Claim Missing Document
Check
Articles

Found 27 Documents
Search

STUDI KELAYAKAN PENENTUAN TEMPAT PEMROSESAN AKHIR SAMPAH (TPA) DI PULAU BINTAN PROPINSI KEPULAUAN RIAU Irawan, Agus Bambang; Ade Yudono, Andi Renata
Jurnal Ilmu Lingkungan Vol 12, No 1 (2014): April 2014
Publisher : School of Postgraduate Studies, Diponegoro Univer

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (332.214 KB) | DOI: 10.14710/jil.12.1.1-11

Abstract

ABSTRAK Sampah sebagai material sisa dari berbagai aktifitas atau kegiatan dalam kehidupan manusia maupun sebagai hasil dari suatu proses alamiah sering menimbulkan permasalahan serius di wilayah-wilayah yang sedang berkembang seperti Pulau Bintan. Pulau Bintan adalah salah satu pulau terbesar yang terletak di Provinsi Kepulauan Riau. Pulau Bintan, selain sebagai daerah pertambangan, juga sebagai salah satu daerah tujuan wisata baik bagi wisatawan domestik ataupun wisatawan luar negeri dikarenakan terletak pada posisi geografis yang sangat strategis. Di samping itu, jumlah penduduk Pulau Bintan yang selalu bertambah tiap tahunnya menyebabkan peningkatan volume sampah. Hal ini menyebabkan penyediaan lahan untuk pemrosesan akhir sampah mendesak untuk dilakukan. Penelitian ini bertujuan mengkaji kelayakan lokasi TPA tingkat regional dan tahap penyisih di Pulau Bintan. Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian observasi dengan melakukan survey lapangan dan instansional. Data-data yang diperoleh dianalis dengan bantuan sistem informasi geografis. Penelitian ini berdasar pada SNI sebagai pedoman dalam penentuan lokasi TPA. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Pulau Bintan mempunyai wilayah datar sampai perbukitan bergelombang dengan kondisi batuan didominasi  batuan beku yaitu Batu Andesit, Batu Pasir Tufan, dan Batu Granit. Zona layak dan tidak layak TPA tingkat regional di Pulau Bintan terletak pada semua wilayah studi baik pada Kabupaten Bintan maupun Kota Tanjungpinang. Penyisihan dari zona layak tersebut menghasilkan tiga calon lokasi TPA dengan lokasi yang paling sesuai berada di Kecamatan Gunung Kijang dengan luasan + 40 Ha. Kapasitas sampah yang masuk di TPA sampai dengan tahun 2033 sebesar 30 Ha jika digunakan teknologi reusable sanatary landfill. Kata kunci: sampah, reusable sanatary landfill, sistem informasi geografis, batuan beku
POTENSI KETERSEDIAAN AIR PADA RUAS BEKAS SUNGAI DI DESA KENEP, KECAMATAN SUKOHARJO, KABUPATEN SUKOHARJO, JAWA TENGAH Ade Yudono, Andi Renata; Mulyawan, Wahyu Mukti; Sungkowo, Andi
Jurnal Spasial Vol 7, No 2 (2020)
Publisher : Program Studi Pendidikan Geografi STKIP PGRI Sumatera Barat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22202/js.v7i2.4244

Abstract

Desa Kenep, Kecamatan Sukoharjo, Kabupaten Sukoharjo, Provinsi Jawa Tengah merupakan wilayah yang dilalui proyek pelurusan Sungai Bengawan Solo sebagai upaya mitigasi banjir, yang mengakibatkan terbentuknya Ruas Bekas Sungai. Ruas bekas sungai tersebut dimanfaatkan oleh masyarakat sebagai sumber air irigasi lahan pertanian, namun saat musim kemarau ketersediaan air pada ruas bekas sungai menurun karena air yang masuk ke ruas bekas sungai yang berasal dari curah hujan, air limpasan dan saluran inlet tidak dapat tertampung secara efesien. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ketersediaan air yang terdapat pada ruas bekas sungai.Metode penelitian yang digunakan yaitu survey, pemetaan, dan matematis. Perhitungan ketersediaan air menggunakan Metode Neraca Air dengan parameter yang dibutuhkan presipitasi, evapotranspirasi, air limpasan, dan kapasitas infiltrasi. Hasil penelitian menunjukkan ketersediaan air pada ruas bekas sungai yaitu 897.484,236 m3/tahun. Berdasarkan potensi ketersediaan tersebut menunjukkan kondisi surplus 11 bulan dan defisit 1 bulan, Penurunan ketersediaan air terjadi pada musim kemarau terutama pada bulan Agustus yang menunjukkan kondisi defisit yang dipengaruhi oleh pemanfaatan air untuk lahan pertanian sebelah timur ruas bekas sungai.
TINGKAT EROSI PADA LAHAN YANG BERBATUAN DASAR BATUAN BEKU DAN BATUAN METAMORF DI DESA TAWANGREJO DAN GUNUNGGAGAJAH, KECAMATAN BAYAT, KABUPATEN KLATEN, PROVINSI JAWA TENGAH Andi Renata Ade Yudono; Andi Sungkowo
Bumi Lestari Journal of Environment Vol 15 No 1 (2015)
Publisher : Environmental Research Center (PPLH) of Udayana University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

