Claim Missing Document
Check
Articles

Found 13 Documents
Search

ANALISIS TINGGI MUKA AIR TANAH PADA DAERAH LONGSORAN SERTA PENGARUHNYA TERHADAP KESTABILAN LERENG DENGAN METODE GEOLISTRIK DI BUKIT KALIWADAS, KEDUNGWARU KARANGSAMBUNG JAWATENGAH Reza Aryanto; Dhanty Indriastuty; Masagus A Azizi; Erry Sumarjono
Prosiding Seminar Nasional Pakar PROSIDING SEMINAR NASIONAL PAKAR 2020 BUKU I
Publisher : Lembaga Penelitian Universitas Trisakti

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25105/pakar.v0i0.6776

Abstract

Bencana longsor yang terjadi di Bukit Kaliwadas, Kecamatan Kedungwaru, Karangsambung, Kebumen, Jawa Tengah, mengakibatkan rusaknya jalan, terputusnya jembatan yang menghubungkan daerah di bawah dan di atas bukit serta mengganggu sistem irigasi sawah warga setempat. Air hujan yang mengalir pada bukit tersebut akan meresap ke dalam tanah dan akan menjadi air tanah. Keberadaan air tanah akan menyebabkan pori-pori tanah terisi oleh air sehingga tanah tidak mampu menahan beban pada lapisan tanah tersebut. Keberadaan air tanah dipengaruhi oleh hujan. Curah hujan yang tinggi akan meningkatkan tinggi muka air tanah dan menurunkan nilai faktor keamanan lereng. Hal ini yang dikhawatirkan akan menimbulkan longsor susulan. Pengaruh keberadaan air tanah terhadap kestabilan lereng harus diteliti lebih lanjut agar diperoleh nilai faktor keamanan pada lokasi penelitian. Keberadaan air tanah dapat diperoleh dengan menggunakan metode geolistrik resistivitas. Metode geolistrik resistivitas memanfaatkan sifat kelistrikan material dibawah permukaan bumi. Pengukuran dilakukan dengan menggunakan konfigurasi Schlumberger. Metode pengambilan data menggunakan metode 1D (Vertical Electrical Sounding) dengan 4 titik pengukuran. Panjang tiap bentangan elektroda arus berkisar antara 50-89 meter. Keberadaan aquifer akan diperoleh dari pengukuran geolistrik. Aquifer bebas akan menunjukkan tinggi muka air tanah. Semakin tinggi keberadaan muka air tanah, semakin besar pula pengaruhnya terhadap faktor keamanan lereng. Perhitungan faktor keamanan lereng menggunakan metode Janbu yang disederhanakan dan perhitungan diakukan menggunakan software Slide 6.0. Hasil yang diperoleh dari perhitungan software Slide berupa nilai faktor keamanan. Hasil yang diperoleh menunjukkan nilai faktor keamanan deterministik sebesar 1,942 dan nilai faktor keamanan probabilistik yang dihasilkan sebesar 1,926 yang semua nilainya diatas 1. Pada kondisi ini keberadaan air tanah belum menyebabkan longsor
TOPOGRAFI SEBAGAI FAKTOR PENGONTROL TERHADAP PENYEBARAN MERKURI LIMBAH PENGOLAHAN BIJIH EMAS DENGAN METODE AMALGAMASI PADA SEDIMEN SUNGAI Erry Sumarjono; Reza Aryanto; Taat Tri Purwiyono; Subandrio Subandrio
Prosiding Seminar Nasional Pakar PROSIDING SEMINAR NASIONAL PAKAR 2020 BUKU I
Publisher : Lembaga Penelitian Universitas Trisakti

