sejak tahun 1960-an sudah banyak berkembang ilmu pengetahuan untuk meningkatkan keamanan dari anestesia spinal dan anestesia epidural pada pasien obstetrik. Angka kematian anestesia regional sekarang tujuh belas kali lebih rendah dibandingkan dengan anestesia umum untuk seksio sesaria. Penelitian ini bertujuan untuk meneliti komplikasi yang terjadi dengan pemberian anestesia regional pada pasien seksio sesaria di PKU Muhammadiyah Yogyakarta Penelitian ini merupakan studi crosssectional untuk mencari komplikasi yang berhubungan dengan anestesia regional pada pasien seksio sesaria. Pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan data dari rekam medis. Data yang diambil adalah pasien seksio sesaria dengan anestesia regional dan komplikasi yang terjadi. Tempat penelitian di PKU Muhammadiyah Yogyakarta dari tanggal 1 November 2007 – 1 November 2009. Analisis data menggunakan analisis deskriptif dengan menggunakan tabel dan uji Chi-Square. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara anestesia regional dengan komplikasi yang terjadi ( p 0,05) dan komplikasi anestesia regional tersebut sebesar 32,18% berupa hipotensi 29,31% dan 2,87% masuk ICU
Dampak Anestesi Umum, Spinal dan Epidural Terhadap Tempat Rawat Pasca Operasi dan Skor Apgar pada Pasien Preeklampsia Berat yang Dilakukan Seksiosesaria di RSUP Dr Sardjito Tahun 2004-2006 Pramono, Ardi; Uyun, Yusmein; Suryono, Bambang
Mutiara Medika: Jurnal Kedokteran dan Kesehatan Vol 8, No 2 (2008)
Publisher : Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.18196/mmjkk.v8i2.1476

Abstract

The author want to know the place of post operative care and Apgar score of general and regional anesthesia in patients with severe preeclampsia who will be performed sectiosecaria in Sardjito Hospital Yogyakarta year 2004-2006. Data will be collected from medical record. The study will be conducted with cohort retrospective and sample method with consequtive sampling. The inclusion criteria of severe preeclampsia patients were systolic pressure e ” 160mmHg and or diastolic pressure e " llOmmHg before any medical intervention with one or more sign of protein-uria, visual disturbance during pregnancy, and cyanosis, without any disseminated intravascular coagulation (DIC), pulmonary edema, organ dysfunction, and HELLP (hemolytic, elevated liver enzyme, low platelet) syndrome. The recovery room of post operative care was divided into standard room, intensive care unit (ICU) with or without mechanical ventilator. General anesthesia will be limited using tiopenthal as induction agent, and regional anesthesia technique (spinal or epidural) with bupivacain. The result showed that there were no differences in recovery room of post operative care between general, spinal, and regional anesthesia (p 0.05). Apgar score in first 1 minute was significant lower in general compared with spinal and epidural anesthesia.
The Level of SGOT and SGPT after Consuming Putri Malu (Mimosa pudica, Linn) Leaves Boiled on Carbon Tetrachloride (CCl4) Induced Rats (Rattus norvegicus) Bulan, Marina Sari; Pramono, Ardi
Mutiara Medika: Jurnal Kedokteran dan Kesehatan Vol 9, No 2 (s) (2009)
Publisher : Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.18196/mmjkk.v9i2 (s).1609

