Claim Missing Document
Check
Articles

Found 6 Documents
Search

Risiko Terjadinya Limfedema pada Pasien Kanker Payudara yang Mengalami Infeksi Setelah Menjalani Operasi Terkait Usia di Rumah Sakit Dharmais Dadan Prayogo
JURNAL KEPERAWATAN SUAKA INSAN (JKSI) Vol 6 No 1 (2021): Jurnal Keperawatan Suaka Insan (JKSI)
Publisher : STIKES Suaka Insan Banjarmasin

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.51143/jksi.v6i1.261

Abstract

Lymphedema in breast cancer is a disruption of the lymphatic system causing the accumulation of protein-rich fluid in the interstitial space which causes swelling of the arms, shoulders, neck, or the thoracic area. The aim of this study was to determine the risk of lymphedema in breast cancer patients who experienced an infection after undergoing age-related surgery. This research method is an advanced analysis based on previous master research using a case-control multicenter approach design with a total of 110 subjects. Interviews and measurements have been carried out using a questionnaire. The results of the study showed that breast cancer patients who had an infection after surgery were 3.5 times more likely to develop lymphedema than those who did not have an infection after surgery. Patients aged ≥ 50 years with lymphedema were 1.4 times more likely to develop lymphedema than <50 years. Conclusion, patients who experienced infection after surgery with age ≥ 50 years on the incidence of lymphedema were found to be 75.0% with aOR 1, this means cOR ≠ aOR, so there is an indication as a confounding factor, but statistically there is no significant difference with p value> 0.05. Keywords: Breast Cancer, Infection After Surgery, Lymphedema, Without Lymphedema.
PENGABDIAN MASYARAKAT “PEMBERIAN TES FUKUDA UNTUK MENGETAHUI GANGGUAN KESEIMBANGAN PADA LANSIA" Dadan Prayogo; Julfiana Mardatillah; Utomo Wicaksono; Bernadus Sadu; Akhmad Ridhani
JURNAL PENGABDIAN MANDIRI Vol. 3 No. 11: Nopember 2024
Publisher : Bajang Institute

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.53625/jpm.v3i11.8986

Abstract

Keseimbangan adalah kemampuan untuk mempertahankan orientasi dari tubuh dan bagian-bagian tubuh dalam hubungannya dengan lingkungan sekitarnya. Keseimbangan tergantung pada input terus menerus dari tiga system yaitu system vestibular, system propioseptif dan system visual serta integrasinya dengan batang otak dan serebelum. Tujuan dari pelaksanaan pengmas ini adalah untuk mengetahui gangguan keseimbangan pada lansia. Metode yang diperguanakan terdiri dari metode ceramah untuk menjelaskan tentang materi yang akan diberikan yaitu mengenai menjaga keseimbangan lansia, dan metode demonstrasi yaitu untuk mendemonstrasikan tes fukuda untuk mengetahui gangguan keseimbangan pada lansia. Pengambilan sampel secara total sampling yaitu seluruh lansia yang hadir di acara pengabdian masyarakat sebanyak 22 lansia. Hasil pengabdian masyarakat dari 22 responden berdasarkan tabel hasil tes fukuda stepping test usia rata-rata yaitu 65,32, jarak rerata perpindahan (cm) 33,68 (normal: jarak perpindahan: < 40 cm), untuk derajat rerata rotasi yaitu 39,77 (normal: derajat rotasi: < 45 derajat), sedangkan untuk arah perpindahan terbanyak yaitu ke arah kanan atas dengan jumlah 13 lansia. Bisa disumpulkan bahwa rerata keseimbangan lansia dari 22 responden di Yayasan Uma Kandung masih dalam batas normal
HUBUNGAN SATURASI OKSIGEN (SPO₂) SAAT LATIHAN DENGAN KEMAMPUAN VO₂MAX STUDENT ATHLETE SMA DI BANJARMASIN Ridhani, Akhmad; Bernadus Sadu; Utomo Wicaksono; Dadan Prayogo; Uswatun Hasanah; Juliani Saputri; Sally Pobas
Journal of Innovation Research and Knowledge Vol. 5 No. 3: Agustus 2025
Publisher : Bajang Institute