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25105/pakar.v0i0.6777

Abstract

Pengolahan bijih Emas dengan metode amalgamasi menggunakan Merkuri sebagai pengikat unsur Emas untuk membentuk amalgam (Au-Hg). Limbah hasil pengolahan/ tailing masih mengandung Merkuri biasanya dibuang ke aliran sungai di dekat tempat pengolahan tersebut. Merkuri memiliki berat jenis 13,6 gr/cm3 dapat terendapkan ke dalam sedimen di dasar aliran sungai. Partikel dalam sedimen sungai dapat terendapkan ketika turbulensi fluida berkurang pada suatu titik tertentu. Pengendapan Merkuri pada sedimen sungai memiliki konsentrasi yang berbeda-beda dari satu titik ke titik lainnya. Penelitian ini memberikan satu kasus keterdapatan Merkuri yang mengendap pada sedimen sungai. Konsentrasi Merkuri yang terendapkan pada sedimen sungai memiliki korelasi yang kuat dengan topografi aliran sungai, ditunjukkan hasil uji korelasi dengan nilai r2 = 0,7123 berarti faktor yang mempengaruhi penyebaran Merkuri pada sedimen dapat dijelaskan sebesar 71,23% oleh adanya topografi, sedangkan faktor lainnya yang tidak dapat dijelaskan oleh model persamaan sebesar 28,77%. Analisis regresi sederhana memberikan nilai r = 0,8439673, berarti topografi memiliki korelasi yang kuat terhadap penyebaran Merkuri pada sedimen sungai. Nilai significance F =  0,016950804, nilai significance F < 0,05, berarti topografi memiliki pengaruh terhadap penyebaran Merkuri pada sedimen sungai. Nilai P- value = 0,0052193, nilai P-value/ sig-t < 0,05, berarti topografi memiliki pengaruh terhadap penyebaran Merkuri pada sedimen sungai.
KAJIAN TEKNIS CURVE NUMBER MENGGUNAKAN METODE MUSLE UNTUK MENGETAHUI LAJU SEDIMENTASI DI CENTRAL SEDIMENT SUMP, PT BUMI SUKSESINDO, BANYUWANGI, JAWA TIMUR Reza Aryanto; Regita Cahyani
Geosapta Vol 6, No 2 (2020): Juli 2020
Publisher : Universitas Lambung Mangkurat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20527/jg.v6i2.7733

Abstract

Tingginya sedimentasi pada Central Sediment Sump mengakibatkan jumlah Total Suspended Solid (TSS) meningkat dari 200 mg/L menjadi 745 mg/L, sehingga interval waktu pengerukan pada sump menjadi lebih singkat. Oleh sebab itu, mengecilnya volume sediment sump membuat air meluap dari sediment sump menuju ke pantai. Tujuan penelitian ini untuk menentukan dimensi saluran terbuka dan kebutuhan gorong – gorong agar mampu menampung debit limpasan pada curah hujan yang tinggi, pembuatan penahan sedimen yang juga dapat berguna untuk memperkecil kecepatan aliran pada saluran terbuka, dan mengetahui kemampuan pompa untuk memompa air limpasan pada sump agar dapat mengurangi TSS pada sump. Penelitian ini dilakukan dengan perhitungan data – data yang diperoleh menggunakan pendekatan kuantitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa volume sedimen pada Pit A Sediment Sump adalah 111,3 ton/ha/hari hujan dengan waktu pengerukan selama 1 hari sekali sedangkan pada Central Sediment Sump adalah 39,11 ton/ha/hari hujan dengan waktu pengerukan selama 1 hari sekali. Dengan rekomendasi pembuatan penahan sedimen atau pematah arus, volume sedimen berkurang menjadi 105,19 ton/ha/hari hujandan 35,75 ton/ha/hari hujandengan waktu pengerukan 3 hari dan 10 hari sekali. Pematah arus tersebut juga mampu memperkecil kecepatan aliran air pada saluran terbuka yaitu 23,1 m/det menjadi 0,21 m/det. Dibutuhkan 1 buah gorong-gorong di jalur Pit A Sediment Sump dan 4 buah gorong-gorong pada Central Sediment Sump agar mampu menampung debit air limpasan yang besar, serta 3 buah pompa pada Pit A Sediment Sump dan Central Sediment Sump mampu memompa air limpasan yang tertampung di sump untuk mengurangi waktu TSS mengendap di sump. Kata-kata kunci: Sedimentasi, Sistem Penyaliran, Saluran Terbuka, Gorong – Gorong
Kajian Simulasi Neraca Air pada Kolam Kerja Tertutup di Washing Plant Darat Egidia Vit Mafiana; Reza Aryanto; Christin Palit
Indonesian Mining and Energy Journal Vol. 3 No. 2 (2020): November
Publisher : Program Studi Teknik Pertambangan Universitas Trisakti

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (398.81 KB)