The study area consists of 2 (two) landforms, the hill and the ridge. The hill and the ridge  withslope varied have different rock composition, such as igneous and metamorphic rocks. Besidesthat the landcover of the two landforms also has different variety. These characteristics areexpected to affect the rate of erosion. The purpose of this study were (i) To analyze thecharacteristics of the land parameter from both landforms with different rock units, as thefactors that influence the differences in the level of erosion (ii) To determine the difference ofthe rate of erosion at the igneous and metamorphic bed rocks.Research methodology that have done were survey and mapping. The level of erosion isknown from the results of direct measurements by the method of small plots on each land unit.The survey results revealed that the rate of erosion on the rock units schist (metamorphicrocks) is greater than the unit gabbro rock (igneous). Differences in the level of erosion isinfluenced by rock units, thick soil, slope, and land use.
Assessment of the groundwater recharge potential areas using GIS in Kajor Kulon Hamlet, Selopamioro, Imogiri, Bantul, Yogyakarta Deni Rahman Saputra; Andi Renata Ade Yudono; Partoyo Partoyo
Journal of Geography of Tropical Environments Vol 4, No 2 (2020): August
Publisher : Open Journal System

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.7454/jglitrop.v4i2.89

Abstract

Groundwater balance occurs in the presence of recharge and discharge. The process of entering the water in soil takes place with an infiltration-percolation to aquifers. The groundwater recharge area is identified by lithology, land use, slope, rainfall, land, and landform. Kajor Kulon Hamlet, Selopamioro Village, Imogiri Sub-district, Bantul Regency, Special Region of Yogyakarta becomes an area with hilly morphology, active fault areas, and including drought-prone regions. Change of the land function in hilly areas by making settlements and un-irrigation field for farming may cause decreased ability as a recharge area. Research aim sare to assessing, determining, and analyzing the conditions of the establishment in the research area. The variables used include land use, the slope of the land, rainfall, and soil texture as thematic maps to analysis its land ability. Data collection methods are measurement, inquiry, and mapping. Furthermore, the method of analysis is based on the Geographic Information Systems (GIS) with scoring-weighted overlay method. The results showed the classification of the between low, medium, and high. The medium class is currently occupying 67% of the area in the research area with an area of 719,916.03 m2. The distribution of each class is expressed through the groundwater recharge area map. The GIS is very efficient and effective in facilitating groundwater recharge area analysis.Keywords: GIS, Groundwater, Overlay, Potential, Recharge Area, SelopamioroDOI: http://dx.doi.org/10.7454/jglitrop.v4i2.89
Pengelolaan Mata Air Karst Sebagai Sumber Air Domestik Di Dusun Duwet, Desa Purwodadi, Kecamatan Tepus, Gunung Kidul, D.I. Yogyakarta Mufi Bustomi Anam; Sari Bahagiarti Kusumayudha; Andi Renata Ade Yudono
Jurnal Mineral, Energi dan Lingkungan Vol 4, No 2 (2020): Desember
Publisher : Fakultas Teknologi Mineral, Universitas Pembangunan Nasional (UPN)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31315/jmel.v4i2.3670

