Claim Missing Document
Check
Articles

Found 14 Documents
Search

UNDANG-UNDANG NOMOR 11 TAHUN 2017 SEBAGAI UPAYA PERLINDUNGAN DAN PENYELAMATAN LINGKUNGAN TERHADAP BAHAYA MERKURI Sumarjono, Erry; Utamakno, Lakon
Prosiding Seminar Teknologi Kebumian dan Kelautan Vol 1, No 1 (2019)
Publisher : Prosiding Seminar Teknologi Kebumian dan Kelautan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1520.222 KB)

Abstract

The one of dangerous heavy metal among the others that had negative effect to the environment and human’s health is Mercury. The environmental could be degradation from the quality when Mercury have got in to them and out of to the threshold value limit. Characteristics of Mercury are very dangerous, Mercury have many characteristics : toxic, persistent, bioaccumulation, and it’s could transfer from one place to far away by hydrological cycle. The administrative country boundary, geological and geographical condition could not be an effective factor to prevent the effects of Mercury. The important case that could be getting up the conscious of human is Minamata Disease. Minamata is a village in Kumamoto, Japan which there were many thousands of the victims of Mercury in 1953. P.T. Chisso Corporation, a chemical industry had gotten out the waste contained Mercury to the Minamata Bay that cause disease to the people who lived in Minamata Bay. Minamata Disease is the biggest one of environmental case in Japan, Niigata Minamata Disease was the other case. After the case of Minamata disease, The Disease that caused by Mercury was still occurring in many countries in the world, for example ; Guatemala, Rusia also Indonesia. The effect of Mercury to the environment and human is not a local or regional problem, but it is a global problem that it needed the international action to manage the Mercury. Because of the dangerous characteristic of Mercury, There are no countries could be handle by itself to protect their citizen from the negative effects of Mercury. Countries around the world must have been built cooperation among them to manage all abot Mercury (trade, mining etc) Indonesia is one of countries which sign in The Minamata Convention on Mercury in Kumamoto, Japan in October 10th 2013. Minamata Convention on Mercury is a agreement of many countries in the world to prevent and save the environmental and human health from the negative effects of Mercury. The government of Indonesia had been made the regulation to follow up the agreement, it’s Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2017. This regulation is to legitimate The Minamata Convention on Mercury and it has been the real action to prevent negative effects of Mercury. Merkuri merupakan salah satu logam berat yang sangat berbahaya bagi lingkungan dan kesehatan manusia. Merkuri yang terlepas ke dalam lingkungan, melalui proses biogeokimia dapat masuk ke dalam rantai makanan dan membahayakan kesehatan manusia. Sifat-sifat Merkuri yang dapat membahayakan lingkungan menyebabkan keberadaan Merkuri di lingkungan harus dapat dikontrol melalui upaya-upaya nyata. Merkuri bersifat toksik, persisten, bioakumulasi dan dapat berpindah dalam jarak jauh di atmosfer melalui siklus hidrologi, sehingga tidak ada batasan-batasan geografis, geologis maupun administratif yang dapat membatasi pergerakan dan perpindahan Merkuri di lingkungan. Kasus fenomenal yang memicu kesadaran manusia terhadap bahaya keracunan yang disebabkan oleh Merkuri adalah permasalahan penyakit minamata (Minamata Disease) yang menimpa penduduk kota Minamata di Kumamoto, Jepang tahun 1953. Penyakit tersebut disebabkan oleh keracunan Merkuri yang terkandung dalam limbah industri yang dibuang oleh pabrik kimia P.T. Chisso Corporation. Minamata Disease mulai dikenal dan muncul di wilayah lain yaitu Niigata Minamata Disease, kasus-kasus tersebut merupakan dua bencana polusi terbesar di Jepang.Permasalahan-permasalahan keracunan Merkuri terjadi di negara-negara lain misalnya ; Guatemala, Rusia termasuk Indonesia. Permasalahan yang ditimbulkan oleh Merkuri terhadap lingkungan bukanlah suatu permasalahan lokal ataupun regional, Merkuri merupakan permasalahan global yang memerlukan penanganan bersama dengan melakukan kerjasama secara internasional. Sifat-sifat bahaya yang dimiliki oleh Merkuri menyebabkan suatu negara tidak dapat bertindak sendiri untuk melindungi warganegaranya terhadap bahaya yang dapat ditimbulkan oleh Merkuri. Oleh Karena itu, diperlukan kerjasama antarnegara secara global untuk mengatur pengadaan, penggunaan, pengelolaan dan penanganan Merkuri. Pemerintah Indonesia merupakan salah satu negara yang ikut menandatangani Konvensi Minamata Mengenai Merkuri (Minamata Convention on Mercury) tanggal 10 Oktober 2013 di Kumamoto, Jepang. Konvensi Minamata merupakan kesepakatan negara-negara untuk melindungi dan menyelamatkan lingkungan hidup dari bahaya Merkuri. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2017 mengenai Pengesahan Minamata Convention on Mercury (Konvensi Minamata mengenai Merkuri) merupakan wujud peran aktif Pemerintah Indonesia untuk upaya perlindungan dan penyelamatan lingkungan terhadap bahaya Merkuri.
KOMPLEKSITAS PERMASALAHAN MERKURI DALAM PENGOLAHAN BIJIH EMAS BERDASARKAN PERSPEKTIF TEKNIS LINGKUNGAN MANUSIA DAN MASA DEPAN Erry Sumarjono
KURVATEK Vol 5 No 1 (2020): April 2020
Publisher : Institut Teknologi Nasional Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33579/krvtk.v5i1.1833

