Claim Missing Document
Check
Articles

Found 13 Documents
Search

A design of radial line slot array antennas using the specification of panel antennas Teddy Purnamirza; Muhammad Ralibi; Imran M. Bin Ibrahim; Rika Susanti; Halim Mudia; Depriwana Rahmi; Sutoyo Sutoyo; Mulyono Mulyono
TELKOMNIKA (Telecommunication Computing Electronics and Control) Vol 17, No 6: December 2019
Publisher : Universitas Ahmad Dahlan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.12928/telkomnika.v17i6.12679

Abstract

RLSA antennas were suggested by several researches as Wi-Fi antennas in addition to panel antennas. Therefore, this paper researched the possibility of this suggestion. We used the size of an available in market 16 dBi panel antenna (225 mm2) as the size for our developed RLSA antenna. Based on this size, we developed 60 RLSA models using extreme beamsquint technique and simulated them. We then chose a best model with a best performance. The best model was then fabricated and measured. The simulation and measurement results show that the developed RLSA antenna has better performance compared to the 16 dBi panel antenna in term of gain (0.25 dB higher) and bandwidth (570 MHz wider). The RLSA antenna also tested as antenna for a Wi-Fi device and it showed good performance.
A Radial Line Slot Array (RLSA) Antenna with the Specifications of 16 dBi Outdoor patch Antenna Teddy Purnamirza; Safrizal Hasbi; Imran M. Bin Ibrahim; Mulyono Mulyono; Fitri Amillia; Depriwana Rahmi
TELKOMNIKA (Telecommunication Computing Electronics and Control) Vol 16, No 1: February 2018
Publisher : Universitas Ahmad Dahlan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.12928/telkomnika.v16i1.6727

Abstract

It is recommended by several researches that RLSA antennas have possibility as an option for Wi-Fi devices antennas. Therefore, to dig deeper this possibility, we designed a RLSA antenna that mimics the specification of an antenna usually found in market, that is 16 dBi outdoor patch antenna. We carried out a parameterization to get a best RLSA antenna model. The model was then fabricated and measured. The measurement results are quite agrees with the simulation results. We found that with the same size of 0.05 m2, our RLSA antennas has better performance in term of gain (2 dB higher), S11 (7 dB lower), and beamwidth (900 wider) compared to the patch antenna. A significant result is that RLSA antenna has much wider bandwidth (815 MHz wider) compared to the patch antenna. A test to our RLSA antenna as an antenna for Wi-Fi devices shows that it works properly.
A Small RLSA Antenna Utilizing the Specification of Back Fires 17 dBi LAN Antennas Teddy Purnamirza; Prayoga Budikesuma; Imran M. Bin Ibrahim; Depriwana Rahmi; Rika Susanti
TELKOMNIKA (Telecommunication Computing Electronics and Control) Vol 16, No 6: December 2018
Publisher : Universitas Ahmad Dahlan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.12928/telkomnika.v16i6.10414

Abstract

This research developed a small RLSA antenna that mimics the specification of a Wi-Fi antenna that is available in markets, which is a Back Fires 17 dBi LAN antenna. This research used the size of the back fires antenna as the size for the RLSA antenna. Base on this size, we designed and simulated 71 RLSA antenna models. Among them, we chose a best model and fabricated its prototype. We measured the prototype and found that the measurement result fits the simulation result, thus verifying the correctness of the antenna model. Furthermore, we analysed that with the same size, our RLSA antenna has better performance compared to the back fires antenna, in term of gain (0,53 dB higher), and in term of bandwidth (1075 MHz wider). We also found that our RLSA antenna is lighter and thinner compared to the back fires antenna. We also test the RLSA antenna in real condition for indoor and outdoor communication link. The test showed that the RLSA antenna can performs properly.
MODEL PROPAGASI KANAL RADIO BERGERAK PADA GSM FREKUENSI 900 MHZ DI DAERAH TALUK KUANTAN Teddy Purnamirza; Ilham Arifin; Depriwana Rahmi
SITEKIN: Jurnal Sains, Teknologi dan Industri Vol 11, No 2 (2014): Juni 2014
Publisher : Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24014/sitekin.v11i2.746