Abstract

ABSTRAKAir merupakan salah satu kebutuhan pokok bagi kehidupan manusia. Dusun Duwet, Desa Purwodadi termasuk kawasan bentang alam karst yang memiliki tingkat kelangkaan air tinggi. Pada daerah tersebut terdapat tiga mata air yang mengalir sepanjang tahun, namun pada musim kemarau debit mata air mengalami penurunan kuantitas. Tujuan penelitian ini yaitu menyusun cara pengelolaan mata air pada daerah karst untuk digunakan sebagai sumber air domestik. Metode penelitian yang digunakan yaitu survei dan pemetaan lapangan, matematis dengan menghitung debit mata air dan volume bak penampung, evaluasi, dan wawancara. Karakteristik mata air yang dikaji meliputi sebaran dan tipe mata air berdasarkan debit. Potensi mata air diketahui dari kuantitas dan kualitas air. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ketiga mata air termasuk tipe perlapisan/kontak dengan sifat pengaliran menahun (perenial springs). Berdasarkan kelas debit mata air Kaliwonosari dan Kaliduren termasuk kelas sedang, sedangkan Luweng Nglibeng termasuk kelas tinggi. Secara umum kualitas air pada ketiga mata air baik untuk digunakan keperluan domestik sehari-hari. Pengelolaan mata air dilakukan secara teknik dengan pembuatan teras bangku dan sarana Perlindungan Mata Air (PMA) dengan pendekatan berbasis masyarakat dan pemerintah. Kata kunci: mata air, karst, karakteristik, potensi, konservasi
Pengelolaan Mata Air Karst Sebagai Sumber Air Domestik Di Dusun Duwet, Desa Purwodadi, Kecamatan Tepus, Gunung Kidul, D.I. Yogyakarta Mufi Bustomi Anam; Sari Bahagiarti Kusumayudha; Andi Renata Ade Yudono
Jurnal Mineral, Energi dan Lingkungan Vol 4, No 2 (2020): Desember
Publisher : Fakultas Teknologi Mineral, Universitas Pembangunan Nasional (UPN)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31315/jmel.v4i2.3670

Abstract

ABSTRAKAir merupakan salah satu kebutuhan pokok bagi kehidupan manusia. Dusun Duwet, Desa Purwodadi termasuk kawasan bentang alam karst yang memiliki tingkat kelangkaan air tinggi. Pada daerah tersebut terdapat tiga mata air yang mengalir sepanjang tahun, namun pada musim kemarau debit mata air mengalami penurunan kuantitas. Tujuan penelitian ini yaitu menyusun cara pengelolaan mata air pada daerah karst untuk digunakan sebagai sumber air domestik. Metode penelitian yang digunakan yaitu survei dan pemetaan lapangan, matematis dengan menghitung debit mata air dan volume bak penampung, evaluasi, dan wawancara. Karakteristik mata air yang dikaji meliputi sebaran dan tipe mata air berdasarkan debit. Potensi mata air diketahui dari kuantitas dan kualitas air. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ketiga mata air termasuk tipe perlapisan/kontak dengan sifat pengaliran menahun (perenial springs). Berdasarkan kelas debit mata air Kaliwonosari dan Kaliduren termasuk kelas sedang, sedangkan Luweng Nglibeng termasuk kelas tinggi. Secara umum kualitas air pada ketiga mata air baik untuk digunakan keperluan domestik sehari-hari. Pengelolaan mata air dilakukan secara teknik dengan pembuatan teras bangku dan sarana Perlindungan Mata Air (PMA) dengan pendekatan berbasis masyarakat dan pemerintah. Kata kunci: mata air, karst, karakteristik, potensi, konservasi
Konservasi Mata Air Untuk Pemenuhan Kebutuhan Domestik Di Dusun Nglingseng, Desa Muntuk, Kecamatan Dlingo, Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta Arin Shabira; Andi Sungkowo; Andi Renata Ade Yudono
Prosiding Seminar Nasional Teknik Lingkungan SATU BUMI Vol 1, No 1 (2019): Prosiding Seminar Nasional Teknik Lingkungan Kebumian (Satu Bumi) Ke-I
Publisher : UPN "Veteran" Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (252.278 KB) | DOI: 10.31315/psb.v1i1.9052