Abstract

The activity testing of flavonoid compounds as antioxidant and as scavenger of free radical, from the putri malu (Mimosa pudica, Linn) leaves had been performed for prevention liver damage This study used unrandomized control trial method. Ten male Wistar rats with 150¬250 gr of body weight were divided into two groups. Measuring of SGOT and SGPT before treating was taken to determine first level of SGOT and SGPT. Group I as a control group was given with 1 ml aquadest orally for 9 days. Group II as a experiment group was treated 1, 890 gr for each rat/day putri malu (Mimosa pudica, Linn) leaves boiled for 9 days. In the day 10th, both of groups were induced 1 ml/of kg body weight carbon tetrachloride (CCl4) intraperitoneally. Twenty four hours after CCl-induced, measuring of serum SGOT and SGPT was done. The result showed Statistic test of independent t - test indicated that there was significant difference beetwen control group and experiment group. Grade of rate SGOT and SGPT after treatment of group control more than hight with p 0.001 (p 0.05) so it could be concluded that putri malu (Mimosa pudica, Linn) leaves boiled can be prevent liver damage greated carbon tetrachloride (CCl4) induced.Telah dilakukan uji aktivitas hepatoprotektif penangkal radikal bebas terhadap flavonoid dari daun Putri malu (MimosaPudica, Linn.) pada tikus putih galur wistar (Rattus norvegicus) jantan induksi CCl4. Penelitian ini bertujuan mengetahui kemampuan rebusan daun putri malu (Mimosa pudica, Linn) sebagai hepatoprotektor dan menurunkan efek radikal bebas akibat perlakuan hepatotoksin CCl4. Penelitian ini menggunakan metode unrandomized control trial. Sepuluh ekor tikus putih galur wistar (Rattusnorvegicus) jantan dengan berat badan 150-250 gram dibagi menjadi dua kelompok. Pengukuran kadar SGOT dan SGPT sebelum perlakuan dilakuan untuk mengetahui kadar SGOT dan SGPT awal. Kelompok pertama sebagai kelompok control diberikan 1 ml aquades secara oral selama 9 hari. Kelompok kedua sebagai kelompok uji diberi rebusan daun putri malu (Mimosapudica, Linn) sebanyak 1,890 mg/ekor/hari selama 9 hari. Pada hari ke-10 kedua kelompok diinduksi 1 ml/kgBB CCl4 secara intraperitoneal. Dua puluh empat jam setelah induksi CCl4 dilakukan pengukuran kadar SGOT dan SGPT pada kedua kelompok. Hasil uji statistik independent t- test menunjukkan terdapat perbedaan yang signifikan antara kelompok control dan kelompok uji. Kadar rata-rata SGOT dan SGPT setelah perlakuan pada kelompok kontrol lebih tinggi dari pada kelompok uji dengan nilai p 0,01 (p 0,05) sehingga dapat disimpulkan rebusan daun putri malu (Mimosapudica, Linn) dapat mencegah kerusakan hepar akibat induksi karbon tetraklorida.
Anemia pada Tuberkulosis Paru Pramono, Ardi; Meida, Nur Shani
Mutiara Medika: Jurnal Kedokteran dan Kesehatan Vol 3, No 1 (2003)
Publisher : Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.18196/mmjkk.v3i1.1545

Abstract

Pulmonary tuberculosis (TB) is still a serious health problem worldwide. The prevalence of pulmonary TB in Indonesia is 3.43 per ten thousand popu¬lation. It is the second cause of death after cardiovascular diseases or the first cause in infectious diseases. Chronic anemia disease usually occurs in pulmonary tuberculosis. The objective of this study was to reveal the inci¬dence of anemia in patients with tuberculosis. Data was collected from PKU Muhammadiyah Yogyakarta Hospital medical records in the year of 2000. We found 43 male and 23 female subjects who were diagnosed as tuberculosis because of their clinical findings. Patients with cough were 72.73%, 50% with dispneu, 18,18% with “night sweat”, and 24.24% with bloody cough. There were 27.27% patients with positive AFB (Acid-Fast Bacillus), 62.12% with positive chest x-ray. All subjects had Hb concentration of 12% g/dl.. This findings showed that male patients were categorized as anemic, while in fe- I male were normal.Tuberkulosis (TB) paru masih merupakan masalah kesehatan di negara berkembang maupun negara maju. Angka kejadian tuberkulosis paru di Indonesia 3,43 persepuluh ribu penduduk dan merupakan penyebab kematian kedua setelah penyakit kardiovaskuler atau urutan pertama pada penyakit infeksi. Anemia penyaki: kronis sering menyertai penderita dengan tuberkulosis. Penelitian ini bertujuan untuk: j mengetahui kejadian anemia pada penderita tuberkulosis paru dewasa di YogyakaitL Data diambil dari rekam medik penderita yang berobat di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta tahun 2000. Didapatkan 66 subjek penderita yang didiagnosis TB paru Diagnosis didasarkan atas hasil uji bakteriologis bakteri tahan asam (BTA) posir h zejala klinis, uji radiologis paru dan pemeriksaan penunjang. Ditemukan gejala klinis penderita berupa batuk 72,73%, keringat malam 18,18%, sesak napas 50% dan eatuk darah pada 24,24% baik sebagai gejala tunggal maupun bersama-sama. Hasil pemeriksaan penunjang menunjukkan penderita dengan BTA + sebanyak 27,27%, ronsen paru positif 62,12%,. Kadar Hb ditemukan rata-rata 12g% pada pria dan L2g% pada wanita. Kadar Hb pada pria termasuk kategori anemia, sedangkan pada wanita termasuk normal bawah. Anemia yang ditemukan pada penderita TB merupakan anemia pada penyakit kronik. Penanganan anemia jenis ini terutama ditujukan pada penyakit dasar, tetapi perlu diperiksa lebih lanjut apakah benar ane¬mia penyakit kronis atau sebab lain, sehingga penanganan lebih tepat.
Efek Hepatoprotektif Mimosa pudica terhadap Serum Alkaline Phosphatase (ALP) pada Tikus (Rattus norvegicus) Adhiutami, Rahmawati; Pramono, Ardi
Mutiara Medika: Jurnal Kedokteran dan Kesehatan Vol 10, No 1 (2010)
Publisher : Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.18196/mmjkk.v10i1.1554