Abstract

Metode Cutter suction dredger (CSD) – Washing Plant (WP) Darat merupakan metode penambangan timah dikembangkan oleh PT Timah Tbk pada tahun 2018. Berlokasi di Tanjung Gunung, Pulau Bangka, proses penggalian bijih timah dilakukan di laut menggunakan kapal CSD, sedangkan proses pencuciannya dilakukan di WP darat. Material dari laut ditransportasi ke darat melalui pipa apung. Pada area WP darat terdapat kolam-kolam kerja yang saling berhubungan dalam mensirkulasikan air kerja selamaproses pencucian berlangsung sehingga membentuk sirkulasi tertutup. Kolam-kolam kerja tersebut meliputi kolam stockpile, kolam pengendapan, dan kolong air kerja. Rencana pencucian di WP darat dilakukan selama 24 jam sehari sehingga neraca air pada ketiga kolam kerja perlu dijaga agar tidak terjadi defisit air dan/atau surplus air. Peneliti melakukan kajian neraca air terhadap volume tiap kolam yang tersedia guna mengetahui apakah kolam dapat menangani air yang bekerja atau tidak. Kajian neraca air disimulasikan selama satu bulan, yakni pada bulan Maret dengan pemilihan blok penambangan pada Blok 13 karena memiliki rencana produksitertinggi. Diperoleh volume kolam stockpile sebesar 14.400 m3, kolam pengendapan sebesar 78.568 m3, dan kolong air kerja sebesar 32.000 m3. Perhitungan neraca air didasarkan pada debit aliran masuk dan keluar tiap kolam kerja. Berdasarkan hasil kajian diketahui bahwa pada kolam stockpile terjadi defisit air pada jam tertentu dan dapat ditangani dengan penambahan air dari kolong air kerja melalui saluran overflow tambahan. Pada kolam pengendapan aman dan tidak perlu dilakukan penanganan. Pada kolong air kerja terjadi surplus air pada jam tertentu dan dapat ditangani dengan pembukaan pintu sorong yang terdapat pada kolam tersebut.
Analisis Laju Infiltrasi Berbagai Penggunaan Lahan di Desa Kaligending, Karangsambung, Jawa Tengah Chrisnal J. K. T. Tamod; Reza Aryanto; Taat Tri Purwiyono
Indonesian Mining and Energy Journal Vol. 3 No. 2 (2020): November
Publisher : Program Studi Teknik Pertambangan Universitas Trisakti

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (637.793 KB)

Abstract

Penentuan  laju  infiltrasi  bertujuan  untuk  menentukan  laju  masuknya  air  kedalam  tanah.  Dimana penentuan  ini  di  uji  dari  berbagai  penggunaan  lahan  dengan  memperhatikan  faktor  infiltrasi  seperti  tekstur tanah,  litologi  batuan,  vegetasi  penutup,  dan  kemiringan  lereng.  Model  yang  di  uji  bersifat  empiris,  dan merupakan  fungsi  persamaan  tergantung  waktu,  dengan  menggunakan  model  Horton.  Infiltrasi  sangat menentukan berlangsungnya proses daur hidrologi yang terjadi di suatu daerah. Dimana infiltrasi adalah proses masuknya  air kedalam tanah baik dari air  hujan maupun irigasi. Laju infiltrasi dengan nilai kecil kemungkinan limpasan permukaan mempunyai nilai besar. Pada kegiatan pertambangan nilai laju infiltrasi berpengaruh pada kondisi tanah selain itu juga berpengaruh pada limpasan air yang terjadi pada area pertambangan. Penelitian ini akan dilakukan di Lipi Karangsambung tepatnya di Desa Kaligending, Karangsambung, Kebumen, Jawa Tengah. Data  infiltrasi  diperoleh  dengan  menggunakan  alat  infiltrometer  jenis  Guelph  Permeameter.  Pada  akhirnya diketahui peta persebaran laju infiltrasi menggunakan metode IDW dari perangkat lunak Arcgis.
NERACA AIR SURPLUS DAN PENGARUHNYA TERHADAP SALURAN AIR DI DESA SELING Frizky Sasetya Lesana; Reza Aryanto; Danu Putra
Indonesian Mining and Energy Journal Vol. 4 No. 1 (2021): Mei
Publisher : Program Studi Teknik Pertambangan Universitas Trisakti

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (699.491 KB)

