Sudirman Wilian
Universitas Mataram

Published : 12 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 12 Documents
Search

PERGESERAN PEMAKAIAN TINGKAT TUTUR (BASA ALUS) BAHASA SASAK DI LOMBOK Sudirman Wilian; Baiq Nurul Husaini
Linguistik Indonesia Vol 36, No 2 (2018): Linguistik Indonesia
Publisher : Masyarakat Linguistik Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (673.212 KB) | DOI: 10.26499/li.v36i2.82

Abstract

This study is aimed at finding out the factors influencing the decreasing use of Base Sasak Alus (honorific Sasak language) among the youths in Sasak, Lombok. Based on the quantitative and qualitative data gained through survey, interview and participant observation over several villages near and out of the three regency-city cetnters of Lombok, it was found out that the average youth mastery of the Sasak honorific vocabularies is far from adequate, and for the other their competence in using and constructing Sasak speech level is also ‘poor’, their score being respectively 56,58 and 51,55.  There are some factors that are addressed to have triggered the decreasing use of the high language variety.  First and for most important, the inadequate transfer of Base Alus from parents and elder family members to children in the home domain causes the lack of exposure of the high language variety and lead to the minimum opportunity for teenagers to listen and practice the honorific vocabularies in their home and outside. Second, out of their home in their neighbouring environment and societies they rarely heard people speaking in such respectful form of language, except in very formal situation such as feast, religious gathering, village offices. Third, the encroachment of Bahasa Indonesia in almost every domain of language use also influence the teenagers to tend to use Bahasa Indonesia when talking to ‘stranggers’ who come to their town or village eventhough they are Sasaks.  Next is the change of value in marriage system for ‘noblemen’ family results in the loose system of the use of Base Alus. However, aristocrat families who consistently practice the use of the speech level among their family members, could contribute to the maintainance of the refined language much better, but their number is limited to the very small percentage of the ‘aristocrate’ family members themselves.
Translation Strategies of English Idiomatic Expression in The Shawshank Redemption Movie Subtitle Difatrialdi Muji Pangestu; Mahyuni Mahyuni; Sudirman Wilian
Jurnal Ilmiah Profesi Pendidikan Vol. 7 No. 2c (2022): Juni
Publisher : Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29303/jipp.v7i2c.620

Abstract

The Shawshank Redemption movie is a meaningful movie which needs to knows more about. The objective of this research is to examine the translation strategy of idiomatic expressions used by the translator in The Shawshank Redemption movie subtitle. The data is obtained by watching closely The Shawshank Redemption movie repeatedly, note-taking, compare the idiomatic expression used by the characters and its translation strategies in the subtitle from the movie. The data that has been collected is translates using Baker’s Theory but descriptively outlined. The result of this research showed that there are 19 utterances of idiomatic expressions found in The Shawshank Redemption movie based on Seidl and McMordie’s (1988). All of 19 idiomatic expressions are classified based on Baker’s (1992) translation strategies into 4 idioms of similar meaning and form, none of idioms of similar meaning but dissimilar form, 10 translations by omission, and 5 translations by omission.
Sistem Penjaminan Mutu Internal Di Satuan Pendidikan Menengah (SMA) Nyoman Sridana; Sudirman Wilian; Dadi Setiadi
Jurnal Pengabdian Magister Pendidikan IPA Vol 1 No 1 (2018)
Publisher : Universitas Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (596.239 KB) | DOI: 10.29303/jpmpi.v1i1.212

Abstract

Abstrak: Tingkat pengetahuan warga sekolah terkait dengan Sisitem Penjaminan Mutu Internal (SPMI) masih pada tingkat rendah yang masih perlu dikembangkan sebelum membentuk sistem penjaminan mutu internal satuan pendidikan. Selain itu pemahaman pendidik terkait standar pendidikan nasional yang sangat berhubungan dengan tugasnya masih pada tingkat cukup sehingga masih perlu peningkatan pemahaman agar bisa melaksananakan proses dan evaluasi sesuai dengan standar. Perlu pengembangan bagi tenaga pendidik dan kependidikan dalam hal pengetahuan dan keterampilan dalam implementasi penjaminan mutu internal melalui tim khusus dari eksternal satuan pendidikan sampai sekolah tersebut siap untuk bisa melaksanakan sistem penjaminan mutu internal. Untuk dapat melakukan penjaminan mutu pendidikan, satuan pendidikan perlu membentuk SPMI sesuai dengan stándar dan aturan yang berlaku Estándar Nasional Pendidikan (SNP) walaupun dilihat dari nilai akreditasi mencapai stándar tertinggi.  Dengan demikian diperlukan kajian terkait dengan sistem penjaminan mutu internal di sekolah-sekolah tersebut agar secara bertahap bisa memenuhi SNP atau bahkan melebihinya. Kata Kunci: Sistem Penjaminan Mutu internal (SPMI), Standar Nasional Pendidikan (SNP), Satuan Pendidikan Menengah
Workshop Teknik-Teknik Evaluasi Proses Pelaksanaan Pemenuhan Mutu Sebagai Dasar Pelaksanaan Merdeka Belajar di SMA NW Narmada Lombok Barat Sudirman Wilian; Nyoman Sridana; Dadi Setiadi
Jurnal Pengabdian Magister Pendidikan IPA Vol 4 No 1 (2021)
Publisher : Universitas Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (193.254 KB) | DOI: 10.29303/jpmpi.v4i1.610