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Kemampuan VO₂max merupakan indikator utama kebugaran kardiovaskular yang sangat dipengaruhi oleh efisiensi sistem respirasi, salah satunya ditunjukkan melalui nilai saturasi oksigen (SpO₂) saat latihan. Meskipun VO₂max telah banyak dikaji, hubungan langsungnya dengan SpO₂ selama aktivitas fisik intens pada populasi remaja atlet masih belum banyak dieksplorasi. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan antara SpO₂ saat latihan dengan kemampuan VO₂max pada siswa putra SMA yang aktif mengikuti kegiatan olahraga di Kota Banjarmasin. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan desain observasional cross-sectional. Data dikumpulkan dari 42 siswa melalui pengukuran SpO₂ menggunakan pulse oximeter saat mengikuti beep test dan estimasi VO₂max berdasarkan level akhir tes. Data yang telah dikategorikan dianalisis menggunakan uji Chi-Square. Hasil penelitian menunjukkan adanya hubungan yang sangat signifikan antara status SpO₂ dan VO₂max, di mana seluruh siswa dengan SpO₂ <95% memiliki VO₂max dalam kategori rendah, sedangkan hampir seluruh siswa dengan SpO₂ ≥95% memiliki VO₂max tinggi. Temuan ini menunjukkan bahwa SpO₂ saat latihan dapat menjadi indikator fungsional dalam mengevaluasi kapasitas aerobik remaja. Penelitian ini memberikan kontribusi terhadap pengembangan ilmu fisiologi olahraga dan praktik evaluasi kebugaran, serta merekomendasikan penggunaan pemantauan SpO₂ sebagai alat bantu praktis dan prediktif dalam pembinaan atlet usia sekolah.
EFEKTIVITAS KOMBINASI MYOFASCIAL RELEASE DENGAN KINESIO TAPING UNTUK PENURUNAN NYERI PADA LANSIA RESIKO KNEE OSTEOARTHRITIS DI PUSKESMAS KENDAL KEREP Ridhani, Akhmad; Julfiana Mardatillah; Bernadus Sadu; Utomo Wicaksono; Dadan Prayogo; Uswatun Hasanah
Journal of Innovation Research and Knowledge Vol. 4 No. 3: Agustus 2024
Publisher : Bajang Institute

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.53625/jirk.v4i3.8287

Abstract

Latar Belakang : Osteoarthritis merupakan proses patologis dari berbagai gangguan yang dapat mengakibatkan kerusakan struktural dan fungsional sendi, terjadi karena tidak seimbangnya antara kerusakan dengan perbaikan pada jaringan sendi akibat adanya proses degeneratif yang sangat erat kaitannya dengan lansia. Permasalahan utama pada osteoarthritis adalah nyeri. Terdapat berbagai modalitas fisioterapi untuk membantu mengatasi permasalahan nyeri antara lain myofascial release dengan kinesio taping. Metode: Desain penelitian yang digunakan adalah quasi eksperimental yaitu non equivalen group design yang melibatkan 25 responden dengan teknik sampling purposive sampling. Sampel dibagi menjadi 2 kelompok yaitu kelompok kasus yaitu myofascial release dengan kinesio taping (n=11) dan kelompok kontrol yaitu kinesio taping (n=14). Data dianalisa menggunakan wilcoxon test dan mann whitneyy test. Hasil: Hasil analisis uji mann whitneyy test antara kelompok myofascial release dengan kinesio taping dan kelompok kinesio taping diperoleh nilai signifikan penurunan nyeri 0,76 (p>0,05) sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa H1 ditolak, yang artinya tidak ada perbedaan pengaruh antara kelompok kombinasi myofascial release dengan kinesio taping dan kelompok kinesio taping untuk penurunan nyeri pada lansia resiko knee osteoarthritis. Kesimpulan: Kombinasi myofascial release dengan kinesio taping dengan kinesio taping saja sama-sama berpengaruh terhadap penurunan nyeri pada lansia, tidak ada berperbedaan signifikan diantara kedua kelompok perlakuan.
PERBANDINGAN PENGARUH PILATES DAN CORE STABILITY TERHADAP PENURUNAN LOW BACK PAIN PADA PEKERJA BAGIAN PRODUKSI CV. COOL CLEAN Mardatillah, Julfiana; Ridhani, Akhmad; Bernadus Sadu; Utomo Wicaksono; Dadan Prayogo; Uswatun Hasanah
Journal of Innovation Research and Knowledge Vol. 4 No. 3: Agustus 2024
Publisher : Bajang Institute