Abstract

Air merupakan hal penting dan dasar yang tidak akan pernah bisa dilepaskan dari semua aspek kehidupan mahluk hidup. Air merupakan hal yang penting baik dalam kehidupan maupun di dunia pertambangan, sering kali air menjadi faktor penghambat di kedua sektor tersebut. Kelebihan air bisa menjadi sebuah masalah, oleh karena itu peneliti melakukan penelitian terkait neraca air yang terdapat di Desa Seling, untuk mengetahui surplus yang terjadi pada daerah tersebut. Dengan menghitung kebutuhan kebutuhan pada daerah tersebut akan menjadi faktor di dalam neraca air, serta menghitung debit aliran masuk yang berada pada daerah rawan banjir dengan 5 kondisi berbeda. Dengan menghitung menggunakan curah hujan, recharge, evapotranspirasi serta debit aliran masuk, maka di dapatkan neraca air pada daerah rawan banjir dengan 5 kondisi tersebut di desa seling mengalami surplus tertinggi pada kondisi tahunan sebesar 43,251 m3/s. Surplus ini berakibat banjir dikarenakan kapasitas saluran air yang hanya dapat menampung sebesar 31,046 m3/s. Hasil akhir dari kajian ini menyarankan untuk memperbaiki sungai yang berada pada daerah penelitian dengan lebar atas sungai sebesar 7,8 m dan lebar bawah sungai sebesar 6,2 m dan tinggi total adalah 3,83 m. Kata-kata kunci: neraca air, surplus, banjir
KAJIAN EROSI TERHADAP SALURAN TERBUKA (DRAINASE) PT BIMA CAKRA PERKASA MINERALINDO, MOROWALI, SULAWESI TENGAH Bahta Wijaya Sitompul; Reza Aryanto; Taat Tri Purwiyono
Indonesian Mining and Energy Journal Vol. 4 No. 1 (2021): Mei
Publisher : Program Studi Teknik Pertambangan Universitas Trisakti

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (740.421 KB)

Abstract

Sumber air limpasan yang tidak dapat dicegah adalah air hujan yang turun langsung ke dalam area pertambangan, air tersebut masuk kedalam area pertambangan akibat dari kemiringan lereng yang menghasilkan debit air limpasan yang besar yang berakibat terjadinya erosi pada saluran terbuka. Penelitian dilakukan agar meneunjukkan pengaruh erosi pada saluran terbuka, penentuan besar erosi dan perancangan saluran terbuka yang optimal. Penelitian dilakukan dengan metode USLE untuk prediksi. Pengaruh dari erosi yang terjadi pada saluran terbuka adalah curah hujan, kemiringan lereng, jenis tanah, factor vegetasi tanah, dan faktor pengolahan tanah dengan besar erosi saluran terbuka 3 adalah sebesar 375 ton/ha/tahun, lokasi 4 sebesar 173,61 ton/ha/tahun dan lokasi 5 sebesar 110,17 ton/ha/tahun. Dari hasil erosi prediksi yang diperhitungkan, dibuat rancangan untuk mengoptimalkan kondisi saluran terbuka yang telah mengalami erosi. Rancangan saluran terbuka ditentukan berdasarkan curah hujan yang terjadi sehingga lebih optimal untuk mengalirkan air. 
Pengaruh Waktu Kerja Efektif terhadap Hasil Produksi Tanah Penutup di PT Bumi Merapi Energi Jacky James Silalahi; Reza Aryanto; Christin Palit; Mixsindo Korra Herdyanti; Ririn Yulianti
Indonesian Mining and Energy Journal Vol. 5 No. 2 (2022): November
Publisher : Program Studi Teknik Pertambangan Universitas Trisakti

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25105/imej.v5i2.15939

Abstract

Penelitian ini dilakukan di PT Bumi Merapi Energi yang berlokasi di Lahat, Sumatera Selatan, di pit Gunung Agung Timur II. Penelitian ini dilakukan pada bulan Agustus tahun 2021, dari hasil penelitian didapatkanlah waktu kerja efektif yang rendah, dimana pada fleet 1 rata-rata waktu kerja efektif hanya sebesar 6 jam 2 menit dan untuk fleet 2 rata-rata jam kerjanya sebesar 5 jam 9 menit, sedangkan untuk fleet 3 sebesar 3 jam 49 menit, namun setelah perbaikan rata-rata jam kerja pit tersebut menjadi 8 jam 11 menit, 8 jam 22 menit. Hasil penelitian yang didapatkan adalah, setelah waktu kerja efektif ditingkatkan perolehan hasil produksi meningkat yang semula 47.344 BCM menjadi 98.566 BCM dengan target 82.960 BCM. Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian kuantitatif.
Analisa pH dan Warna Tanah untuk Pemilihan Tanaman pada Kegiatan Reklamasi Eriko Jiliano; Reza Aryanto; Ririn Yulianti; Edy Jamal Tuheteru; Suliestyah
Indonesian Mining and Energy Journal Vol. 5 No. 2 (2022): November
Publisher : Program Studi Teknik Pertambangan Universitas Trisakti