Abstract

Mutu pendidikan SMA swasta di Kab Lombok Barat masih perlu ditingkatkan agar bisa memenuhi stándar nasional pendidikan. Kualitas pendidikan satuan pendidikan merupakan  tingkat kesesuaian antara penyelenggaraan satuan pendidikan dengan Standar Nasional Pendidikan pada pendidikan menengah. Untuk bisa meningkatkan mutu tersebut diantaranya memiliki sistem penjaminan mutu internal yang  merupakan suatu mekanisme yang sistematis, terintegrasi, dan berkelanjutan untuk memastikan bahwa seluruh proses penyelenggaraan pendidikan telah sesuai dengan standar mutu Tujuan dari kegiatan pengabdian kepada masyarakat adalah untuk memberikan pemahaman kepada para guru secara komprehensif terkait dengan bagaimana ; Melakukan monitoring dan evaluasi pelaksanaan pemenuhan mutu di SMA. yang digunakan dalam pengabdian kepada masyarakat  ini adalah dalam bentuk  pelatihan atau workshop yang lebih berbasis pada praktek  langsung menyusun instrumen monitoring dan evaluasi pelaksanaan pemenuhan mutu, melaksanakan monitoring dan evaluasi pemenuhan mutu, menginterpretasi hasil dan menyusun tindak lanjut dari hasil tersebut berupa program mutu yang bisa menjamin peningkatan mutu di sekolah secara keseluruhan.  Data hasil pengabdian dikumpulkan melalui asesmen pengetahuan dan keterampilan mengenai pemetaan  mutu dan dianalisis secara deskriptif kualitatif. Guru peserta memiliki pemahaman komprehensif  tentang standar nasional pendidikan, mutu untuk setiap standar nasional pendidikan ;dan  terampil dalam mendesain instrumen-instrumen untuk monitoring pemenuhan mutu, dan untuk evaluasi  pemenuhan, monev pelaksanaan pemenuhan  mutu serta dalam menginterpretasi data hasil monev pelaksanaan pemenuhan mutu khususnya untuk tidak lanjut dari hasil pemenuhan  mutu di sekolah.
PERAN PROFESIONALISME GURU DALAM MENINGKATKAN KUALITAS PEMBELAJARAN SISWA DI SMAN 2 SELONG Alfian Satriadi; Sudirman Wilian; Muhammad Zulfikar Syuaib
Jurnal Ilmiah Profesi Pendidikan Vol. 1 No. 2 (2016)
Publisher : Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (292.061 KB) | DOI: 10.29303/jipp.v1i2.16

Abstract

Abstrak: Penelitian ini difokuskan pada peran kompetensi profesional guru di SMAN 2 selong, dengan rumusan masalah, yaitu: 1) bagaimanakah bentuk pelaksanaan tugas professional guru dalam mengembangkan profesinya untuk kualitas belajar siswa di SMAN 2 Selong, dan 2) bagaimanakah bentuk pelaksanaan tugas profesional guru yang mendukung pengembangan profesinya di SMAN 2 Selong. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode deskriptif. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan observasi, wawancara, dan studi dokumentasi. Subjek penelitian ini adalah guru yang sudah disertifikasi, sementara informan adalah kepala sekolah, guru, pegawai dan siswa di SMAN 2 Selong. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa: 1) bentuk pelaksanaan tugas profesional guru dalam mengembangkan profesinya adalah menjelaskan konsep materi dengan keterkaitan antara ilmu mata pelajaran, melakukan analisis SK-KD, melakukan pengembangan rencana pembelajaran, melakukan evaluasi (membuat jurnal pembelajaran), dan menggunakan pemebelajaran berbasis internet. 2) bentuk pelaksanaan tugas profesional guru dalam unsur pendukung pengembangan profesinya adalah melakukan workshop, ikut terlibat dalam kegiatan MGMP, melakukan kolaborasi dengan teman sejawat dan membuat time work. Kata Kunci: Peran, Profesionalisme guru, Kompetensi profesional guru.
Performance Evaluation of Public Elementary School Supervisors in Mataram City During Covid-19 Asiandrayani Asiandrayani; Sukardi Sukardi; Sudirman Wilian
Jurnal Ilmiah Profesi Pendidikan Vol. 6 No. 3 (2021): November
Publisher : Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29303/jipp.v6i3.228

