Claim Missing Document
Check
Articles

Found 6 Documents
Search

KARAKTERISTIK BAHASA GURU DALAM KEGIATAN PEMBELAJARAN DI TAMAN KANAK-KANAK GLOBAL SURYA Shely Nasya Putri; Mulyanto Widodo; Nurlaksana Eko Rusminto
J-Simbol: Jurnal Magister Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Vol 2, No 1 Apr (2014): J-Simbol: Jurnal Magister Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Publisher : Universitas Lampung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (61.119 KB)

Abstract

The study aims at describing the characteristics of teacher talk in learning activity at Global Surya kindergarten. The data of this study was teacher speeches that contain characteristics of teacher talk such as repetition, simplification, interrogative sentence,code mixing, and code switching. The result shows that the characteristics of teacher talk exist in teacher speech during learning activity. Repetition, interrogative sentence, code mixing, and code switching can be found in the speech of teacher when explaining, asking, ordering, and confirming, while simplification can be found in the speech of teacher when explaining, asking, and ordering.Tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan karakteristik bahasa guru dalam kegiatan pembelajaran di TK Global Surya. Data penelitian berupa tuturan guru yang mengandung karakteristik bahasa guru berupa repetisi, penyederhanaan, kalimat tanya, campur kode, dan alih kode. Hasil penelitian menunjukkan adanya karakteristik bahasa guru pada tuturan guru saat kegiatan pembelajaran. Karakteristik bahasa guru jenis repetisi, kalimat tanya, campur kode, dan alih kode ditemukan ketika guru menjelaskan, bertanya, memerintah, dan menguatkan, sedangkan karakteristik bahasa guru jenis penyederhanaan ditemukan dalam kegiatan guru saat menjelaskan, bertanya, dan memerintah.Kata kunci: bahasa guru, karaketeristik bahasa guru, kegiatan pembelajaran.
FUNGSI WAWANCAN DALAM UPACARA ADAT PENGANTIN LAMPUNG SAIBATIN Jafar Fakhrurozi; Shely Nasya Putri
E- ISSN : 2684-8
Publisher : Universitas Pakuan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (105.074 KB) | DOI: 10.33751/jurnal salaka.v1i2.1281

Abstract

ABSTRAKDalam upacara adat pernikahan masyarakat Lampung Saibatin, terdapat prosesi pemberian gelar (adok) kepada pengantin. Pemberian adok merupakan simbol kedudukan seseorang dalam adat yang diwariskan secara turun-temurun dan dianugerahkan dengan memenuhi beberapa ketetapan adat. Dalam upacara pemberian gelar tersebut, terdapat pembacaan pantun yang disebut wawancan oleh tetua adat. Pantun tersebut disampaikan sebagai pengantar pemberian adok (gelar) bagi pengantin. Pantun tersebut memuat sepenggal riwayat hidup kedua mempelai. Pada bagian akhir, pantun berisi pemberian gelar dan harapan-harapan untuk pengantin. Berdasarkan hal tersebut, dapat dilihat betapa pentingnya posisi pantun dalam proses pemberian adat tersebut. Tanpa pantun, pemberian gelar tidak dapat disampaikan. Penelitian ini menguraikan struktur pantun wawancan. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode etnografi. Metode etnografi tersebut digunakan untuk mengamati prosesi adat, kehidupan pemangku adat, dan para penutur pantun. Pengumpulan data dilakukan dengan proses wawancara, observasi, dan pendokumentasian pertunjukan. Selanjutnya, data diolah dan dianalisis menggunakan pendekatan struktural sehingga dapat terungkap hasil penelitian. Hasilnya, penulis menuliskan wawacan berdasarkan pesanan calon pengantin, tetapi dengan cara spontan dan berdasarkan pengalaman yang dialaminya. Dari segi teks, struktur teks wawacan yang diciptakan identik dengan pantun syair dan talibun: empat barus dan enam baris perbaitnya dengan rima a-a-a-a dan ab-ab-ab. Dari segi fungsi, wawacan memiliki fungsi dan makna sebagai pelestari bahasa dan budaya Lampung, khususnya Lampung Pesisir. Kata kunci: Pantun, Wawancan, Saibatin, Fungsi, Struktur.
Penguatan Moderasi Beragama Melalui Implementasi Pendidikan Multikultural pada Pendidikan Sekolah Dasar Shely Nasya Putri; Arif Budiman
Ikhtisar: Jurnal Pengetahuan Islam Vol 2 No 2 (2022): Ikhtisar: Jurnal Pengetahuan Islam
Publisher : Institut Agama Islam Sumatera Barat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.55062//IJPI.2022.v2i2.131