Abstract

Pemodelan propagasi merupakan bagian yang paling penting dalam merancang suatu jaringan komunikasi bergerak.Model propagasi diperlukan untuk menganalisis kondisi karakteristik propagasi pada suatu daerah tertentu. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan model propagasi kanal radio bergerak pada frekuensi 900 Mhz di daerah Taluk Kuantan. Penelitian diawali dengan menentukan rute pengukuran, kemudian melakukan pengukuran daya terima, dilanjutkan dengan melakukan pengukuran jarak dari BTS ke MS, setelah mendapatkan jaraknya kemudian plot L (loss) terhadap d (jarak) menggunakan matlab 7.8.0 untuk mendapatkan model propagasi di daerah Taluk kuantan. Model propagasi yang didapatkan dalam penelitian ini adalah model linier L= 13,2 d + 136, model kuadratik L= -2,81 d2 + 19,9 d + 133 dan model kubik L= 5,08 d3 - 20 d2 + 36,8 d + 128. Pada penelitian ini dapat disimpulkan semakin jauh jaraknya, maka semakin tinggi lossnya untuk rentang yang jauh. Data hasil pengukuran dan data hasil perhitungan dengan menggunakan model-model yang ada menunjukkan bahwa model cost 231 merupakan model yang paling mendekati untuk daerah Taluk Kuantan.
MODEL PROPAGASI UNTUK KANAL RADIO BERGERAK PADA FREKUENSI 900 MHz DI KOTA PEKANBARU Teddy Purnamirza; Yuhrijul Yuhrijul; Depriwana Rahmi
SITEKIN: Jurnal Sains, Teknologi dan Industri Vol 12, No 1 (2014): Desember 2014
Publisher : Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24014/sitekin.v12i1.778

Abstract

Dalam suatu sistem telekomunikasi, model propagasi radio sangat dibutuhkan untuk melakukan suatu perancangan, pembangunan dan pengembangan sistem komunikasi bergerak. Model propagasi yang umum digunakan diantaranya adalah model Okumura-Hatta, model Cost 231 dan model Lee. Namun, model-model tersebut tidak dapat digunakan untuk menentukan model propagasi yang akurat pada suatu daerah tertentu, karena model-model tersebut bersifat umum. Penelitian ini bertujuan mendapatkan model propagasi untuk kanal radio bergerak pada frekuensi 900 MHz di kota Pekanbaru. Pada penelitian ini dilakukan pengukuran daya terima menggunakan Tems Investigation pada kawasan yang telah di tetapkan. Selanjutnya dilakukan pengukuran jarak antara MS dan BTS untuk mendapatkan data loss dan jarak yang bersesuaian. Model propagasi didapatkan berdasarkan data loss dan jarak yang bersesuaian menggunakan Software Matlab. Pada penelitian ini didapatkan Model Linier: L= 30 x D + 126, Model Kuadratik: L= 35,7 x D2 +3,53x D + 129, dan Model Kubik: L= -285 x D3 + 360 x D2 – 98,1 x D + 137. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan model propagasi yang paling mendekati hasil pengukuran adalah model propagasi Hatta Dense Urban.
Analisis Perbandingan Kualitas Sinyal 4G LTE Pada Beberapa Provider Yogi Ismemet; Sutoyo Sutoyo; Teddy Purnamirza; Mulyono Mulyono
INTECOMS: Journal of Information Technology and Computer Science Vol 5 No 1 (2022): INTECOMS: Journal of Information Technology and Computer Science
Publisher : Institut Penelitian Matematika, Komputer, Keperawatan, Pendidikan dan Ekonomi (IPM2KPE)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31539/intecoms.v5i1.3632