Abstract

Mercury is one of the most dangerous heavy metal. It has highest negative effects to human and environment. It has advantage to extract gold from it’s ore, because, naturally, the character of Mercury had high affinity with Gold particle. It is very easy to use Mercury to extract Gold from it’s ore. The name of methode of mineral processing to extract Gold is Amalgamation method. Amalgamation method used tromol that had ball or rod iron inside. The function of them is look like a ball mill to crush and grind the Gold ore.Using Mercury is an easy way to extract the Gold, but, in the other hand, Mercury had been a negative effect that it has been to be continued for along times future. The complexity problems of Mercury could not to be handle by one country or one government, it must to be handled by international and global relationships. Keywords : Environment, Extraction, Heavy Metal, Mercury, Pollutant
ANALISIS TINGGI MUKA AIR TANAH PADA DAERAH LONGSORAN SERTA PENGARUHNYA TERHADAP KESTABILAN LERENG DENGAN METODE GEOLISTRIK DI BUKIT KALIWADAS, KEDUNGWARU KARANGSAMBUNG JAWATENGAH Reza Aryanto; Dhanty Indriastuty; Masagus A Azizi; Erry Sumarjono
Prosiding Seminar Nasional Pakar PROSIDING SEMINAR NASIONAL PAKAR 2020 BUKU I
Publisher : Lembaga Penelitian Universitas Trisakti

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25105/pakar.v0i0.6776

Abstract

Bencana longsor yang terjadi di Bukit Kaliwadas, Kecamatan Kedungwaru, Karangsambung, Kebumen, Jawa Tengah, mengakibatkan rusaknya jalan, terputusnya jembatan yang menghubungkan daerah di bawah dan di atas bukit serta mengganggu sistem irigasi sawah warga setempat. Air hujan yang mengalir pada bukit tersebut akan meresap ke dalam tanah dan akan menjadi air tanah. Keberadaan air tanah akan menyebabkan pori-pori tanah terisi oleh air sehingga tanah tidak mampu menahan beban pada lapisan tanah tersebut. Keberadaan air tanah dipengaruhi oleh hujan. Curah hujan yang tinggi akan meningkatkan tinggi muka air tanah dan menurunkan nilai faktor keamanan lereng. Hal ini yang dikhawatirkan akan menimbulkan longsor susulan. Pengaruh keberadaan air tanah terhadap kestabilan lereng harus diteliti lebih lanjut agar diperoleh nilai faktor keamanan pada lokasi penelitian. Keberadaan air tanah dapat diperoleh dengan menggunakan metode geolistrik resistivitas. Metode geolistrik resistivitas memanfaatkan sifat kelistrikan material dibawah permukaan bumi. Pengukuran dilakukan dengan menggunakan konfigurasi Schlumberger. Metode pengambilan data menggunakan metode 1D (Vertical Electrical Sounding) dengan 4 titik pengukuran. Panjang tiap bentangan elektroda arus berkisar antara 50-89 meter. Keberadaan aquifer akan diperoleh dari pengukuran geolistrik. Aquifer bebas akan menunjukkan tinggi muka air tanah. Semakin tinggi keberadaan muka air tanah, semakin besar pula pengaruhnya terhadap faktor keamanan lereng. Perhitungan faktor keamanan lereng menggunakan metode Janbu yang disederhanakan dan perhitungan diakukan menggunakan software Slide 6.0. Hasil yang diperoleh dari perhitungan software Slide berupa nilai faktor keamanan. Hasil yang diperoleh menunjukkan nilai faktor keamanan deterministik sebesar 1,942 dan nilai faktor keamanan probabilistik yang dihasilkan sebesar 1,926 yang semua nilainya diatas 1. Pada kondisi ini keberadaan air tanah belum menyebabkan longsor
TOPOGRAFI SEBAGAI FAKTOR PENGONTROL TERHADAP PENYEBARAN MERKURI LIMBAH PENGOLAHAN BIJIH EMAS DENGAN METODE AMALGAMASI PADA SEDIMEN SUNGAI Erry Sumarjono; Reza Aryanto; Taat Tri Purwiyono; Subandrio Subandrio
Prosiding Seminar Nasional Pakar PROSIDING SEMINAR NASIONAL PAKAR 2020 BUKU I
Publisher : Lembaga Penelitian Universitas Trisakti