Abstract

This research used experimental research that hadpurposed to prove the hepatoprotective effect of Mimosa pudica from ALP level. Subject research were Wistar male rats, 2 month age, weight were 180 - 250 gr. Subject were divided into 2 group, each group included 5 rats. The first group as control group were given food and drink during 10 days and then at 11nd day induced by CCl4 with toxic doses 1 cc/kg BW. The second group as experiment group were given food, drink, and boiled of Mimosa pudica with 1,890 gr/kg BM doses during 10 days. At 11nd day iduced by CCl. ALP level were measured in twice, before and after the research. ALP level were exanimate by use monoreagent IFCC. The result of this research showed that the mean of ALP level in control group pre-test was 69,37 p./l and post-test was 117,89 p./l (p 0,05). Whereas, the mean of ALP level in experiment group pre-test was 71,13 p./l and post-test was 72,38 /i/l (p 0,05). The result from t-test showed that the changed ALP level in control group was significant. It proved that Mimosa pudica boiled decrease ALP level.Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan efek daun putri malu (Mimosa pudica) sebagai hepatoprotektif. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental, objek penelitian adalah tikus jantan galur Wistar (Rattus norvegicus) berusia 2 bulan dengan berat badan 180 - 250 gram. Tikus dibagi dua kelompok masing-masing terdiri dari 5 ekor. Kelompok pertama sebagai kelompok kontrol, hanya diberi makan dan minum selama 10 hari dan pada hari ke-11 diberikan induksi CCl4 dengan dosis toksik 1 cc/kg BB. Kelompok perlakuan diberikan rebusan daun putri malu (Mimosa pudica) dengan dosis 1,890 gram/kg BB selama 10 hari, diberikan juga makan dan minum seperti pada kelompok kontrol, kemudian pada hari ke-11 diinduksi dengan CCl4. Pemeriksaan kadar ALP dilakukan dua kali, sebelum dan sesudah penelitian dilakukan. Pemeriksaan kadar ALP menggunakan monoreagen prosedur IFCC dengan tiga kali pembacaan absorbansi. Hasil penelitian menunjukkan kadar rata-rata ALP sebelum (pre-test) dan sesudah (post-test) penelitian pada kelompok kontrol berturut-turut adalah 69,37 p/l dan 117,89 p/l (p 0,05), sedangkan kadar rata-rata ALP pre-test dan post-test kelompok perlakuan berturut-turut adalah 71,13 p/l dan 72,38 p/l (p 0,05). Disimpulkan bahwa rebusan daun putri malu (Mimosa pudica) bersifat hepatoprotektif.
Tinjauan Biomedik Puasa Ramadhan Pramono, Ardi
Mutiara Medika: Jurnal Kedokteran dan Kesehatan Vol 3, No 1 (2003)
Publisher : Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.18196/mmjkk.v3i1.1546