Abstract

Seiring berkembangnya zaman, jumlah penduduk semakin meningkat, begitu juga dengan pemanfaatan sumber daya air. Dusun Nglingseng merupakan salah satu wilayah dimana dalam memenuhi kebutuhan air sehari-harinya, peduduk hanya memanfaatkan mata air. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui potensi (kuantitas dan kualitas) mata air di daerah penelitian, baik di musim penghujan maupun musim kemarau. Potensi mata air dari segi kuantitas dapat diketahui dengan membandingkan debit mata air dengan kebutuhan air penduduk di daerah penelitian. Sedangkan dari segi kualitas didapatkan dengan menguji sifat fisik (warna, rasa, bau, temperatur, TDS, dan kekeruhan), sifat kimia (pH, nitrat, besi, dan kesadahan), dan sifat biologi (total coliform). Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survei dan pemetaan, purposive sampling, wawancara uji laboratorium dan matematis. Potensi kedua mata air untuk 10 tahun ke depan, dari segi kuantitas, menunjukkan bahwa total kebutuhan air penduduk pada musim penghujan diproyeksikan sebanyak 32.979,42 liter/ hari, dengan kuantitas mata air pada musim penghujan diasumsikan sebanyak 110.822,4 liter/ hari. Sedangkan pada musim kemarau total kebutuhan air penduduk diproyeksikan sebanyak 24.831,12 liter/ hari, dengan kuantitas air pada musim kemarau diasumsikan sebanyak 57.490,56 liter/ hari. Potensi kedua mata air dari segi kualitas sesuai dengan standar bakumutu, kecuali parameter besi yang sedikit melebihi standar bakumutu pada Mata air 1 dan Mata air 2, serta parameter kekeruhan pada Mata air 2. Kuantitas dan kualitas dari mata air perlu dijaga, maka dari itu dilakukan konservasi pada daerah imbuhan dengan pembuatan guludan bersaluran, dan pada mata air dengan pembuatan bak penampung mata air.Kata Kunci: mata air, kebutuhan domestik, potensi, kuantitas, kualitas, konservasi.
Arahan Konservasi Mata Air Untuk Kebutuhan Air Bersih di Dusun Kediwung, Kalurahan Mangunan, Kapanewon Dlingo, Kabupaten Bantul, DIY Salma Ayunda Nur Raisa; Aditya Pandu Wicaksono; Ayu Utami; Andi Renata Ade Yudono; Dian Hudawan Santoso
Prosiding Seminar Nasional Teknik Lingkungan Kebumian SATU BUMI Vol 4, No 1 (2022): Vol 4, No 1 (2022): Prosiding Seminar Nasional Teknik Lingkungan Kebumian (Satu
Publisher : UPN "Veteran" Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (921.55 KB) | DOI: 10.31315/psb.v4i1.8909

Abstract

Dusun Kediwung memiliki tiga mata air yaitu Mata Air Pancuran, Mata Air Kediwung, dan Mata Air Gumelem sebagai sumber air utama digunakan untuk kegiatan sehari-hari. Selama musim kemarau, terdapat penurunan kuantitas pada ketiga mata air. Dusun Kediwung pernah mengalami kemarau panjang sehingga dibutuhkan konservasi mata air untuk memenuhi terhadap kebutuhan air bersih warga. Penelitian ini memiliki tujuan untuk mengetahui arahan konservasi yang tepat untuk mata air dan daerah imbuhan. Metode penelitian menggunakan metode survey dan pemetaan, metode volumetrik, wawancara, pengolahan data kuantitatif, uji laboratorium, serta metode sampling dengan purposive sampling. Secara debit Mata Air Pancuran dan Mata Air Kediwung kelas VI sedangkan Mata Air Gumelem kelas VIII. Mata air hanya memenuhi kebutuhan air bersih sebanyak 35.000 L/hari, namun masih kekurangan air bersih sebanyak 11.900 L/hari. Mata air di Dusun Kediwung mengandung kesadahan yang dapat membahayakan kesehatan. Arahan pengelolaan yang digunakan ialah dengan pembuatan bangunan Pemanenan Air Hujan (PAH) dan bangunan filtrasi dalam memenuhi kebutuhan air bersih di Dusun Kediwung.Kata kunci: Mata Air, Penangkap Air Hujan, Filtrasi, Sanitasi Air, SDG
Zonasi Kondisi dan Konservasi Daerah Imbuhan Mata Air di Dusun Crangah, Desa Hargotirto, Kecamatan Kokap, Kabupaten Kulonprogo, D.I Yogyakarta Ulul Albab; Sugiman Setyo Wardoyo; Andi Renata Ade Yudono
Prosiding Seminar Nasional Teknik Lingkungan SATU BUMI Vol 1, No 1 (2019): Prosiding Seminar Nasional Teknik Lingkungan Kebumian (Satu Bumi) Ke-I
Publisher : UPN "Veteran" Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (294.029 KB) | DOI: 10.31315/psb.v1i1.9041