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25105/pakar.v0i0.6777

Abstract

Pengolahan bijih Emas dengan metode amalgamasi menggunakan Merkuri sebagai pengikat unsur Emas untuk membentuk amalgam (Au-Hg). Limbah hasil pengolahan/ tailing masih mengandung Merkuri biasanya dibuang ke aliran sungai di dekat tempat pengolahan tersebut. Merkuri memiliki berat jenis 13,6 gr/cm3 dapat terendapkan ke dalam sedimen di dasar aliran sungai. Partikel dalam sedimen sungai dapat terendapkan ketika turbulensi fluida berkurang pada suatu titik tertentu. Pengendapan Merkuri pada sedimen sungai memiliki konsentrasi yang berbeda-beda dari satu titik ke titik lainnya. Penelitian ini memberikan satu kasus keterdapatan Merkuri yang mengendap pada sedimen sungai. Konsentrasi Merkuri yang terendapkan pada sedimen sungai memiliki korelasi yang kuat dengan topografi aliran sungai, ditunjukkan hasil uji korelasi dengan nilai r2 = 0,7123 berarti faktor yang mempengaruhi penyebaran Merkuri pada sedimen dapat dijelaskan sebesar 71,23% oleh adanya topografi, sedangkan faktor lainnya yang tidak dapat dijelaskan oleh model persamaan sebesar 28,77%. Analisis regresi sederhana memberikan nilai r = 0,8439673, berarti topografi memiliki korelasi yang kuat terhadap penyebaran Merkuri pada sedimen sungai. Nilai significance F =  0,016950804, nilai significance F < 0,05, berarti topografi memiliki pengaruh terhadap penyebaran Merkuri pada sedimen sungai. Nilai P- value = 0,0052193, nilai P-value/ sig-t < 0,05, berarti topografi memiliki pengaruh terhadap penyebaran Merkuri pada sedimen sungai.
UNDANG-UNDANG NOMOR 11 TAHUN 2017 SEBAGAI UPAYA PERLINDUNGAN DAN PENYELAMATAN LINGKUNGAN TERHADAP BAHAYA MERKURI Erry Sumarjono; Lakon Utamakno
Jurnal Sumberdaya Bumi Berkelanjutan (SEMITAN) Vol 1, No 1 (2019): Prosiding
Publisher : Institut Teknologi Adhi Tama Surabaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31284/p.semitan.2019.848

