Claim Missing Document
Check
Articles

Found 11 Documents
Search

Unjuk Rasa Versus Menghujat (Analisis Deskriptif melalui Pendekatan Hukum Islam Rahman, Muhammad Gazali
Hunafa: Jurnal Studia Islamika Vol 12, No 2 (2015): HUKUM ISLAM
Publisher : State Institute of Islamic Studies (IAIN) Palu

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

This paper analyzes the rallies phenomenon versus blaspheming which is analyzed descriptively with the approach of Islamic law. This analysis is then developed in two issues, namely: 1) how the phenomenon of rallies and blaspheming; 2) how the perspective of Islamic law against rallies and blaspheming. While it can not be generalized, the reality of the operations of rallies, obscenities seems to have become anthem should be sung with gusto as the media to berate, inflammatory, blasphemous even less so provoking that leads to anarchy. In fact, the protest phenomenon occurs not only at the level of universities, but also have occurred in institutions of formal education providers’ secondary level (high school or vocational school). Schools are supposed to be the center of the development of a positive culture turned into the arena articulation of words that are very far from polite category.
LARANGAN MEMADU ISTRI DENGAN TANTENYA PERSPEKTIF HADIS AHKAM Rahman, Muhammad Gazali
Al-Mizan Vol 10, No 1 (2014): Juni 2014
Publisher : IAIN Sultan Amai Gorontalo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Pernikahan dalam corak poligami sampai saat ini masih menjadi hal yang kontroversial di kalangan umat Islam secara teoritis maupun aplikatifnya. Sekiranya dipahami bahwasanya poligami yang dilakukan oleh nabi Muhammad saw. bukan dalam orientasi seksual atau sekadar pemenuhan hasrat/nafsu seksual semata, maka pro dan kontra ini tentu tidak signifikan untuk menjadi polemik yang berkepanjangan Sebab, pernikahan yang dilakukan nabi saw. terhadap lebih dari satu orang merupakan bagian dari deskripsi fungsi kenabian beliau yang dalam hal ini bertujuan untuk mengangkat harkat dan martabat kaum perempuan yang secara sosiologis sebagian diantara mereka adalah budak, yatim-piatu dan perempuan-perempuan yang memang perlu dilindungi. Salah satu piranti yang mengatur relasi laki-laki dan perempuan dalam bentuk pernikahan dan poligami misalnya larangan poligami antara istri dan tantenya. Kajian terhadap hal ini merupakan analisis kritis terhadap hadis nabi saw. yang perlu disimak dalam semangat wahyu. Secara umum mayoritas ulama mengharamkan penyatuan (poligami) istri dan tantenya dengan berbagai alasan dan pendekatan yang mereka gunakan. Salah satu yang urgen menjadi pendekatan dalam hal ini adalah atas dasar psikologi, yakni kekhawatiran akan menyebabkan terputusnya-merenggangnya hubungan silaturahmi kekeluargaan.
Unjuk Rasa Versus Menghujat (Perspektif Hukum islam) Rahman, Muhammad Gazali
Alhurriyah Vol 14, No 2 (2013): Juli - Desember 2013
Publisher : Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Bukittinggi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (535.3 KB) | DOI: 10.30983/alhurriyah.v14i2.600

Abstract

This papers is reviewing about the phenomenon of demonstration versus blaspheming that analyzed in descriptive with Islamic law approach. This analysis was then developed on two issues, there are: 1) how the phenomenon of demonstrartion and blaspheming; 2) how the perspective of Islamic law on demonstration and blaspheming. Although it can not be generalized, reality at every demonstration activities, the dirty words seem to have become an obligatory song, that should be sung with full of spirit as a the media to berate, incite, blaspheming, even less to provoking, until culminate in anarchy. When it has been so, the democracy lessons, morals, and manners that were taught in school no longer seemed meaningful at all. This is ironic if in these circumstances there is still some that say “this is a political education!”. Even, this demonstration phenomenon is not only happening at the level of college, but also has happened in the institutions of formal education providers secondary level (high school or vocational school). School that should be the development of a positive culture center changed becoming the showground of articulation of words that extremely far from the polite category.
Unjuk Rasa Versus Menghujat (Analisis Deskriptif melalui Pendekatan Hukum Islam Rahman, Muhammad Gazali
Hunafa: Jurnal Studia Islamika Vol 12 No 2 (2015): HUKUM ISLAM
Publisher : State Institute of Islamic Studies (IAIN) Palu