Abstract

Kondisi daerah imbuhan mata air merupakan acuan dalam pengelolaan mata air agar dapat digunakan dengan optimal. Daerah imbuhan merupakan daerah yang dapat mempengaruhi kelestarian daripada mata air baik dari segi kualitas dan kuantitas mata air. Daerah imbuhan yang tidak dikelola sesuai kaidah konservasi yang benardapat mempengaruhi debit mata air. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kondisi daerah imbuhan dengan cara dievaluasi berdasarkan 4 parameter Per Men PU No. 02 Tahun 2013 dan konservasi daerah imbuhan setelah diketahui kondisinya. Kondisi daerah imbuhan didapatkan dari survei serta skoring untuk mengetahui kondisi daerah imbuhan. Survey dan pemetaan digunakan untuk mengambil data kemiringan lereng, penggunaan lahan, dan tekstur tanah. Sedangkan curah hujan didapatkan dari data sekunder. Metode sistem grid digunakan untuk mengetahui tekstur tanah yang ada di lokasi penelitian. Hasil penelitian didapatkan bahwa zonasi kondisi daerah imbuhan terbagi menjadi dua kelas, yaitu kelas sedang dan buruk. Daerah imbuhan dengan kelas sedang dicirikan dengan kemiringan lereng 5-40% dan penggunaan lahan berupa semak, kebun, dan pemukiman. Sedangkankondisi buruk dicirikan dengan kemiringan lereng 40-60% dan penggunaan lahan berupa pemukiman. Konservasi daerah sedang dengan menggunakan pola penanaman rapat dan pembuatan rorak. Konservasi daerah buruk denganmenggunakan lubang biopori.
Degradasi Lingkungan Akibat Aktivitas Penambangan Rakyat di Dusun Srumbung, Kalurahan Segoroyoso, Kapanewon Pleret, Kabupaten Bantul, DIY Angger Yasmin Winahyu Siwi; Andi Renata Ade Yudono; Nandra Eko Nugroho
Prosiding Seminar Nasional Teknik Lingkungan Kebumian SATU BUMI Vol 4, No 1 (2022): Vol 4, No 1 (2022): Prosiding Seminar Nasional Teknik Lingkungan Kebumian (Satu
Publisher : UPN "Veteran" Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1592.299 KB) | DOI: 10.31315/psb.v4i1.8834

Abstract

Penambangan rakyat yang telah dilakukan selama ±30 tahun di Dusun Srumbung, Desa Segoroyoso, KecamatanPleret, Kabupaten Bantul, DIY merupakan penambangan batuan dengan jenis material breksi piroklastik danbatupasir tufaan. Aktivitas penambangan tak berizin menimbulkan perubahan atas kondisi eksisting yangdiakibatkan oleh proses penambangan rakyat. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui dampak yangdihasilkan dari aktivitas penambangan rakyat di lokasi penelitian. Metode yang digunakan berupa deskriptifkuantitatif dengan parameter perubahan bentuklahan, perubahan kualitas air penambangan, perubahan kerapatanvegetasi, kondisi kesuburan tanah, dan perubahan sosial. Hasil penelitian menunjukan dampak yang dihasilkandari aktivitas penambangan rakyat berupa degradasi lingkungan pada komponen Abiotik, Biotik, dan Culture diLokasi Penelitian. Degradasi lingkungan tersebut yaitu: timbulnya bentuklahan baru, lereng antropogenik yangtak lepas dari FK kurang stabil di lokasi penambangan, terbentuknya cekungan kolam penambangan dengankondisi air berwarna keruh dan nilai TDS yang tinggi yaitu 790 mg/l, Penurunan kerapatan vegetasi sebesar 37,60% selama tahun 2006-2021, Hal tersebut juga didukung oleh kesuburan tanah yang kurang, di tunjukan olehuji lab nilai N-total sebesar 0,416 dan Kalium sebesar 31, 89 yang tergolong sedang di lokasi penambangan,kondisi sosial memunculkan dampak positif berupa peningkatan ekonomi dan kesejahteraan keluargapenambang dan dampak negatif berupa korban jiwa akibat kecelakaan dalam bekerja, dan konflik sosialmasyarakat.Kata Kunci : Penambangan Rakyat; Aktivitas; Degradasi Lingkungan; Lereng, Pembukaan Lahan