Claim Missing Document
Check
Articles

Found 20 Documents
Search

Daya Hambat Getah Lidah Buaya (Aloe Vera) Terhadap Pertumbuhan Bakteri Staphylococcus Aureus Apriani Apriani; Abdan Fathir
Jurnal Sehat Indonesia (JUSINDO) Vol. 3 No. 2 (2021): Jurnal Sehat Indonesia (JUSINDO)
Publisher : Publikasi Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (386.997 KB) | DOI: 10.36418/jsi.v3i2.28

Abstract

Lidah buaya mengandung ompenen senyawa, salah satunya yaitu Anthroquinone Senyawa ini berperan sebagai pencahar, zat antimikroba sehingga mampu mengahambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus. Staphylococcus aureus diketahui bakteri yang dapat menyebabkan Penyakit kulit ditandai dengan peradangan lokal yang parah dan biasanya dengan pembentukan nanah (pus). Tujuan penelitian ini untuk mengetahui apakah konsentrasi ekstrak getah lidah buaya dapat menghambat aktivitas bakteri Staphylococcus aureus. Penelitian ini mengunakan metode experimental research. Subjek penelitian adalah bakteri Staphylococcus aureus. Rancangan dalam penelitian ini dengan membuat larutan getah lidah buaya dengan konsentrasi 30%, 60%, 90% dan incubation 1 x 24 jam pada suhu kamar, kemudian membuat suspensi bakteri Staphylococcus aureus.setelah perlakuan, dilakukan incubation selama 1 x 24 jam di dalam incubator, hasilnya dilakukan pengamatan dan pengukuran terhadap diameter area daya hambat (zona bening) pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus. Data dianalisis menggunakan metode Uji Anova one way dan uji lanjutan Bonferoni. Berdasarkan hasil penelitian seiring peningkatan konsentrasi getah lidah buaya maka diameter zona bening yang terbentuk juga semakin luas. Terdapat perbedaan signifikasi rata – rata pada kosentrasi daya hambat yang di uji dengan nilai P value 0.00 (P value < 0.05).
Gambaran Kadar Fosfor dan Kalsium pada Pasien Gagal Ginjal Kronik Sebelum Terapi Hemodialisa Maria Noviana Ikasari; Adelia Febriyossa; Aulia Mutiara Hikmah; Apriani Apriani
Jurnal Sehat Indonesia (JUSINDO) Vol. 4 No. 02 (2022): Jurnal Sehat Indonesia (JUSINDO)
Publisher : Publikasi Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (250.699 KB) | DOI: 10.59141/jsi.v4i02.38

Abstract

Penyakit gagal ginjal dapat menyebabkan ketidakseimbangan elektrolit darah fosfor dan kalsium. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran hasil pemeriksaan fosfor dan kalsium pada pasien gagal ginjal sebelum hemodialisa. Penelitian ini dilakukan di Siloam Hospitals Lippo Village pada bulan September - Desember 2021. Penelitian ini bersifat deskriptif dengan pendekatan cross sectional. Sampel penelitian ditetapkan berdasarkan kriteria inklusi. Data hasil pemeriksaan elektrolit dan fosfor dianalisa secara deskriptif. Data hasil Analisa selanjutnya ditampilkan dalam tabel lalu dideskripsikan. Hasil analisa sampel berdasarkan jenis kelamin, terbanyak adalah laki - laki (55,29%). Usia sampel terbanyak ada pada rentang 56 - 65 (35,09%). Pasien yang mengalami hiperfosfatemia sebanyak 37 pasien (44,54). Rata – rata pasien mengalami kadar kalsium normal dengan jumlah 44 (51,76%). Data tersebut menyimpulkan bahwa pasien gagal ginjal kronik sebelum menjalani terapi hemodialisa di Siloam Hospitals Lippo Village Tangerang memiliki kadar fosfor tinggi dan kalsium normal.
Perbedaan Ureum dan Kreatinin pada Pasien Gagal Ginjal Kronik Riwayat Hipertensi Sebelum dan Sesudah Terapi Hemodialisa Sri Maryati; Adelia Febriyossa; Aulia Mutiara Hikmah; Apriani Apriani
Jurnal Sehat Indonesia (JUSINDO) Vol. 4 No. 02 (2022): Jurnal Sehat Indonesia (JUSINDO)
Publisher : Publikasi Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (345.217 KB) | DOI: 10.59141/jsi.v4i02.39