Abstract

The Covid-19 pandemic is the world's first and foremost health crisis. Many states decided to close schools, colleges, and universities. The purpose of this study is to evaluate the performance of state elementary school supervisors in Mataram City with CIPP model that is seen from the aspects of context, input, process, and product. The type of research used by researchers is a descriptive evaluation with quantitative methods. The evaluation model used is CIPP evaluation model. The population in this study is all supervisors of state elementary schools in Mataram City which numbered 34 supervisors. Because the population of this study is less than 100 people, the entire population is used as a sample of 34 supervisors. The results showed that from the context, input, and supervisory process of state elementary schools in Mataram City has done well to produce a good product as well, namely better teacher performance.
Strategi Pengembangan OCB Pegawai di Lingkungan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Mataram Sudirman Wilian; Muntari Muntari; Joni Rokhmat; Ulpah Ulpah; Lulu Il Muntaz
Jurnal Ilmiah Profesi Pendidikan Vol. 7 No. 3c (2022): September
Publisher : Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29303/jipp.v7i3c.866

Abstract

Organizational Citizenship Behavior (OCB) menggambarkan perilaku pegawai untuk melaksanakan pekerjaan tanpa memperhatikan potensi adanya imbalan tambahan. Penelitian ini bertujuan mengidentifikasi strategi pengembangan OCB pegawai di Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) – Universitas Mataram. Penelitian ini menggunakan pendekatan campuran, kuantitatif dan kualitatif. Populasinya seluruh pegawai FKIP Universitas Mataram yang aktif pada tahun 2021 dan sampel diambil dengan teknik sampel jenuh sesuai keterjangkauan dan didapatkan sampel yaitu pegawai FKIP sebanyak 45 pegawai (28 laki-laki dan 17 perempuan) yang tersebar di sembilan unit kerja. Teknik pengambilan data menggunakan angket OCB dan wawancara. Angket OCB diberikan kepada pegawai sedangkan sebagai informan dalam wawancara adalah Dekan dan Wakil Dekan Bidang Keuangan dan Kepegawaian. Data hasil angket dianalisis secara deskriptif menggunakan kuantisasi Skala Likert (4 = sangat setuju, 3 = setuju, 2 = tidak setuju, 1 = sangat tidak setuju) kemudian dideskripsikan, serta dianalisis menggunakan statistik non paramettik yang terdiri dari uji Mann-Withney untuk variabel bebas terdiri dari gender, latar pendidikan, dan unit tempat kerja, serta uji Kruskal-Wallis untuk variabel bebas masa kerja. Hasilnya, pertama secara umum dari hasil analisis deskriptif menunjukkan bahwa skor OCB pada setiap indikator adalah lebih dari 3,0 yang berarti bahwa responden bersikap setuju hingga sangat setuju terhadap setiap pernyataan positif dan tidak setuju hingga sangat tidak setuju terhadap pernyataan negatif OCB. Dari tertinggi hingga terendah, skor OCB berada pada indikator conscientiousness, altruism, courtesy, civic virtue, dan sportmanship. Kedua, menunjukkan bahwa dengan taraf signifikansi 0,05, keempat variabel di atas tidak berpengaruh terhadap OCB pegawai. Selanjutnya, hasil wawancara bahwa dalam mengembangkan OCB pegawai, Dekan dan Wakil Dekan menggunakan pengelolaan sistem merit, pendekatan informal, nonformal, kesetaraan gender, kemanusiaan, humanisme, kekeluargaan, prinsip kerjasama, serta menerapkan aturan berbasis tupoksi. Kesimpulan bahwa perilaku organisasi pada pegawai FKIP telah berkembang sangat baik. Keberhasilan pengembangan OCB juga ditunjukan tidak adanya perbedaan perilaku organisasi pegawai dari faktor gender, latar pendidikan, masa kerja, hingga unit tempat bekerjanya.
Performance Evaluation of Public Elementary School Supervisors in Mataram City During Covid-19 Asiandrayani Asiandrayani; Sukardi Sukardi; Sudirman Wilian
Jurnal Ilmiah Profesi Pendidikan Vol. 6 No. 3 (2021): November
Publisher : Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29303/jipp.v6i3.228