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.53625/jirk.v4i3.8290

Abstract

Latar Belakang : Low back pain merupakan sindroma klinik yang banyak dijumpai pada para pekerja, ditandai dengan nyeri sekitar tulang punggung bawah. Aktivitas kerja dengan posisi duduk dalam waktu yang lama adalah faktor penyebab timbulnya nyeri punggung bawah. Terdapat berbagai modalitas fisioterapi untuk membantu mengatasi permasalahan nyeri antara lain dengan pilates atau latihan core stability. Metode: Desain penelitian yang digunakan adalah quasi eksperimental with pre and post test two group design menggunakan purposive sampling. Sampel dibagi menjadi 2 kelompok intervensi yaitu kelompok pemberian latihan pilates (n=30) dan latihan core stability (n=30). Data dianalisis menggunakan uji independent t-test. Hasil: Hasil analisis uji independent t test perbandingan latihan pilates dengan core stability adalah t hitung > t tabel atau 3,125 > 2,002, sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa H1 diterima karena hasil menunjukkan bahwa dari intervensi latihan pilates memiliki nilai yang lebih kecil dibandingkan core stability. Sehingga dinyatakan latihan pilates lebih efektif daripada core stability. Kesimpulan: Intervensi latihan pilates dinyatakan lebih efektif dibandingkan latihan core stability terhadap penurunan nyeri punggung bawah.
Core strengthening dan breathing exercises sebagai intervensi antropometri pada perempuan obesitas Hasanah, Uswatun; Juliani Saputri; Akhmad Ridhani; Utomo Wicaksono; Dadan Prayogo; Bernadus Sadu; Rizky Ridhayanti
Bravo's: Jurnal Program Studi Pendidikan Jasmani dan Kesehatan Vol 13 No 4 (2025): Bravo's: Journal of Physical Education and Sport Science
Publisher : Physical Education Departement of University PGRI Jombang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32682/bravos.v13i4/193

Abstract

Obesity is a global health issue associated with an increased risk of metabolic diseases such as diabetes mellitus, hypertension, and cardiovascular disorders. Women are more susceptible to abdominal obesity due to higher visceral fat accumulation. This study aimed to investigate the effect of a combined core strengthening and breathing exercise program on reducing body mass index (BMI) and waist circumference in obese women. A one-group pretest-posttest design was used, involving 15 obese female participants aged 20–35 years. The intervention was conducted over six weeks, with a frequency of three sessions per week. The exercise program included core strengthening exercises (pelvic tilt, supine marching, bridge, modified and full bird-dog, side leg lift, wall plank, single-leg bridge, modified and full side plank, light curl-up, dynamic bridge, modified full plank, light wall sit, flutter kick, and superman hold) and breathing exercises (diaphragmatic breathing and pursed-lip breathing). BMI and waist circumference were measured before and after the intervention. Paired sample t-test results showed a significant reduction in BMI from 27.63 ± 0.76 to 26.61 ± 0.76 (p < 0.001) and in waist circumference from 91.07 ± 3.57 cm to 86.73 ± 3.22 cm (p < 0.001). These findings suggest that the combined exercise program is effective in improving anthropometric indicators related to obesity. This non-pharmacological intervention may be recommended for obesity management in women. Further research is needed to assess its long-term effects and potential integration with other lifestyle interventions such as dietary changes and health education. Further research is needed to assess its long-term effects and potential integration with other lifestyle interventions such as dietary changes and health education.