Abstract

Hipertensi dapat meningkatkan fungsi gangguan pada ginjal dengan menyempitkan dan menebalkan aliran darah sebagai filtrasi kotoran tubuh dengan menyaring lebih sedikit cairan dan membuangnya kembali ke darah. Hasil metabolisme yang di buang oleh ginjal yaitu ureum dan kreatinin, sebagai indikator untuk menilai fungsi ginjal apabila meningkat, hal ini menunjukkan fungsi ginjal tidak baik. Penelitian bertujuan untuk melihat perbedaan kadar ureum dan kreatinin pada pasien gagal ginjal kronik dengan riwayat penyakit hipertensi sebelum dan sesudah terapi hemodialisa di Siloam Hospitals Lippo Village. Metode penelitian deskriptif dengan purposive sampling yang melibatkan pasien gagal ginjal kronik dengan riwayat penyakit hipertensi yaitu sebanyak 45 pasien. Penelitian ini dilakukan pada bulan September – Desember 2021. Hasil analisis uji Wilcoxon menunjukkan perbedaan yang signifikan antar kadar ureum dan kreatinin sebelum dan sesudah hemodialisa dengan nilai A-Sig 0,000 (<0,05), sehingga Ho diterima sedangkan Hi ditolak. Terapi hemodialisa dapat menurunkan kadar ureum dan kreatinin pada pasien gagal ginjal kronis.
Perbedaan Kadar Asam Urat pada Orang yang Obesitas dan Non Obesitas di Rt.16 Kelurahan Rawa Buaya Kecamatan Cengkareng Jakarta Barat Muhammad Amin panji; Apriani Apriani
Jurnal Sehat Indonesia (JUSINDO) Vol. 4 No. 01 (2022): Jurnal Sehat Indonesia (JUSINDO)
Publisher : Publikasi Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (172.242 KB) | DOI: 10.59141/jsi.v4i01.40

Abstract

Asam urat adalah hasil akhir dari katabolisme (pemecahan) suatu zat yang bernama purin. Kelebihan asam urat (hiperurisemia) ditandai dengan peningkatan kadar asam urat dalam serum darah sebesar lebih dari 7 mg/dl pada laki-laki dan lebih dari 6 mg/dl pada perempuan. Obesitas merupakan suatu penyakit muitifaktorial, yang terjadi akibat akumulasi jaringan lemak berlebihan sehingga dapat mengganggu kesehatan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan kadar asam urat pada orang yang obesitas dan non obesitas di RT.16 Kel.Rawa Buaya Kec. Cengkareng Jakarta Barat. Metode penelitian ini adalah observasional analitik dengan menggunakan desain Comperative Research. Hasil penelitian memperlihatkan rata-rata kadar asam urat pada orang yang obesitas 6,3 mg/dL dan non obesitas 6,5 mg/dL. Uji statistik menunjukan nilai sig 0,881 (P > 0,05) mengindikasikan bahwa tidak ada perbedaan kadar asam urat pada orang yang obesitas dan non obesitas
Gambaran Hiperurisemia pada Pria dan Wanita Obesitas Usia Produktif Otih Yuningsih; Adelia Febriyossa; Apriani Apriani; Nuroh Najmi; Agus Rohmat Hidayat
Jurnal Sehat Indonesia (JUSINDO) Vol. 4 No. 01 (2022): Jurnal Sehat Indonesia (JUSINDO)
Publisher : Publikasi Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (274.367 KB) | DOI: 10.59141/jsi.v4i01.41

Abstract

Hiperurisemia adalah keadaan terjadinya peningkatan kadar asam urat di atas normal. Bila keseimbangan asam urat di dalam darah terganggu maka dapat menyebabkan hiperurisemia salah satunya disebabkan oleh obesitas. Obesitas merupakan suatu keadaan tertimbunnya lemak dalam tubuh sebagai akibat berlebihnya asupan kalori dimana dapat memicu gangguan metabolisme yang menyebabkan asam urat dalam serum menjadi tinggi. Penelitian ini bertujuan untuk melihat gambaran hiperurisemia pada pria dan wanita obesitas di usia produktif 25-45 tahun. Penelitian ini penelitian dilakukan di Laboratorium Klinik Prodia Pluit pada bulan September – Oktober 2019. Sampel ditentukan dengan teknik purposive sampling. Sampel penelitian diperoleh sebanyak 80 orang. Hasil penelitian menunjukkan kadar hiperurisemia berdasarkan jenis kelamin yaitu pria lebih banyak mengalami hiperurisemia sebanyak 24 orang (53%) dan wanita 15 orang (43%). Kadar hiperurisemia berdasarkan usia menunjukkan usia 31-35 tahun paling banyak menderita hiperurisemia sebanyak 17 orang (55%). Kadar hiperurisemia berdasarkan pendidikan didapatkan kelompok pendidikan lulusan SMU yang paling banyak menderita hiperurisemia sebanyak 7 orang (88%) dan pemeriksaan kadar hiperurisemia berdasarkan riwayat genetika sebanyak 11 orang (69%). Dapat disimpulkan bahwa pada pria dan wanita yang mengalami obesitas di usia produktif memiliki kadar asam urat dalam batas normal.
Perbandingan Kadar Glukosa Darah Sebelum dan Sesudah Minum Teh Apriani Apriani; Wahyuning Febriyanti; Agus Rohmat Hidayat
Jurnal Sehat Indonesia (JUSINDO) Vol. 4 No. 01 (2022): Jurnal Sehat Indonesia (JUSINDO)
Publisher : Publikasi Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (229.99 KB) | DOI: 10.59141/jsi.v4i01.42

