Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search
Journal : Jurnal Ilmiah Geologi pangea

INKLUSI FLUIDA DAN TIPE DEPOSIT MINERAL DI ARINEM CISEWU, KABUPATEN GARUT, JAWA BARAT Heru Sigit Purwanto
Jurnal Ilmiah Geologi PANGEA Vol 7, No 1 (2020): Jurnal Ilmiah Geologi PANGEA
Publisher : PROGRAM STUDI TEKNIK GEOLOGI FAKULTAS TEKNOLOGI MINERAL UPN "VETERAN" YOGYAKARTA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Sari - Kabupaten Garut, terutama daerah Arinem dan sekitarnya secara umum disusun oleh batuan beku yangberasal dari aktivitas magmatik tua dan gunung api muda Papandayan, hal ini menyebabkan adanya adanyapotensi cebakan mineral bijih. Daerah Arinem Cisewu dan sekitarnya merupakan daerah alterasi danmineralisasi diantaranya emas, tembaga, plumbum dan zink ( Heru Sigit dkk, 2019). Keberadaan satuanbatuan hasil dari proses vulkanisme purba berupa sedimen vulkanik dan intrusi, serta proses – proses geologilainnya yang mendukung terjadinya proses deposit mineral bijih. Lokasi penelitian menunjukan adanyakeberadaan struktur geologi yang mengontrol potensi endapan mineral bijih di daerah tersebut. Daerahtelitian termasuk dalam Ijin Usaha Pertambangan Perusahaan Tambang Aneka Tambang dan terdapat jugatambang rakyat yang sudah tutup mereka mengambil bijih emas, tembaga dan galena. Penelitain sebelumnyamenunjukkan bahwa daerah telitian dan sekitarnya merupakan tipe deposit Epithermal Low Sulfidation yangsecara umum keberadaannya pada urat-urat kuarsa (Antam, 2016 & Heru Sigit dkk,2019). Penelitian inimerupakan kelanjutan untuk mengetahui temperatur mineralisasi dan zona alterasi, disamping litologi danstruktur yang ada di daerah telitian. Metode secara umum penelitian adalah pemetaan geologipermukaan,sedangkan untuk mengetahui temperatur dengan menggunakan analisa fluid inclusion pada contohurat kuarsa yang diambil pada daerah telitian, Penelitian ini peneliti terdapat 4 sampel urat kuarsa akan tetapiyang bagus untuk dianalisa adalah 2 sampel yang diinterpretasikan dapat mewakili temperatur kehadiranmineralalisasi di daerah telitian, Hasilnya menunjukkan bahwa mineralisasi di daerah telitian diinterpretasikandengan temperatur berkisar antara 231OOC – 420C. Kata-kata kunci : mineral bijih, alterasi, mineralisasi, epithermal low sulfidation, inklusi fluida, urat kuarsa 
Pengaruh Kehadiran Airtanah Terhadap Kerentanan Gerakan Massa di Daerah Kenalan dan Sekitarnya, Jawa Tengah Siahaan, Boi Haris; Kusumayudha, Sari Bahagiarti; Purwanto, Heru Sigit
Jurnal Ilmiah Geologi PANGEA Vol 11, No 1 (2024): Jurnal Ilmiah Geologi Pangea
Publisher : PROGRAM STUDI TEKNIK GEOLOGI FAKULTAS TEKNOLOGI MINERAL UPN VETERAN YOGYAKARTA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31315/jigp.v11i1.11228

