Claim Missing Document
Check
Articles

Found 5 Documents
Search

Pemanfaatan Kemangi (Ocimum Citriodurum) Sebagai Insektisida Alternatif Dalam Bentuk Elektrik Ershandi Resnhaleksmana
Jurnal Analis Medika Biosains (JAMBS) Vol 2, No 1 (2015): JURNAL ANALIS MEDIKA BIOSAINS (JAMBS)
Publisher : Poltekkes Kemenkes Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (417.666 KB) | DOI: 10.32807/jambs.v2i1.37

Abstract

Demam Berdarah Dengue merupakan salah satu penyakit yang sangat berbahaya bagi manusia. Berbagai upaya yang dilakukan untuk meminimalkan terjadinya kasus DBD tersebut yaitu salah satu nya dengan melakukan pemberantasan vektornya yaitu nyamuk Aedes sp. Pemberantasan vektor DBD di masyarakat yang paling popular adalah dengan cara insektisida kimiawi. Insektisida adalah bahan yang mengandung persenyawaan kimia yang digunakan untuk membunuh serangga (Gandahusada dkk, 1998). Saat ini banyak dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai bahan alam yang mampu digunakan sebagai alternatif insektisida alami dengan resiko paparan yang lebih kecil. Salah satu bahan alam yang memiliki efek insektisida adalah kemangi (Ocimum citriodorum). Tujuan penelitian ini adalah mengetahui pemanfaatan kemangi (Ocimum citriodorum) sebagai insektisida alternatif dalam bentuk elektrik. Metode penelitian yang digunakan adalah kuasi eksperimen, sedangkan data yang dihasilkan adalah konsentrasi filtrat kemangi sebagai kandungan gabus mat elektrik terhadap prosentase kematian nyamuk Aedes sp. Hasil penelitian menunjukkan kemangi (Ocimum citriodorum) dapat dimanfaatkan sebagai insektisida alternativ dalam bentuk elektrik. Konsentrasi filtrat kemangi 10% menyebabkan 8% kematian nyamuk Aedes sp, konsentrasi filtrat kemangi 20% menyebabkan 44% kematian nyamuk Aedes sp, konsentrasi filtrat kemangi 40% menyebabkan 78% kematian nyamuk Aedes sp dan konsentrasi filtrat kemangi 80% menyebabkan 100% kematian nyamuk Aedes sp.
Prevalence and Risk Factors of Intestinal Protozoan Infection in HIV/AIDS Patients in Dr. Sardjito General Hospital Yogyakarta Ershandi Resnhaleksmana; Elizabeth Sutarti; Mahardika Agus Wijayanti
Tropical Medicine Journal Vol 1, No 1 (2011): Tropical Medicine Journal
Publisher : Pusat Kedokteran Tropis