Abstract

Religious moderation is a principled attitude that it is not justified to have extreme or radical views so that it is deemed necessary to be internalized at the basic education level. This research uses a qualitative method, namely by describing the data obtained in the field and presenting it in narrative form. This research aims to provide insight into strengthening religious moderation through the implementation of multicultural education in elementary school education. As a result, multicultural education can reinforce two principles. First, the value of religious moderation which is characterized by not looking at things from one side of view, but having to find a middle point, because that is the basis for religious people in realizing harmony and comfort in relationships. Second, multicultural education plays a role in realizing citizens who shape the moral character of Indonesian society and the way society perceives a difference.
FUNGSI WAWANCAN DALAM UPACARA ADAT PENGANTIN LAMPUNG SAIBATIN Jafar Fakhrurozi; Shely Nasya Putri
Jurnal Salaka : Jurnal Bahasa, Sastra, dan Budaya Indonesia Vol 1, No 2 (2019): Volume 1 Nomor 2 Tahun 2019
Publisher : Universitas Pakuan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (105.074 KB) | DOI: 10.33751/jsalaka.v1i2.1281

Abstract

ABSTRAKDalam upacara adat pernikahan masyarakat Lampung Saibatin, terdapat prosesi pemberian gelar (adok) kepada pengantin. Pemberian adok merupakan simbol kedudukan seseorang dalam adat yang diwariskan secara turun-temurun dan dianugerahkan dengan memenuhi beberapa ketetapan adat. Dalam upacara pemberian gelar tersebut, terdapat pembacaan pantun yang disebut wawancan oleh tetua adat. Pantun tersebut disampaikan sebagai pengantar pemberian adok (gelar) bagi pengantin. Pantun tersebut memuat sepenggal riwayat hidup kedua mempelai. Pada bagian akhir, pantun berisi pemberian gelar dan harapan-harapan untuk pengantin. Berdasarkan hal tersebut, dapat dilihat betapa pentingnya posisi pantun dalam proses pemberian adat tersebut. Tanpa pantun, pemberian gelar tidak dapat disampaikan. Penelitian ini menguraikan struktur pantun wawancan. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode etnografi. Metode etnografi tersebut digunakan untuk mengamati prosesi adat, kehidupan pemangku adat, dan para penutur pantun. Pengumpulan data dilakukan dengan proses wawancara, observasi, dan pendokumentasian pertunjukan. Selanjutnya, data diolah dan dianalisis menggunakan pendekatan struktural sehingga dapat terungkap hasil penelitian. Hasilnya, penulis menuliskan wawacan berdasarkan pesanan calon pengantin, tetapi dengan cara spontan dan berdasarkan pengalaman yang dialaminya. Dari segi teks, struktur teks wawacan yang diciptakan identik dengan pantun syair dan talibun: empat barus dan enam baris perbaitnya dengan rima a-a-a-a dan ab-ab-ab. Dari segi fungsi, wawacan memiliki fungsi dan makna sebagai pelestari bahasa dan budaya Lampung, khususnya Lampung Pesisir. Kata kunci: Pantun, Wawancan, Saibatin, Fungsi, Struktur.
An Assistance in Preparing the TPQ Curriculum Based on Religious Moderation at Nurul Iman Mosque Aisyah Khumairo; Shely Nasya Putri; Suhono
International Journal of Community Engagement Payungi Vol. 3 No. 2 (2023): International Journal of Community Engagement Payungi
Publisher : Yayasan Payungi Smart Madani

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.58879/ijcep.v3i2.41

Abstract

Religious moderation is an attitude that must be instilled in young people from an early age. One way that can be used to instill the value of religious moderation from an early age is through the curriculum in formal and non-formal education. In this mentoring activity, the inculcation of the value of religious moderation is injected into the curriculum at TPQ (Taman Pendidikan Al-Quran) which is one of the non-formal religious institutions. The purpose of this mentoring activity is to provide an understanding of the importance of the religious moderation curriculum. In addition, this activity also aims to provide assistance in making the TPQ curriculum based on religious moderation at TPA Nurul Iman Tejoagung. The method used ABCD (Asset Based Community Development), which prioritizes the utilization of assets and potentials that are around and owned by the TPA Nurul Iman. All stages of this mentoring activity have been running well and have received support from related parties.
Penggunaan Media Sosial dalam Penyuluhan Anti Korupsi Bagi Pemuda Desa Jati Mulyo Kecamatan Jati Agung Kabupaten Lampung Selatan Sri Furyani; Ahmad Syarifudin; Shely Nasya Putri; Muh. Munif Jazuli; Lisa Safitri; Farida; Dini Lionita Septiani
Swadaya: Jurnal Pengabdian Masyarakat Vol. 1 No. 1 (2023): Swadaya: Jurnal Pengabdian Masyarakat
Publisher : Nuban Jaggadhita Center

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.62265/swadaya.v1i1.37

Abstract

This community service activity aims to provide an understanding to the youth of Jati Mulyo Village regarding the use of social media in anti-corruption advocacy. Through social media, the village youth will actively participate in combating criminal activities through anti-corruption campaigns. The objective of this activity is to foster awareness and consciousness about the dangers and anti-corruption behavior among the youth today. Consequently, they can alter their perceptions and attitudes towards corruption and actively resist it. The method employed in this community service is Participatory Action Research (PAR), which has enhanced knowledge and understanding regarding the use of social media in anti-corruption education among the village youth. The outcomes of this service show that the youth in Jati Mulyo Village have effectively absorbed the knowledge and can formulate anti-corruption campaigns through social media that are compliant with the law..