Abstract

Fasting during the month of Ramadan is an obligation for Moslems. They retain from eating and drinking for several hours during the day time from dawn to sunset for about 30 days. However, due to geographic difference Moslems from different part of the world will experience different length of daytime. Those in equatorial regions have more or less little variation, while those in northern or southern hemisphere very much depend on season varia¬tion. Previous studies reveal that fasting during Ramadan may affect biochemi¬cal parameters in human body, however, they seem to remain in normal range. During fasting, the body consumes mainly glucose from gluconeogenesis to produce energy. Glycerol, lactate, and certain amino acids are among others utilised as substrate for gluconeogenesis. This biochemical process produces urea, changes in muscle mass and reduced fat in adiposa tissue. It is sug¬gested that more fat should be consumed while practicing Ramadan fasting.Puasa di bulan Ramadan merupakan kewajiban bagi muslim yang sudah akil baliq. Puasa dilakukan dengan menahan makan dan minum sejak matahari terbit sampai tenggelam, selama 30 hari di bulan Ramadan. Karena perbedaan muka bumi dan geografis, maka lama puasa setiap hari berbeda di tiap negara. Pada negara di daerah equator sedikit megalami perubahan, sedangkan yang terletak di utara dan selatan garis equator dapat memiliki variasi waktu tergantung musim. Penelitian yang telah dilakukan menunjukkan bahwa puasa Ramadan dapat mempengaruhi parameter biokimiawi tubuh, walaupun masih dalam batas normal Selama puasa, glukosa merupakan sumber energi utama yang berasal dari proses glukoneogenesis. Glukoneogenesis berasal dari gliserol, laktat, dan asam amino glukogenik. Proses glukoneogenesis ini menghasilkan urea, perubahan massa otot, dan penurunan lemak di jaringan adipose. Disarankan agar selama menjalankan puasa Ramadan, meningkatkan konsumsi lemak.
Efek Hepatoprotektif Mimosa pudica terhadap Serum Alkaline Phosphatase (ALP) pada Tikus (Rattus norvegicus) Adhiutami, Rahmawati; Pramono, Ardi
Mutiara Medika: Jurnal Kedokteran dan Kesehatan Vol 10, No 1 (2010)
Publisher : Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.18196/mmjkk.v10i1.1554

Abstract

This research used experimental research that hadpurposed to prove the hepatoprotective effect of Mimosa pudica from ALP level. Subject research were Wistar male rats, 2 month age, weight were 180 - 250 gr. Subject were divided into 2 group, each group included 5 rats. The first group as control group were given food and drink during 10 days and then at 11nd day induced by CCl4 with toxic doses 1 cc/kg BW. The second group as experiment group were given food, drink, and boiled of Mimosa pudica with 1,890 gr/kg BM doses during 10 days. At 11nd day iduced by CCl. ALP level were measured in twice, before and after the research. ALP level were exanimate by use monoreagent IFCC. The result of this research showed that the mean of ALP level in control group pre-test was 69,37 p./l and post-test was 117,89 p./l (p 0,05). Whereas, the mean of ALP level in experiment group pre-test was 71,13 p./l and post-test was 72,38 /i/l (p 0,05). The result from t-test showed that the changed ALP level in control group was significant. It proved that Mimosa pudica boiled decrease ALP level.Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan efek daun putri malu (Mimosa pudica) sebagai hepatoprotektif. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental, objek penelitian adalah tikus jantan galur Wistar (Rattus norvegicus) berusia 2 bulan dengan berat badan 180 - 250 gram. Tikus dibagi dua kelompok masing-masing terdiri dari 5 ekor. Kelompok pertama sebagai kelompok kontrol, hanya diberi makan dan minum selama 10 hari dan pada hari ke-11 diberikan induksi CCl4 dengan dosis toksik 1 cc/kg BB. Kelompok perlakuan diberikan rebusan daun putri malu (Mimosa pudica) dengan dosis 1,890 gram/kg BB selama 10 hari, diberikan juga makan dan minum seperti pada kelompok kontrol, kemudian pada hari ke-11 diinduksi dengan CCl4. Pemeriksaan kadar ALP dilakukan dua kali, sebelum dan sesudah penelitian dilakukan. Pemeriksaan kadar ALP menggunakan monoreagen prosedur IFCC dengan tiga kali pembacaan absorbansi. Hasil penelitian menunjukkan kadar rata-rata ALP sebelum (pre-test) dan sesudah (post-test) penelitian pada kelompok kontrol berturut-turut adalah 69,37 p/l dan 117,89 p/l (p 0,05), sedangkan kadar rata-rata ALP pre-test dan post-test kelompok perlakuan berturut-turut adalah 71,13 p/l dan 72,38 p/l (p 0,05). Disimpulkan bahwa rebusan daun putri malu (Mimosa pudica) bersifat hepatoprotektif.