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22146/tmj.4564

Abstract

Introduction: Intestinal protozoa is one of the etiology of gastroenteritis in developing countries. The risk of intestinal protozoan infection increases among HIV/AIDS patients. HIV/AIDS patients with CD4+ T cell < 200 cells/μL are easily infected by intestinal protozoa causing broad clinical symptoms including diarrhea and even death. However, it can be prevented by understanding various risk factors which have role in thepathogenesis of intestinal protozoan infection.Objectives: To study the prevalence and risk factors which aff ect intestinal protozoan infection among HIV/AIDS patients in RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta.Methods: Data from 32 HIV/AIDS patients in RSUP Dr Sardjito Yogyakarta in December 2009-March 2010 were obtained by questionnaires, medical records, and macroscopic-microscopic examination of fecal samples with phormol-eter method and acid-fast staining. Data was analysed using Chi square test and multivariate analysis. A p value less than 0.05 is considered as a signifi cantly diff erent.Results: Prevalence of intestinal protozoan infection in HIV/AIDS patients in RSUP Dr Sardjito Yogyakarta was 81.2%. Intestinal protozoa found in fecal examination were Cryptosporidium sp. (60.98%), Microsporidiumsp. (19.51%), Entamoeba histolytica (9.76%), Cyclospora cayetanensis (4.88%), Blastocystis hominis (2.44%), and Giardia lamblia (2.44%) (n = 26). Bivariate analysis showed that in female HIV/AIDS patients with clinical stadium 1 and 2, CD4+ T cell ≥ 200 cells/μL, had lower risk to be infected by intestinal protozoa (RR = 0.600, 0.065, and 0.026, respectively). Intestinal protozoa were easily found in feces of HIV/AIDS patients with diarrheal symptom. In multivariate analysis, clinical stadium was the most signifi cant factor (Exp(β) = 18.85).Conclusion: Prevalence of intestinal protozoan infection in HIV/AIDS patients in RSUP Dr Sardjito Yogyakarta in December 2009-March 2010 was 81.2%. Clinical stadium with moderate and severe symptoms was the most dominant risk factor for intestinal protozoan infection in HIV/AIDS patients.Keywords: risk factor, intestinal protozoa, CD4+ T cell - HIV/AIDS patient
KAMPUNG SEHAT “SI MELI” MELALUI PEMANFAATAN MINYAK JELANTAH SEBAGAI UPAYA PENCEGAHAN INSIDEN HIPERTENSI: HEALTHY VILLAGE "SI MELI" THROUGH THE USE OF USED COOKING OIL AS AN EFFORT TO PREVENT THE INCIDENCE OF HYPERTENSION Kristinawati, Erna; Getas, I Wayan; Resnhaleksmana, Ershandi; Laraeni, Yuli
GEMAKES: Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat Vol. 3 No. 1 (2023): GEMAKES: Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat
Publisher : Politeknik Kesehatan Kemenkes RI Jakarta I

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (362.631 KB) | DOI: 10.36082/gemakes.v3i1.1022

Abstract

Hipertensi merupakan  keadaan  meningkatnya tekanan darah  sistolik ? 140 mmHg dan atau tekanan darah diastolik ? 90 mmHg pada pemeriksaan yang berulang  Hipertensi tidak langsung menimbulkan efek mematikan pada penderitanya, tetapi hipertensi memicu terjadinya penyakit lain. Hasil survei pendahuluan menunjukkan bahwa pedagang gorengan menggunakan minyak  goreng bekas (jelantah) sehingga radikal bebas dan risiko  terjadinya hipertensi. Perilaku pedagang gorengan membuang limbah minyak jelantah  secara sembarangan bisa berdampak pada kesehatan  lingkungan. Perilaku –perilaku diatas merupakan salah satu faktor penyebab tingginya insiden hipertensi. Solusi yang ditawarkan untuk merubah perilaku-perilaku tersebut antara lain melalui edukasi, pelatihan dan pendampingan serta praktikum secara langsung pemanfaatan minyak jelantah menjadi produk sabun cuci piring dan lilin aromaterapi untuk menghindari risiko hipertensi dan  memberikan dampak peningkatan ekonomi warga dari hasil penjualan produk yang dihasilkan.
Penentuan Hasil Mikroskopis Infeksi Saluran Kemih Metode Pewarnaan Gram dengan Menggunakan Perlakuan Urine Sentrifugasi dan Tanpa Sentrifugasi Sukma, Al Hadawiyah Pertiwi; Ershandi Resnhaleksmana; Ari Khusuma; Yunan Jiwintarum
Journal of Indonesia Laboratory Students (JILTS) Vol. 3 No. 2 (2024): Journal of Indonesia Laboratory Students
Publisher : Poltekkes Kemenkes Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32807/jilts.v3i2.80