Abstract

Pemeriksaan Glukosa darah sangat penting untuk menentukan kadar glukosa dalam tubuh. Mengkomsumsi kelebihan glukosa darah dapat memicu terjadinya diabetes melitus.Teh dikenal sebagai kadar glukosa darah yang lebih rendah dan glucagon seperti pestide-1 (GLP). Sebelum melakukan pemeriksaan subjek penelitian tubuh harus berpuasa 8 hingga 10 jam. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan kadar glukosa puasa sebelum dan sesudah mengkomsumsi teh. Sampel pada penelitian ini berjumlah 35 rang dengan rerata usia 20-60 tahun Metode yang digunakan untuk mengukur kadar glukosa darah adalah POCT menggunakan alat Accu check. Hasil rerata kadar glukosa sebelum pemeriksaan adalah 101,09 mg/dL dan setelah pemeriksaan adalah 94,66 mg/dL. Berdasarkan analisis data menggunakan uji Wilcoxon p value= 0,000 yang berarti ada perbedaan kadar glukosa darah puasa setelah mengkomsumsi teh, sehingga dapat disimpulkan bahwa teh dapat menurunkan kadar glukosa darah setelah mengkomsumsi teh.
Perbedaan Pemeriksaan Hitung Jumlah Trombosit Metode Impedans dan Optik pada Pasien Mikrositosis Anis Setyowati; Nuroh Najmi; Apriani Apriani
Jurnal Sehat Indonesia (JUSINDO) Vol. 4 No. 02 (2022): Jurnal Sehat Indonesia (JUSINDO)
Publisher : Publikasi Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (159.489 KB) | DOI: 10.59141/jsi.v4i02.44

Abstract

Ada dua metode untuk menghitung trombosit secara otomatis, yaitu metode impedansi dan metode optik, dan prinsipnya berbeda. Prinsip kerja dari metode impedansi adalah resistansi atau hambatan baterai tergantung pada pengaruh volume baterai terhadap arus tinggi, semakin besar baterai, semakin besar resistansi dan sebaliknya. Prinsip metode optik adalah hamburan cahaya yang terjadi ketika sel mengalir melalui celah dan berkas difokuskan ke area penginderaan di aperture/orifice. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan jumlah trombosit yang diperiksa dengan metode impedansi dan optik pada pasien dengan mikrositosis di laboratorium klinik utama Bio Medika. Penelitian dilakukan mulai September 2019 hingga Oktober 2019. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah 122 pasien dari laboratorium klinik utama Bio Medika. Data yang diperoleh diuji normalitasnya kemudian diolah menggunakan uji statistik Wilcoxon. Dari hasil uji beda diperoleh p-value sebesar 0,000 (<0,05) yang berarti terdapat perbedaan nilai pemeriksaan impedansi dan optical platelet count pada pasien mikrositosis di laboratorium klinik utama Bio Medika. Jumlah trombosit metode impedansi lebih tinggi daripada metode optik. Kesimpulan Metode optik untuk jumlah trombosit pada pasien dengan mikrositosis
Gambaran Jenis Leukosit pada Penderita Suspek Demam Tifoid Ronald Situmorang; Aprian Aprian
Jurnal Sehat Indonesia (JUSINDO) Vol. 4 No. 02 (2022): Jurnal Sehat Indonesia (JUSINDO)
Publisher : Publikasi Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (153.438 KB) | DOI: 10.59141/jsi.v4i02.45