Abstract

Daerah penelitian termasuk dalam wilayah desa Kenalan, Kecamatan Borobudur, Kabupaten Magelang, berada pada koordinat 110o11’05”-110o14’15” BT dan 7o37’45”-7o40’05”LS, morfologi lereng datar hingga curam, sehingga rawan terhadap bencana gerakan massa. Batuan tersusun atas Satuan breksi andesit Kaligesing, Satuan lava andesit Kaligesing, Satuan batugamping Jonggrangan, Satuan endapan koluvium, dan Satuan endapan alluvial. Tujuan penelitian adalah melakukan analisis pengaruh keberadaan airtanah terhadap kejadian gerakan massa, menentukan faktor meamanan lereng yang berpotensi longsor, dan menyusun peta kerentaan gerakan massa di daerah penelitian. Metode penelitian menggunakan pendekatan kualitatif, kuantitatif, dan survey lapangan.  Analisis kestabilan lereng dilakukan terhadap 6 lereng, dengan hasil 3 lereng stabil, dan 3 lereng labil. Dari zonasi kerentanan gerakan massa, didapatkan 3 zona kerentanan. Zona dengan tingkat kerentanan rendah menempati 30% lokasi penelitian dengan muka airtanah berada pada kedalaman >20, dan terdapat 6 kejadian longsor. Tingkat kerentanan sedang menempati 45% lokasi penelitian dengan muka airtanah berada pada kedalaman 7-25m, dan terdapat 21 kejadian longsor. Tingkat kerentanan tinggi menempati 25% lokasi penelitan dengan kedalaman muka airtanah berada pada kedalaman <7m, dan terdapat 38 kejadian longsor. Muka airtanah berperan besar dalam menurunkan nilai faktor keamanan lereng. Proporsi kejadian longsor banyak terjadi pada daerah dengan muka airtanah rendah/dangkal dan pada sistem akuifer antar butir.
Pengaruh Kehadiran Airtanah Terhadap Kerentanan Gerakan Massa di Daerah Kenalan dan Sekitarnya, Jawa Tengah Siahaan, Boi Haris; Kusumayudha, Sari Bahagiarti; Purwanto, Heru Sigit
Jurnal Ilmiah Geologi PANGEA Vol. 11 No. 1 (2024): Jurnal Ilmiah Geologi Pangea
Publisher : PROGRAM STUDI TEKNIK GEOLOGI FAKULTAS TEKNOLOGI MINERAL UPN VETERAN YOGYAKARTA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31315/jigp.v11i1.11228

Abstract

Daerah penelitian termasuk dalam wilayah desa Kenalan, Kecamatan Borobudur, Kabupaten Magelang, berada pada koordinat 110o11’05”-110o14’15” BT dan 7o37’45”-7o40’05”LS, morfologi lereng datar hingga curam, sehingga rawan terhadap bencana gerakan massa. Batuan tersusun atas Satuan breksi andesit Kaligesing, Satuan lava andesit Kaligesing, Satuan batugamping Jonggrangan, Satuan endapan koluvium, dan Satuan endapan alluvial. Tujuan penelitian adalah melakukan analisis pengaruh keberadaan airtanah terhadap kejadian gerakan massa, menentukan faktor meamanan lereng yang berpotensi longsor, dan menyusun peta kerentaan gerakan massa di daerah penelitian. Metode penelitian menggunakan pendekatan kualitatif, kuantitatif, dan survey lapangan.  Analisis kestabilan lereng dilakukan terhadap 6 lereng, dengan hasil 3 lereng stabil, dan 3 lereng labil. Dari zonasi kerentanan gerakan massa, didapatkan 3 zona kerentanan. Zona dengan tingkat kerentanan rendah menempati 30% lokasi penelitian dengan muka airtanah berada pada kedalaman >20, dan terdapat 6 kejadian longsor. Tingkat kerentanan sedang menempati 45% lokasi penelitian dengan muka airtanah berada pada kedalaman 7-25m, dan terdapat 21 kejadian longsor. Tingkat kerentanan tinggi menempati 25% lokasi penelitan dengan kedalaman muka airtanah berada pada kedalaman <7m, dan terdapat 38 kejadian longsor. Muka airtanah berperan besar dalam menurunkan nilai faktor keamanan lereng. Proporsi kejadian longsor banyak terjadi pada daerah dengan muka airtanah rendah/dangkal dan pada sistem akuifer antar butir.