Abstract

The Covid-19 pandemic is the world's first and foremost health crisis. Many states decided to close schools, colleges, and universities. The purpose of this study is to evaluate the performance of state elementary school supervisors in Mataram City with CIPP model that is seen from the aspects of context, input, process, and product. The type of research used by researchers is a descriptive evaluation with quantitative methods. The evaluation model used is CIPP evaluation model. The population in this study is all supervisors of state elementary schools in Mataram City which numbered 34 supervisors. Because the population of this study is less than 100 people, the entire population is used as a sample of 34 supervisors. The results showed that from the context, input, and supervisory process of state elementary schools in Mataram City has done well to produce a good product as well, namely better teacher performance.
Translation Strategies of English Idiomatic Expression in The Shawshank Redemption Movie Subtitle Difatrialdi Muji Pangestu; Mahyuni Mahyuni; Sudirman Wilian
Jurnal Ilmiah Profesi Pendidikan Vol. 7 No. 2c (2022): Juni
Publisher : Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29303/jipp.v7i2c.620

Abstract

The Shawshank Redemption movie is a meaningful movie which needs to knows more about. The objective of this research is to examine the translation strategy of idiomatic expressions used by the translator in The Shawshank Redemption movie subtitle. The data is obtained by watching closely The Shawshank Redemption movie repeatedly, note-taking, compare the idiomatic expression used by the characters and its translation strategies in the subtitle from the movie. The data that has been collected is translates using Baker’s Theory but descriptively outlined. The result of this research showed that there are 19 utterances of idiomatic expressions found in The Shawshank Redemption movie based on Seidl and McMordie’s (1988). All of 19 idiomatic expressions are classified based on Baker’s (1992) translation strategies into 4 idioms of similar meaning and form, none of idioms of similar meaning but dissimilar form, 10 translations by omission, and 5 translations by omission.
Strategi Pengembangan OCB Pegawai di Lingkungan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Mataram Sudirman Wilian; Muntari Muntari; Joni Rokhmat; Ulpah Ulpah; Lulu Il Muntaz
Jurnal Ilmiah Profesi Pendidikan Vol. 7 No. 3c (2022): September
Publisher : Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29303/jipp.v7i3c.866

Abstract

Organizational Citizenship Behavior (OCB) menggambarkan perilaku pegawai untuk melaksanakan pekerjaan tanpa memperhatikan potensi adanya imbalan tambahan. Penelitian ini bertujuan mengidentifikasi strategi pengembangan OCB pegawai di Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) – Universitas Mataram. Penelitian ini menggunakan pendekatan campuran, kuantitatif dan kualitatif. Populasinya seluruh pegawai FKIP Universitas Mataram yang aktif pada tahun 2021 dan sampel diambil dengan teknik sampel jenuh sesuai keterjangkauan dan didapatkan sampel yaitu pegawai FKIP sebanyak 45 pegawai (28 laki-laki dan 17 perempuan) yang tersebar di sembilan unit kerja. Teknik pengambilan data menggunakan angket OCB dan wawancara. Angket OCB diberikan kepada pegawai sedangkan sebagai informan dalam wawancara adalah Dekan dan Wakil Dekan Bidang Keuangan dan Kepegawaian. Data hasil angket dianalisis secara deskriptif menggunakan kuantisasi Skala Likert (4 = sangat setuju, 3 = setuju, 2 = tidak setuju, 1 = sangat tidak setuju) kemudian dideskripsikan, serta dianalisis menggunakan statistik non paramettik yang terdiri dari uji Mann-Withney untuk variabel bebas terdiri dari gender, latar pendidikan, dan unit tempat kerja, serta uji Kruskal-Wallis untuk variabel bebas masa kerja. Hasilnya, pertama secara umum dari hasil analisis deskriptif menunjukkan bahwa skor OCB pada setiap indikator adalah lebih dari 3,0 yang berarti bahwa responden bersikap setuju hingga sangat setuju terhadap setiap pernyataan positif dan tidak setuju hingga sangat tidak setuju terhadap pernyataan negatif OCB. Dari tertinggi hingga terendah, skor OCB berada pada indikator conscientiousness, altruism, courtesy, civic virtue, dan sportmanship. Kedua, menunjukkan bahwa dengan taraf signifikansi 0,05, keempat variabel di atas tidak berpengaruh terhadap OCB pegawai. Selanjutnya, hasil wawancara bahwa dalam mengembangkan OCB pegawai, Dekan dan Wakil Dekan menggunakan pengelolaan sistem merit, pendekatan informal, nonformal, kesetaraan gender, kemanusiaan, humanisme, kekeluargaan, prinsip kerjasama, serta menerapkan aturan berbasis tupoksi. Kesimpulan bahwa perilaku organisasi pada pegawai FKIP telah berkembang sangat baik. Keberhasilan pengembangan OCB juga ditunjukan tidak adanya perbedaan perilaku organisasi pegawai dari faktor gender, latar pendidikan, masa kerja, hingga unit tempat bekerjanya.