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25105/imej.v5i2.15977

Abstract

Reklamasi merupakan suatu hal yang harus dilakukan setiap perusahaan pertambangan berdasarkan peraturan yang tercantum dalam UU No.3 tahun 2020. Hal tersebut dilakukan untuk mengembalikan alam ke bentuk semula. Reklamasi ini sudah dilakukan dengan penutupan lahan tambang dengan cara penanaman pohon seperti pohon sengon dan beberapa tanaman hias oleh pihak PT. Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. Tujuan dari penelitian ini adalah dengan pemilihan tumbuhan yang cocok di kawasan reklamasi. Tumbuhan yang cocok akan dapat membantu memulihkan fungsi alamiah lingkungan area pertambangan, namun terdapat beberapa tumbuhan yang perlu dikaji nilai ekologis dan ekonomis sehingga dapat memberikan keuntungan. Berdasarkan hal tersebut melakukan analisa dengan menguji pH dan warna tanah untuk pemilihan tumbuhan yang cocok agar tercapainya untuk mendapatkan nilai ekologis dan ekonomis maksimum dalam kegiatan reklamasi. Hasil uji pH tanah diperoleh dengan nilai rata – rata nya 7,91 pada quarry D dan 6,37 pada quarry E yang berarti masih dalam kategori baik untuk tumbuhan. Sampel warna tanah yang diperoleh menurut musell soil color chart pada lahan reklamasi cokelat dan cokelat gelap termasuk dalam kategori subur. Dari 2 variabel tersebut mendapatkan beberapa jenis pohon seperti pohon mahoni, pohon jati, pohon albasia, pohon trembesi, pohon jabon dan pohon pinus. Sehingga dapat menilai jenis tumbuhan yang cocok dari segi ekologis, dan ekonomis maksimum. Hasil analisa perbandingan ekologis dan perhitungan ekonomis, didapat bahwa pohon jati releatif lebih cocok ditanam dilahan reklamasi dibandingan dengan pohon pohon yang lain. Hasil perhitungan didapatkan pohon jati memiliki keutungan panen sebesar 229,4 M.
Rencana Revegetasi Pada Lahan Reklamasi Disposal Area PT. Batu Hitam Jaya Provinsi Jambi -, Farhan Ghalib Dinata; Edy Jamal Tuheteru; Ririn Yulianti; Reza Aryanto; Suliestyah; Purwiyono, Taat Tri
Indonesian Mining and Energy Journal Vol. 6 No. 2 (2023): November
Publisher : Program Studi Teknik Pertambangan Universitas Trisakti

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25105/imej.v6i2.18527

Abstract

Kegiatan pertambangan akan berdampak terhadap ekosistem kehidupan flora maupun fauna yang ada disekitar lokasi penambangan. Selain itu pada lokasi penambangan terjadi pemadatan bahkan minim kandungan unsur hara, serta minimnya populasi dan aktivitas mikroba tanah potensial. Maka PT. Batu Hitam Jaya akan melakukan kegiatan revegetasi pada lahan reklamasi disposal area dengan luas 4,6 ha untuk mengembalikan lahan yang terganggu akibat kegiatan penambangan, yang diharapkan juga dapat menghasilkan nilai tambah bagi lingkungan dibandingkan dengan keadaan sebelumnya. Kegiatan revegetasi pada lahan reklamasi tersebut dilakukan dengan tahapan analisa kualitas tanah, pemasangan ajir, pengadaan bibit tanaman, pembuatan lubang tanaman, pemberian pupuk, penanaman dan pemeliharaan tanaman. Sehingga dari hasil analisa kualitas tanah pada lokasi reklamasi disposal area PT. Batu Hitam Jaya merupakan lempung liat berpasir (Sandy Clay Loam), dengan kandungan pasir 61,04%, debu 17,08% dan liat 21,87%. Oleh karena itu jenis tanaman yang digunakan adalah cover crop dengan jenis Calopogonium Mucunoides (CM), tanaman pionir berupa sengon dan tanaman lokal digunakan jenis tanaman pohon pulai. Dengan jumlah bibit yang dibutuhkan 28,9 kg bibit cover crop, 3.163 bibit tanaman pionir dan 794 bibit tanaman lokal.