Abstract

Demam tifoid adalah penyakit sistemik akut yang diakibatkan infeksi Salmonella typhi. Pemeriksaan laboratorium perlu dilakukan untuk medeteksi adanya infeksi oleh Salmonella typhi dintaranya adalah pemeriksaan darah lengkap dan widal. Hitung jenis leukosit memberikan informasi spesifik tentang infeksi dan proses penyakit salah satunya penyakit demam tifoid. Terdapat lima jenis leukosit yang harus dihitung yaitu basofil, eosinofil, neutrofil, limfosit dan monosit. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran hasil pemeriksaan hitung jenis leukosit pada pasien suspek demam tifoid. Penelitian dilakukan di Laboratorium Bio Medika Tangerang. Penelitian dilaksanakan pada bulan September - November 2019. Penelitian ini bersifat deskriptif. Berdasarkan hasil penelitian diketahui terdapat 4 jenis sel leukosit terhitung jumlahnya diatas normal yaitu eosinofil 4 sampel (6,06%), neutrofil 23 sampel (34,85%), limfosit 7 sampel (10,61%), dan monosit 13 sampel (19,69%). Jenis sel leukosit yang teridentifikasi jumlahnya lebih rendah dari normal yaitu sel eosinofil 43 sampel (65,15%), neutrofil 7 sampel (10,61%), dan limfosit 20 sampel (30,3%).
Pengaruh Penyakit Komorbid pada Pasien Terkonfirmasi COVID-19 Terhadap Hasil Pemeriksaan Laboratorium Penanda Inflamasi Apriani; Basuki Rachmad; Nuraddiyani Hidayah; Islakhun Ni'mah
Journal of Health Science and Prevention Vol. 6 No. 2 (2022): JHSP Vol 6 No 2 - 2022
Publisher : State Islamic University of Sunan Ampel

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29080/jhsp.v6i2.792

Abstract

Inflammatory reactions play an important role in the pathophysiology of COVID-19. Levels of D-dimer, procalcitonin (PCT) and C-reactive Protein (CRP) are known to increase in response to an inflammatory reaction.  Comorbid COVID-19 patients are often associated with severe conditions and do not survive. In handling COVID-19 patients with comorbidities, it is necessary to recommend specific laboratory examinations to make the actions given more effective and efficient and reduce costs and treatment time. This study aims to determine the effect of comorbid on the results of laboratory examination of inflammatory markers. The study was conducted in June – August 2022 at Siloam Lippo Village Hospital. Subjects and laboratory results were presented descriptively. Test the effect of comorbid and inflammatory marker parameters using a statistical regression test (a=0.5%). Statistical tests showed no significant effect on comorbidity on laboratory results of inflammatory markers D-dimer (P= 0.467) and PCT (P= 0.834). Comorbidities significantly affected CRP examination results (P = 0.002). In this case, it is necessary to prioritize all comorbid COVID-19 patients to have an early CRP examination to treat rapidly decreasing oxygen saturation, deep vein thrombosis and pulmonary embolism and death.
IDENTIFIKASI BORAKS DAN FORMALIN PADA JAJANAN ANAK SD MALAKA JAYA JAKARTA Apriani Apriani; Intan Diah Ferna
Jurnal Mitra Kesehatan Vol. 1 No. 2 (2019): Jurnal Mitra Kesehatan
Publisher : STIKes Mitra Keluarga

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.47522/jmk.v1i2.13

Abstract

Pendahuluan: Boraks dan Formalin sering disalahgunakan oleh produsen nakal sebagai tambahan pengawet pada makanan jajanan seperti bakso, lontong, kerupuk dan makanan lainnya. Sebagian besar pedagang jajanan di SDN Malaka Jaya membeli bahan baku di lokasi (pasar) yang sebelumnya diketahui pernah ditemukan bahan tambahan boraks dan formalin. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui keberadaan senyawa boraks dan formalin pada makanan yang dijual oleh pedagang jajanan anak di SD Malaka Jaya. Metode: Pengujian dilakukan secara kualitatif dengan metode uji nyala api dan perubahan warna. Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik purposive sampling dengan jumlah sampel 14 jenis jajanan anak. Hasil: Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa semua sampel jajanan yang diuji dengan uji nyala api menghasilkan reaksi warna api bewarna biru/merah dan pada uji perubahan warna tidak menghasilkan larutan bewarna bening. Kesimpulan: Dari hasil pengujian dapat disimpulkan bahwa penjual makanan/jajanan di SD Malaka Jaya tidak menambahkan borak dan formalin pada dagangannya.