Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search
Journal : Jurnal Bahasa, Sastra, dan Budaya

STRUKTUR KOMIK BIOGRAFI HASAN AL-BANNA KARYA ABU FATHIYA DAN KONTRIBUSINYA TERHADAP PERAGAMAN SASTRA ANAK Ariati Suleman Matawu; Mohamad Karmin Baruadi; Zilfa Achmad Bagtayan
Jurnal Bahasa, Sastra, dan Budaya Vol 11, No 1 (2021): (Januari 2021)
Publisher : Jurusan Pendidikan Bahasa & Sastra Indonesia, Universitas Negeri Gorontalo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (340.601 KB) | DOI: 10.37905/jbsb.v11i1.9974

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan makna simbol ‘Mim’ dalam novel Khadijah karya Sibel Eraslan. Penelitian ini dilakukan dengan metode deskriptif. Kutipan berbentuk leksia yang menggambarkan makna simbol ‘Mim’ adalah data penelitian ini. Sumber data diperoleh dari novel Khadijah karya Sibel Eraslan. Data diperoleh dari teknik pembacaan dan pencatatan. Data dianalisis dengan cara mengklasifikasi, menganalisis, mendeskripsi, menginterpretasi, dan menyimpulkan. Hasil penelitian dan pembahasan menunjukkan bahwa: (1) makna simbol ‘Mim’ ditinjau dari kode hermeneutik menggambarkan kemuliaan Nabi Muhammad Saw., yang patut untuk dicintai; (2) makna simbol ‘Mim’ ditinjau dari kode semik dan simbolik. Makna simbol ‘Mim’ ditinjau dari kode semik menggambarkan ungkapan kemuliaan sosok Nabi Muhammad Saw., yang patut untuk diteladani. Makna simbol ‘Mim’ ditinjau dari kode simbolik menggambarkan kemuliaan cinta Khadijah, kemuliaan derajat Nabi Muhammad Saw., dan kemuliaan Khadijah istri Nabi; (3) Makna simbol ‘Mim’ ditinjau dari kode proaeretik menggambarkan kemuliaan perjuangan Nabi Muhammad Saw., dalam menjalankan amanah sebagai Nabi dan Rasul; (4) Makna simbol ‘Mim’ ditinjau dari kode kultural menggambarkan kemuliaan petunjuk yang dibawa oleh Nabi Muhammad Saw., sebagai utusan terakhir. Dengan demikian, makna simbol ‘Mim’ dalam novel Khadijah karya Sibel Eraslan adalah kemuliaan Nabi Muhammad Saw., sosok yang patut untuk dicintai dan diteladani.
Makna Simbol ‘Mim’ Dalam Novel Khadijah Karya Sibel Eraslan (Kajian Semiotika Roland Barthes) Sri Vingki Binti Yudin; Mohamad Karmin Baruadi; Herson Kadir
Jurnal Bahasa, Sastra, dan Budaya Vol 11, No 1 (2021): (Januari 2021)
Publisher : Jurusan Pendidikan Bahasa & Sastra Indonesia, Universitas Negeri Gorontalo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (300.641 KB) | DOI: 10.37905/jbsb.v11i1.9966

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan makna simbol ‘Mim’ dalam novel Khadijah karya Sibel Eraslan. Penelitian ini dilakukan dengan metode deskriptif. Kutipan berbentuk leksia yang menggambarkan makna simbol ‘Mim’ adalah data penelitian ini. Sumber data diperoleh dari novel Khadijah karya Sibel Eraslan. Data diperoleh dari teknik pembacaan dan pencatatan. Data dianalisis dengan cara mengklasifikasi, menganalisis, mendeskripsi, menginterpretasi, dan menyimpulkan. Hasil penelitian dan pembahasan menunjukkan bahwa: (1) makna simbol ‘Mim’ ditinjau dari kode hermeneutik menggambarkan kemuliaan Nabi Muhammad Saw., yang patut untuk dicintai; (2) makna simbol ‘Mim’ ditinjau dari kode semik dan simbolik. Makna simbol ‘Mim’ ditinjau dari kode semik menggambarkan ungkapan kemuliaan sosok Nabi Muhammad Saw., yang patut untuk diteladani. Makna simbol ‘Mim’ ditinjau dari kode simbolik menggambarkan kemuliaan cinta Khadijah, kemuliaan derajat Nabi Muhammad Saw., dan kemuliaan Khadijah istri Nabi; (3) Makna simbol ‘Mim’ ditinjau dari kode proaeretik menggambarkan kemuliaan perjuangan Nabi Muhammad Saw., dalam menjalankan amanah sebagai Nabi dan Rasul; (4) Makna simbol ‘Mim’ ditinjau dari kode kultural menggambarkan kemuliaan petunjuk yang dibawa oleh Nabi Muhammad Saw., sebagai utusan terakhir. Dengan demikian, makna simbol ‘Mim’ dalam novel Khadijah karya Sibel Eraslan adalah kemuliaan Nabi Muhammad Saw., sosok yang patut untuk dicintai dan diteladani.
CHAIRIL DAN DIPONEGORO DALAM PERSPEKTIF NATION Nasiru, La Ode Gusman; Baruadi, Mohamad Karmin; Kombu, Clarina Shava Mawardhani
Jurnal Bahasa, Sastra, dan Budaya Vol 14, No 3 (2024): (September 2024)
Publisher : Jurusan Pendidikan Bahasa & Sastra Indonesia, Universitas Negeri Gorontalo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37905/jbsb.v14i3.33369

Abstract

Pemahaman tentang gagasan nation dan negeri dalam hal ini bisa ditelusuri dari bagaimana Chairil mendambakan kemerdekaan sebagai sesuatu yang diusahakan, bukan terberi. Untuk bisa membahasakan hasrat tersebut, Chairil menggunakan Diponegoro sebagai subjek dalam puisinya. Penelitian ini bertujuan untuk melihat sejauh mana intensitas imajinasi Chairil berlari di antara realita imperialisme historis. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan memanfaatkan seluruh teks berupa tanda-tanda linguistik yang  tersebar di dalam puisi. Selain itu, kertas kerja ini juga mengusung pendekatan pascakolonialisme. Persoalan pascakolonialisme dengan terang bisa ditemukan melalui pemikiran Upstone yang menjadi landasan pijak dalam penelitian ini. Gagasan Upstone juga diperkuat oleh analisis Edward Said yang juga melihat pertarungan dua kutub antara East dan West. Hasilnya ditemukan bahwa puisi ini mampu mengungkapkan kegelisahan serta cita-cita bernegara seorang Chairil Anwar. Setiap kata dalam puisi ini dipergunakan oleh pengarang untuk menginternalisasi jiwa dan pemikirannya mengenai ketidakadilan dan keterasingan. Dengan begitu kita bisa bermuara pada kesimpulan tentang pertarungan antara Timur dan Barat dalam konsep kolonial yang selama ini tidak disadari.