Abstract

The one of dangerous heavy metal among the others that had negative effect to the environment and human’s health is Mercury. The environmental could be degradation from the quality when Mercury have got in to them and out of to the threshold value limit. Characteristics of Mercury are very dangerous, Mercury have many characteristics : toxic, persistent, bioaccumulation, and it’s could transfer from one place to far away by hydrological cycle. The administrative country boundary, geological and geographical condition could not be an effective factor to prevent the effects of Mercury. The important case that could be getting up the conscious of human is Minamata Disease. Minamata is a village in Kumamoto, Japan which there were many thousands of the victims of Mercury in 1953. P.T. Chisso Corporation, a chemical industry had gotten out the waste contained Mercury to the Minamata Bay that cause disease to the people who lived in Minamata Bay. Minamata Disease is the biggest one of environmental case in Japan, Niigata Minamata Disease was the other case. After the case of Minamata disease, The Disease that caused by Mercury was still occurring in many countries in the world, for example ; Guatemala, Rusia also Indonesia. The effect of Mercury to the environment and human is not a local or regional problem, but it is a global problem that it needed the international action to manage the Mercury. Because of the dangerous characteristic of Mercury, There are no countries could be handle by itself to protect their citizen from the negative effects of Mercury. Countries around the world must have been built cooperation among them to manage all abot Mercury (trade, mining etc) Indonesia is one of countries which sign in The Minamata Convention on Mercury in Kumamoto, Japan in October 10th 2013. Minamata Convention on Mercury is a agreement of many countries in the world to prevent and save the environmental and human health from the negative effects of Mercury. The government of Indonesia had been made the regulation to follow up the agreement, it’s Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2017. This regulation is to legitimate The Minamata Convention on Mercury and it has been the real action to prevent negative effects of Mercury. Merkuri merupakan salah satu logam berat yang sangat berbahaya bagi lingkungan dan kesehatan manusia. Merkuri yang terlepas ke dalam lingkungan, melalui proses biogeokimia dapat masuk ke dalam rantai makanan dan membahayakan kesehatan manusia. Sifat-sifat Merkuri yang dapat membahayakan lingkungan menyebabkan keberadaan Merkuri di lingkungan harus dapat dikontrol melalui upaya-upaya nyata. Merkuri bersifat toksik, persisten, bioakumulasi dan dapat berpindah dalam jarak jauh di atmosfer melalui siklus hidrologi, sehingga tidak ada batasan-batasan geografis, geologis maupun administratif yang dapat membatasi pergerakan dan perpindahan Merkuri di lingkungan. Kasus fenomenal yang memicu kesadaran manusia terhadap bahaya keracunan yang disebabkan oleh Merkuri adalah permasalahan penyakit minamata (Minamata Disease) yang menimpa penduduk kota Minamata di Kumamoto, Jepang tahun 1953. Penyakit tersebut disebabkan oleh keracunan Merkuri yang terkandung dalam limbah industri yang dibuang oleh pabrik kimia P.T. Chisso Corporation. Minamata Disease mulai dikenal dan muncul di wilayah lain yaitu Niigata Minamata Disease, kasus-kasus tersebut merupakan dua bencana polusi terbesar di Jepang.Permasalahan-permasalahan keracunan Merkuri terjadi di negara-negara lain misalnya ; Guatemala, Rusia termasuk Indonesia. Permasalahan yang ditimbulkan oleh Merkuri terhadap lingkungan bukanlah suatu permasalahan lokal ataupun regional, Merkuri merupakan permasalahan global yang memerlukan penanganan bersama dengan melakukan kerjasama secara internasional. Sifat-sifat bahaya yang dimiliki oleh Merkuri menyebabkan suatu negara tidak dapat bertindak sendiri untuk melindungi warganegaranya terhadap bahaya yang dapat ditimbulkan oleh Merkuri. Oleh Karena itu, diperlukan kerjasama antarnegara secara global untuk mengatur pengadaan, penggunaan, pengelolaan dan penanganan Merkuri. Pemerintah Indonesia merupakan salah satu negara yang ikut menandatangani Konvensi Minamata Mengenai Merkuri (Minamata Convention on Mercury) tanggal 10 Oktober 2013 di Kumamoto, Jepang. Konvensi Minamata merupakan kesepakatan negara-negara untuk melindungi dan menyelamatkan lingkungan hidup dari bahaya Merkuri. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2017 mengenai Pengesahan Minamata Convention on Mercury (Konvensi Minamata mengenai Merkuri) merupakan wujud peran aktif Pemerintah Indonesia untuk upaya perlindungan dan penyelamatan lingkungan terhadap bahaya Merkuri.
DETERMINATION OF THE QUALITY WATER SANGON RIVER THAT EFFECTED BY AMALGAMATION GOLD ORE PROCESSING IN KALIREJO KOKAP DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA Erry Sumarjono; Agung Dwi Sutrisno; Denanson Ornansah Sinaga
KURVATEK Vol 7 No 2 (2022): Energy Management and Sustainable Environment
Publisher : Institut Teknologi Nasional Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33579/krvtk.v7i2.3758