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24239/jsi.v12i2.397.331-356

Abstract

This paper analyzes the rallies phenomenon versus blaspheming which is analyzed descriptively with the approach of Islamic law. This analysis is then developed in two issues, namely: 1) how the phenomenon of rallies and blaspheming; 2) how the perspective of Islamic law against rallies and blaspheming. While it can not be generalized, the reality of the operations of rallies, obscenities seems to have become anthem should be sung with gusto as the media to berate, inflammatory, blasphemous even less so provoking that leads to anarchy. In fact, the protest phenomenon occurs not only at the level of universities, but also have occurred in institutions of formal education providers’ secondary level (high school or vocational school). Schools are supposed to be the center of the development of a positive culture turned into the arena articulation of words that are very far from polite category.
Tradisi Maulid pada Masyarakat Muslim Gorontalo: Pertautan Tradisi Lokal dan Islam (Maulid Tradition Among Gorontalo Muslim Community: The Link Between Local Tradition and Islam) Kamaruddin Mustamin; Muhammad Gazali Rahman; Arhanuddin Salim
Potret Pemikiran Vol 25, No 1 (2021)
Publisher : Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Manado

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30984/pp.v25i1.1492

Abstract

ABSTRACT This article aims to discover and probe deeper into the acculturation process of local culture with the practices and traditions of the maulid of the Prophet Muhammad in the Gorontalo community. This study uses a phenomenological qualitative approach. Data collection methods applied are in-depth interviews, observation, and documentation. The results of the study found that the presence and expansion of Islam in Gorontalo also influenced the religious perspective held by the people of Gorontalo. The willingness of the local community to adapt to the new teachings of Islam that they believe is a reinforcement of the acculturation of local cultural practices with the implementation of the tradition of the maulid of the Prophet Muhammad. The early Islamic preachers in Gorontalo managed to distinguish between the part of the local culture that still worth preserved and the part that must be preserved. This combination and acculturation effort between Islam and local culture is able to engender a new version and level of culture that is unique and has a local character. The innovative ability of the preachers to communicate Islamic rituals to the local culture of the Gorontalo people, can lead to a critical appreciation of the local values of the community's culture and the characteristics that accompany these values. Keywords: tradition; political; culture.ABSTRAKArtikel ini bertujuan untuk mengetahui dan menggali lebih dalam proses akulturasi budaya lokal dengan praktik dan tradisi maulid Nabi Muhammad saw. dalam masyarakat Gorontalo. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif fenomenologis. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara mendalam, observasi, dan dokumentasi. Hasil penelitian menemukan bahwa kehadiran dan ekspansi Islam di Gorontalo turut mempengaruhi cara pandang keagamaan yang dianut oleh masyarakat Gorontalo. Kesediaan masyarakat lokal untuk mau beradaptasi dengan ajaran Islam yang baru mereka yakini menjadi penguat dari akulturasi praktik budaya lokal dengan pelaksanaan tradisi maulid Nabi Muhammad saw. Para pendakwah Islam awal di Gorotalo berhasil memilah antara bagian budaya lokal yang masih layak dipertahankan dan bagian yang harus dilestarikan. Upaya kombinasi dan akulturasi antara Islam dan budaya lokal ini mampu melahirkan versi dan level budaya baru yang khas dan bercorak lokal. Kemampuan inovasi para pendakwah mendialogkan ritual Islam dengan budaya lokal masyarakat Gorontalo, dapat mengantarkan diapresiasinya secara kritis nilai-nilai lokalitas dari budaya masyarakat beserta karakteristik yang mengiringi nilai-nilai itu.Kata kunci: tradisi; politik; budaya.
AHMADIYAH DALAM ISLAM: (Studi Keagamaan di Kota Gorontalo) Kamaruddin Mustamin; Muhammad Gazali Rahman
Farabi Vol 15 No 1 (2018): AL-Farabi
Publisher : LPPM IAIN Sultan Amai Gorontalo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Tulisan ini menampilkan suatu kajian keagamaan yang berfokus pada kasus Ahmadiyah di Kota Gorontalo. Meskipun Ahmadiyah ditentang keberadaannya di berbagai wilayah di Indonesia dan bahkan ditetapkan sebagai sesat dan dilarang oleh Majelis Ulama Indonesia, namun faktanya jamaah Ahmadiyah masih eksis di beberapa wilayah di Indonesia termasuk Gorontalo. Masih eksisnya jamaah Ahmadiyah tersebut disebabkan kemampuan jamaah tersebut menyembunyikan paham dan ajarannya di tengah masyarakat yang dipastikan akan menolak keberadaan mereka. Terlepas dari sejarah kelahiran Ahmadiyah yang masih diperdebatkan hingga saat ini, keberadaan Ahmadiyah sekali lagi membuktikan bahwa meskipun berasal dari satu sumber yang sama, tafsir dan bentuk keberagamaan ditemukan sangat variatif. masing-masing tafsir pun akan mengklaim bahwa tafsirnyalah yang paling benar. Hal ini berdampak pada intoleransi yang menjadi fakta pahit di Indonesia. Sehingga pada kondisi inilah umat Islam ditantang untuk dapat bertoleransi terhadap aneka perbedaan paham dan ajaran tentang Islam. Moderasi dalam beragama dinilai menjadi salah satu alternatif untuk menjadikan perbedaan dalam banyak hal tentang agama itu menjadi seperti pelangi yang indah.
Aurat Dan Busana; Analisis Sosiologi Hukum Islam Muhammad Gazali Rahman
Jurnal Al Himayah Vol. 4 No. 2 (2020): Al Himayah
Publisher : Jurnal Al Himayah