Abstract

Komunikasi seluler 4G LTE berkembang sangat pesat, untuk itu diperlukan kualitas jaringan yang baik dalam mendukung komunikasi. Salah satu metode menentukan kualitas sinyal 4G LTE adalah dengan melakukan drive test. Pada penelitian ini Drive test digunakan untuk menganalisis kualitas sinyal 4G LTE dari beberapa provider di lokasi pengukuran kampus UIN Suska Riau dengan Parameter yang diukur ialah RSRP, RSRQ, SNR dan RSSI. Hasil penelitian menunjukkan bahwa provider yang terbaik adalah provider E dengan RSRP 88,3 dBm, RSRQ -12,3 dB, SNR 12,3 dB dan RSSI -54,6 dBm. Yang kedua provider A dengan RSRP -84 dBm, RSRQ -13 dB, SNR 11,3 dB dan RSSI -54,3 dBm. Yang ketiga provider C dengan RSRP -88,3 dBm, RSRQ-11,3 dB, SNR 6,6 dB, dan RSSI -59,6 dBm. Yang keempat provider D dengan RSRP 101,6 dBm, RSRQ -12 dB, SNR 4,3 dB, dan RSSI -68,3 dBm. Dan yang kelima provider B dengan RSRP -100,6 dBm, RSRQ -14,3 dB, SNR 1,6 dB, dan RSSI 65dBm. Kata kunci: 4G LTE, RSRP, RSRQ, SNR, dan RSSI.
Implementasi Microwave Link sebagai Backhaul Jaringan Metropolitan berdasarkan Metoda Search Angle dan Analisis 3D Fresnel Rivaldo Sanofta Ilham; Hasdi Radiles; Teddy Purnamirza; Sutoyo Sutoyo
Seminar Nasional Teknologi Informasi Komunikasi dan Industri 2021: SNTIKI 13
Publisher : UIN Sultan Syarif Kasim Riau

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Kebutuhan jaringan intranet di lingkungan UIN SUSKA Riau merupakan suatu keharusan demi mendapatkan pelayanan keamanan dan pembiayaan yang lebih efektif dan efisien. Realisasi jaringan intranet ini dapat dilakukan dengan membangun microwave link sebagai backhaul pada arsitektur jaringan Metropolitan yang menghubungkan kedua jaringan lokal sebelumnya. Penelitian ini bertujuan untuk memberikan rekomendasi lokasi transceiver di kedua kampus UIN SUSKA Riau berdasarkan metoda search angle dan menganalisis kinerjanya dengan menggunakan perhitungan Fresnel zone secara tiga dimensi. Redaman hujan kemudian ditambahkan sebagai tambahan margin daya untuk mendapatkan availibilitas link yang lebih baik. Aplikasi LINKPlanner dan Google Earth Pro digunakan untuk mendapatkan dan menganalisis data. Hasil penelitian menunjukkan bahwa metoda yang digunakan berhasil mendefinisikan lokasi transceiver dengan ketinggian antena 45 meter pada kampus Panam dan 60 meter di kampus Sukajadi dengan RSL maksimum -41.58 dBm dan minimum -57.48 dBm.
Performansi Sistem SS-WDM-MIMO Free Space Optic dengan Beberapa Teknik Modulasi Rizki Aulia; Rika Susanti; Teddy Purnamirza; Sutoyo Sutoyo
Seminar Nasional Teknologi Informasi Komunikasi dan Industri 2022: SNTIKI 14
Publisher : UIN Sultan Syarif Kasim Riau