Abstract

Amalgamasi adalah salah satu metode yang dapat digunakan untuk ekstraksi emas dengan menggunakan merkuri. Merkuri merupakan logam berat yang sangat berbahaya bagi kesehatan manusia. Pembuangan limbah pengolahan bijih emas dengan menggunakan metode amalgamasi yang masih mengandung merkuri ke sungai dapat mempengaruhi kualitas air sungai tersebut. Penelitian yang dilakukan di Sungai Sangon untuk mengukur kandungan merkuri di dalam air sungai tersebut dan menentukan status mutu air sungai tersebut berdasarkan baku mutu air dalam Peraturan Pemerintah No. 82 Tahun 2001. Pengambilan sampel dilakukan di sepanjang aliran sungai pada titik SA1, SA2, SA3, SA4, SA5 dan SA6. Pengukuran kandungan merkuri dilakukan uji laboratorium dengan menggunakan metode Mercury Analyzer, LPPT Universitas Gadjah Mada. Hasil uji laboratorium menunjukkan bahwa kandungan merkuri di dalam air sungai Sangon masih jauh berada di bawah ambang batas yang ditentukan, sehingga masih aman digunakan untuk keperluan sesuai peruntukkan mutu air kela
MENGINTEGRASIKAN ASPEK SOSIAL PADA RENCANA PENUTUPAN DAN PASCA TAMBANG Agung Dwi Sutrisno; Erry Sumarjono; Anna Sikhatul Kaifiyah
KURVATEK Vol 7 No 2 (2022): Energy Management and Sustainable Environment
Publisher : Institut Teknologi Nasional Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33579/krvtk.v7i2.3775

Abstract

Penutupan tambang akan berdampak pada masyarakat sekitar, baik secara ekonomi, lingkungan maupun sosial. Terkait aspek sosial yang krusial, penelitian ini bertujuan untuk menyingkap persepsi masyarakat di sekitar lokasi pertambangan terutama dalam hal peningkatan ketrampilan bagi masyarakat sekitar sebelum tambang di tutup, sosialisasi rencana penutupan tambang dan pasca-tambang, pelibatan dalam rencana penutupan tambang dan pasca-tambang, akses terhadap modal usaha, akses terhadap fasilitas bekas tambang, dan peluang kerja pasa-tambang. Metode yang digunakan adalah kuantitatif dan dianalisis secara deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa persepsi masyarakat sekitar tambang emas PT. Aneka Tambang (Pongkor) adalah baik, sementara untuk aspek lain justru sebaliknya. Persepsi ini dipengaruhi oleh tingkat pendidikan responden. Kedepannya perlu dilakukan upaya untuk meningkatkan persepsi masyarakat sekitar dengan meningkatkan kinerja 5 aspek selainnya.
Merkuri Dalam Bijih Emas Di Dusun Sangon II Kalirejo Kokap Kulonprogo Daerah Istimewa Yogyakarta erry sumarjono
Retii Prosiding Seminar Nasional ReTII Ke-14 2019
Publisher : Institut Teknologi Nasional Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Bijih Emas yang terdapat di Dusun Sangon II, Kalirejo, Kokap, Kulonprogo telah ditambang dan diolah dengan menggunakan metode amalgamasi dari Tahun 1990 sampai dengan Tahun 2017 oleh para penambang tradisional/ Penambangan Emas Skala Kecil (PESK). Bijih Emas tersebut merupakan hasil mineralisasi mengendapnya unsur logam Emas di dalam urat-urat Kuarsa yang terkontrol oleh struktur yang berkembang di daerah tersebut berupa rekahan-rekahan/kekar. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui adanya kandungan Merkuri dalam bijih Emas dengan mengambil sampel bijih Emas yang ditambang. Sampel bijih Emas diuji dengan menggunakan Mercury Analyzer Lab 254 di Laboratorium Penelitian Dan Pengujian Terpadu (LPPT), Universitas Gadjah Mada. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat kandungan Merkuri secara alami pada bijih Emas. Kandungan Merkuri pada bijih dapat terjadi pada mineralisasi endapan hidrotermal pada tahapan epitermal, yang terjadi di dekat permukaan bumi, sehingga dapat disimpulkan bahwa bijih Emas yang terdapat di daerah penelitian merupakan hasil dari proses pengendapan logam pada larutan hidrotermal pada tahapan epitermal. Kandungan Merkuri yang terdapat pada bijih Emas secara alami dapat mempengaruhi keterdapatan logam berat Merkuri di lingkungan hidup daerah penelitian.
Analisis Upaya Pengurangan Tingkat Getaran Tanah (ground vibration) Akibat Kegiatan Peledakan di Pit TSBC Tambang Air Laya Terhadap Perumahan Karyawan PT Bukit Asam Tbk.Tanjung Enim Sumatera Selatan M. Aldi Rizandi; Ag. Isjudarto; Erry Sumarjono
Retii 2022: Prosiding Seminar Nasional ReTII ke-17
Publisher : Institut Teknologi Nasional Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