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Menutup aurat pada hakekatnya adalah mengangkat martabat perempuan secara umum. Fenomena buka-bukaan adalah termasuk trend zaman sekarang. Fenomena tersebut cepat atau lambat akan masuk ke daftar berbagai macam penyakit yang merambah pada diri manusia. Bangsa Barat yang merupakan pelopornya juga menjelekkan hakekat dari fenomena penyakit ini. Inilah mengapa sampai sekarang pembahasan aurat masih sangat dominan, terutama di kalangan seniman, artis dan orang berusaha memamerkan keindahan tubuhnya. Deskripsi terhadap realitas yang “timpang” itu tentu tidak dapat dibebankan sepenuhnya terhadap perempuan sebagai objek yang “salah”. Sebab, relasi laki-laki dan perempuan adalah ibarat dua sisi mata uang yang saling mempengaruhi satu sama lain. Oleh karena itu maka Alquran diturunkan sebagai “furqan” yang secara tega membedakan dimensi-dimensi kehidupan yang haq dan yang batil. kedudukan Alquran sebagai respon sosial yang mengkompromikan antara potensi yang merusak kemanusiaan dan potensi yang lebih memanusiakan manusia.
ANALISIS MAZHAB FIKIH DAN TEOLOGI MAJELIS ZIKIR DI GORONTALO Kamaruddin Mustamin, Muhammad Gazali Rahman
Al-Qalam Vol 25, No 1 (2019)
Publisher : Balai Penelitian dan Pengembangan Agama Makassar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (305.263 KB) | DOI: 10.31969/alq.v25i1.730