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Sistem transmisi FSO menawarkan fleksibilitas yang tinggi. Dengan SS-WDM memberikan efisiensi menggunakan satu frekuensi yang diubah menjadi empat frekuensi yang berbeda. Pada penilitian ini digunakan modulasi : ASK, QPSK, EA, dan PolSK menggunakan bitrate 2.5, 10, dan 20 Gbps. Pada bitrate 2.5 Gbps modulasi QPSK dan EA dapat mentransmisikan jarak terjauh hingga 45 Km dengan nilai BER masing masing sebesar 3,17 × 1012 dan 2,54 × 1012, modulasi PolSK dapat mentransmisikan hingga 43 Km dengan nilai BER 1,27 × 1012. Dan modulasi ASK hingga 42 Km dengan nilai BER 1,28 × 1015. Pada bitrate 10 Gbps modulasi PolSK mampu mentransmisikan sejauh 43 Km dengan nilai BER 7,97 × 1012 kemudian modulasi QPSK dan EA dapat mentransmisikan jarak sama jauh hingga 42 Km dengan nilai BER masing masing sebesar 4,80 × 1012 dan 1,90 × 1012. Dan modulasi ASK tidak dapat mentransmisikan pada bitrate tinggi. Pada bitrate 20 Gbps modulasi EA mampu mentransmisikan sejauh 7 Km dengan nilai BER 5,83 × 10-15 kemudian modulasi QPSK dan PolSK dapat mentransmisikan jarak sama jauh hingga 6 Km dengan nilai BER masing masing sebesar 1,87 × 10-15 dan 2,37 × 10-13. Dan modulasi ASK tidak dapat mentransmisikan pada bitrate ini.
Optimasi Bad Spot Area Jaringan 4G LTE Menggunakan Metode ACP Pada Wilayah Parit Putus Rifki Aulia; - Sutoyo; Teddy Purnamirza; - Mulyono
Techno.Com Vol 22, No 2 (2023): Mei 2023
Publisher : LPPM Universitas Dian Nuswantoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33633/tc.v22i2.7994

Abstract

Penyebaran teknologi 4G LTE masih belum optimal untuk semua wilayah di Indonesia salah satunya  berada pada objek peneltian ini yaitu wilayah Parit Putus Kabupaten Agam. Penelitian ini bertujuan melakukan optimasi pada daerah bad spot seperti Parit Putus agar menjadi optimal menggunakan metode mletode AClP (Alutomatic Celll Plalnning). Hal ini disebabkan hasil simulasi eksisting didapatkan nilai RSRP sebesar -105,88 dBm sampai dengan -97,38 dBm dan dikategorikan dalam kondisi kualitas jaringan yang buruk. Dikarenakan kurang optimalnya penempatan titik pemancar jaringan 4G LTE. Untluk lmengatasi perlmasalahan terseblut penelitian ini melakukan optimasi menggunakan meltode AClP (Alutomatic Celll Plalnning). Hasil penelitian menunjukkan penggunaan metode AlCP dapat menghitung secara otomatis tuning parameter seperti nilai azimuth dan tilting sehingga berhasil melakukan optimasi dengan adanya peningkatan nilai RSRP sebesar -85,08 dBm sampai dengan yang terbaik -81,50 dBm dengan kualitas jaringan berada pada kategori baik.
Free Space Optic MIMO pada Kondisi Hujan dan Angin di Kota Pekanbaru Muhammad Fachrul Afiansyah; Rika Susanti; Teddy Purnamirza; Fitri Amillia
JURNAL Al-AZHAR INDONESIA SERI SAINS DAN TEKNOLOGI Vol 9, No 1 (2024): January 2024
Publisher : Universitas Al Azhar Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36722/sst.v9i1.2637

Abstract

The FSO communication system is a communication system that uses the atmosphere as a propagation medium for light, which is used as an optical source to transmit data to the receiver. Due to using the atmosphere as a propagation medium causes the FSO communication system to be susceptible to signal weakening caused by varying atmospheric attenuation. So, it is necessary to conduct research on FSO performance based on atmospheric conditions. This research carried out communication design using FSO technology in Pekanbaru City, analyzing the influence of rainy weather and wind data using FSO MIMO. After analyzing and optimizing the parameters contained in the FSO device to achieve the best FSO performance. The design simulation was carried out using optisystem software for Free Space Optics (FSO) analysis using the FSO MIMO technique in rainy and windy weather in Pekanbaru City. One of the impacts of using the atmosphere as a propagation medium is large attenuation. The variables analyzed by the researchers were the rain variable and the wind variable. If the laser uses power up to 10 mW at a frequency wave of 1550 nm. The simulation results of the four-channel FSO MIMO system are able to provide a maximum beam distance of up to 2 km in rainfall conditions and 8 km in windy conditions. This value was obtained through analysis of the BER and Q-Factor values in the simulation results.Keywords - FSO-MIMO, BER, Optisystem