PT. Bukit Asam Tbk merupakan salah satu perusahaan tambang batubara yang wilayah penambangannya terletak di Tanjung Enim, Sumatera Selatan. Kegiatan penambangan yang terjadi di PT. Bukit Asam Tbk terdiri dari penyelidikan umum, pembersihan area, pengeboran, peledakan, pemuatan serta pengangkutan bahan galian. Sistem penambangan yang digunakan di Pit Tambang Air Laya yaitu sistem tambang terbuka (Surface Mininng) dan metode open pit mining dengan kegiatan. Tujuan dalam penelitian ini yaitu untuk mengetahui dampak dari adanya peledakan dan p e n g u r a n g a n tingkat getaran tanah yang membahayakan struktur bangunan serta aktivitas karyawan yang berada di lokasi sekitar. Metode menggunakan pendekatan analisis hubungan antara sekala distance dan ppv. Hasil penelitian ini yaitu terdapat Peak partikel Velocity berada di bawah rekomendasi dari SNI 7471:2010 dan juga rekomendasi dari pihak perusahaan yaitu 3 mm/s. Faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat getaran tanah anatara lain jumlah isian muatan peledak dan jarak pengukuran dari lokasi peledakan, Rekomendasi untuk mendapatkan nilai ppv dibawah standar ataupun sesuai dengan rancangan yang ingin di buat yaitu di bawah 0,766 mm/s. dengan hasil yang di dapatkan dari hubungan antara sd dan ppv getaran untuk mendapatkan nilai konstanta dan eksponen yang di perlukan dalam memprediksi isian muatan bahan peledak anfo yang digunakan pada peledakan selanjutny. Maka, rancanangan peledakan nilai yang di dapat pada jarak 1100 m dengan isian 40-45 kg ANFO, .isian peledakan yang optimal untuk ppv di bawah 0,766 mm/s pada jarak 1200 m adalah 40-50kg ANFO, bahan isian yang optimal untuk ppv 0,766 mm/s pada jarak 1300 m adalah 40-60 kg dan bahan isian yang optimal untuk ppv 0,766 mm/s pada jarak 1400 m adalah 40-70 kg.
SIZE DISTRIBUTION OF JAW CRUSHER CRUSHING PRODUCTS FOR ROUNDED MATERIAL Sumarjono, Erry; Misdiyanta, Partama; Fahrudinoor
KURVATEK Vol 9 No 1 (2024): Energy Management and Sustainable Environment
Publisher : Institut Teknologi Nasional Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Abstract — Crushing is one of stage material size reduction in mineral processing. Jaw Crusher is one of the equipment that used to reduction size material and it’s generally used in primary crushing. Feed of crushing is come from mined material (Run of Mine-ROM) that have various shapes like very rounded, rounded, angular etc. Rounded material is one of them. The aim of this research is to calculate the size distribution and the pattern of size distribution product of crushing for rounded material. The equipment of crushing in this research was used Jaw Crusher in Mineral Processing Laboratory, Institut Teknologi Nasional Yogyakarta which 30 samples material. The same pattern of size distribution was obtained from the +4#, -4#+10#, -10#+20#, -20#+40#, -40#+60#, -60#+100#, -100#+200# dan -200# product size distribution. The biggest amount of size distribution was obtained in 4#. Limiting Reduction Ratio (LRR) were distributed in range 4-6. Losses percentage (% losses) of material crushing were less than 10%. Keywords: Crushing, limiting reduction ratio, losses, mineral processing, primary