Abstract

Keberadaan majelis zikir di suatu wilayah mendeskripsikan hadirnya spiritualitas baik secara kualitatif maupun kuantitatif. Setiap individu maupun yang terlibat dalam majelis zikir merasakan dan mengalami keseragaman visi dan misi untuk ingin lebih dekat dan menyatu dengan Sang Khalik. Keseragaman tersebut juga terbingkai oleh unifikasi cara pandang terhadap kehidupan dan bagaimana cara menjalaninya serta bagaimana menghidupkan keseragaman praktik ibadah. Gorontalo menghadirkan suasana spiritualitas yang tampak dengan menjamurnya majelis zikir baik yang berafiliasi dengan tarekat muktabar tertentu maupun yang berciri khas lokalitas yang orisinal tanpa kubersambungan sanad dengan mazhab besar yang menjadi mayoritas di Nusantara. Rangkaian panjang islamisasi Nusantara mengambil pengaruh yang signifikan dalam memengaruhi fikih dan teologi majelis zikir di Gorontalo. Meskipun pada umumnya menganut mazhab Syafii dalam tataran fikih, terdapat praktik-praktik ibadah tertentu yang mengindikasikan perbedaan yang cukup mencolok dengan mazhab besar di Nusantara tersebut. Dalam hal teologi, terdapat cara pandang yang cukup signifikan perbedaannya dengan pemahaman teologi yang umumnya ditemukan pada Maturidiah dan Ahwal-al-Syakhshiyah Asy’ariah.
Problematika Implementasi Teori Nafkah Idah Akibat Talak dalam Praktik di Pengadilan Agama Gorontalo Muhammad Gazali Rahman Gazali Rahman; Hamid Pongoliu; Syukrin Nurkamiden
Jurnal Al Himayah Vol. 3 No. 1 (2019): Al Himayah
Publisher : Jurnal Al Himayah

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Dilihat dari sifatnya, pembayaran nafkah idah termasuk kategori eksekusi pembayaran sejumlah uang, maka pihak istri harus menempuh prosedur hukum acara yang panjang untuk mendapatkan haknya. Eksekusi ini bisa terlaksana dengan biaya yang biasanya lebih besar dari biaya perkara cerai talak yang dibayar pihak suami. Apalagi jika nafkah idah yang dibebankan kepada suami jumlahnya relatif kecil, maka permasalahan yang muncul adalah mengenai biaya eksekusi yang harus dikeluarkan pihak istri untuk mendapatkan nafkah idah yang jumlahnya relatif kecil. Padahal ikrar talak dan pembayaran nafkah idah secara substantif merupakan pelaksanaan dari satu putusan. Dalam kaitannya dengan tujuan filosofis yang memberikan perlindungan kepada kaum wanita tersebut, maka persoalan ini memerlukan jalan keluar yang terasa lebih adil. Pengadilan Agama Kota Gorontalo sebagai salah satu institusi pengadilan yang memiliki tugas dan kewenangan di antaranya memutus dan mengadili perkara perceraian, tentunya tidak terlepas dari problema hukum tersebut.
Drowning in Neoliberalism: Rediscovering Constitutional Guarantees for Citizens Zakirah Zakirah; Muhammad Gazali Rahman; Yos Sudarso; Thomi Rizqullah Habibi; Fakhry Amin
Ministrate: Jurnal Birokrasi dan Pemerintahan Daerah Vol 5, No 1 (2023): Birokrasi dan Pemerintahah di Daerah 10
Publisher : Jurusan Administrasi Publik FISIP UIN SGD Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15575/jbpd.v5i1.23974

Abstract

Even though workers’ rights are generally important, this is often neglected, and changes towards neoliberalism occur. This can enrich a company and complicate the lives of workers. This research then aims to be able to see how to be able to reinvent the existence of guarantees for citizens when the country sinks into neoliberalism. The research method that will be used in this study uses a descriptive qualitative approach. The data used in this study come from different research results and previous studies, which still have relevance to the content of this research. The results of this study then found that neoliberalism eliminates the presence of guarantees for citizens to obtain their basic rights. The existence of a constitution can prevent public policy-making that erodes individual rights. Therefore, in general, the Indonesian state is not at all compatible with the concept of neoliberalism. This is because the elimination of the rights of citizens is very contrary to the contents of Pancasila itself.