Abstract

Latar Belakang : Infeksi saluran kemih merupakan infeksi yang diakibatkan karena adanya sejumlah mikroorganisme pada saluran kemih. Penentuan infeksi saluran kemih dapat dilakukan alat diagnostic flowcytometry, deteksi dini menggunakan dipstick carik celup, pewarnaan gram dan kultur urine sebagai gold standar dalam menentukan ISK. Pada pemeriksaan infeksi saluran kemih menggunakan metode pewarnaan gram dilakukan dengan menggunakan urine sentrifugasi dan tanpa sentrifugasi. Dimana pada setiap perlakuan akan terdapat hasil yang berbeda dari masing-masing perlakuan. Semakin cepat daya sentrifugasi maka sedimen yang akan dihasilkan semakin bagus untuk hasil pemeriksaan. Tujuan : Untuk menganalisis ketepatan penentuan ISK metode pewarnaan gram dengan menggunakan perlakuan urine sentrifugasi dan tanpa sentrifugasi. Metode : Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen dengan desain kuasi eksperimen dan teknik pengambilan sampel Non Probabilty Sampling dengan metode Purposive Sampling. Hasil Penelitian : Rerata perhitungan bakteri yang ditemukan pada urine sentrifugasi yaitu 4x105 CFU/ml sedangkan pada urine tanpa sentrifugasi rerata didapati 2x105 CFU/ml. Berdasarkan hasil uji Wilcoxon pada perhitungan sampel urine yang di sentrifugasi dan tanpa sentrifugasi pada penderita infeksi saluran kemih (ISK) didapatkan nilai p value = 0,012<0,05. Sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara perlakuan urine sentrifugasi dan tanpa sentrifugasi pada penentuan ISK metode pewarnaan gram. Kesimpulan : Terdapat perbedaan antara perlakuan urine sentrifugasi dan tanpa sentrifugasi sehingga penggunaan urine sentrifugasi lebih tepat dilakukan untuk menentukan infeksi saluran kemih.
Uji Efektivitas Kombinasi Filtrat Daun Pepaya (Carica papaya) dan Daun Kemangi (Ocimum sanctum) Terhadap Daya Bunuh Kutu Kepala (Pediculus humanus capitis) Putu Dita Septiani; Urip; Erlin Yustin Tatontos; Ershandi Resnhaleksmana
Journal of Indonesia Laboratory Students (JILTS) Vol. 3 No. 1 (2024): Journal of Indonesia Laboratory Students
Publisher : Poltekkes Kemenkes Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32807/jilts.v3i1.78

Abstract

Latar belakang: Kutu kepala (Pediculus humanus capitis) merupakan suatu ektoparasit obligat penghisap darah yang terdapat pada rambut atau kepala manusia. Penggunaan bahan kimia memiliki dampak buruk bagi kesehatan manusia apabila digunakan secara tidak tepat. Oleh karena itu dibuat bahan alami pembasmi kutu kepala yaitu kombinasi filtrat daun pepaya (Carica papaya) dan daun kemangi (Ocimum sanctum) yang mudah ditemukan di masyarakat. Tujuan: Untuk mengetahui efektivitas kombinasi filtrat daun pepaya (Carica papaya) dan daun kemangi (Ocimum sanctum) terhadap daya bunuh kutu kepala (Pediculus humanus capitis). Metode: Penelitian ini bersifat quasi eksperiment dengan desain penelitian post test only control group desain. Populasi dan sampel adalah kutu kepala (Pediculus humanus capitis). Jumlah unit percobaan 27 (3 perlakuan dengan 9 kali replikasi) masing-masing petridish menggunakan 5 ekor kutu rambut sehingga jumlah sampel yang dibutuhkan adalah 135 ekor. Perlakuan menggunakan kombinasi filtrat daun pepaya (Carica papaya) dan daun kemangi (Ocimum sanctum) dengan perbandingan konsentrasi 30%:70%, 50%:50%, dan 70%:30% selama 60 menit serta kontrol negatif aquadest. Data yang dikumpulkan kemudian di analisis menggunakan uji Kruskal-wallis. Hasil penelitian: Didapatkan kematian kutu kepala kombinasi filtrat daun pepaya (Carica papaya) dan daun kemangi (Ocimum sanctum) perbandingan konsentrasi 30%:70% dengan persentase kematian sebesar 48%, kombinasi filtrat daun pepaya (Carica papaya) dan daun kemangi (Ocimum sanctum) perbandingan konsentrasi 50%:50% dengan persentase kematian sebesar 62%, dan kombinasi filtrat daun pepaya (Carica papaya) dan daun kemangi (Ocimum sanctum) perbandingan konsentrasi 70%:30% dengan persentase kematian sebesar 80%. Kesimpulan: Kombinasi filtrat daun pepaya (Carica papaya) dan daun kemangi (Ocimum sanctum) efektif terhadap daya bunuh kutu kepala (Pediculus humanus capitis) dengan nilai signifikan p = 0,000 < α =0,05. Kata kunci: Kematian, Filtrat, Alami, Daun Pepaya, Daun Kemangi, Kutu Kepala.