Claim Missing Document
Check
Articles

Found 5 Documents
Search
Journal : Media Akuakultur

DESAIN, TATA LETAK, DAN KONSTRUKSI TAMBAK Akhmad Mustafa
Media Akuakultur Vol 3, No 2 (2008): (Desember 2008)
Publisher : Pusat Riset Perikanan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1124.947 KB) | DOI: 10.15578/ma.3.2.2008.166-174

Abstract

Komoditas yang umum dibudidayakan di tambak Indonesia adalah udang dan ikan bandeng yang menjadi komoditas unggulan untuk dikembangkan. Salah satu faktor penting yang sangat menentukan keberhasilan usaha budidaya tambak adalah rekayasa tambak yang mencakup disain, tata letak, dan konstruksi tambak. Secara umum, desain petakan tambak merupakan perencanaan bentuk tambak yang meliputi: ukuran panjang dan lebar petakan, kedalaman, ukuran pematang, ukuran berm, dan ukuran saluran keliling, serta ukuran dan letak pintu air. Tata letak suatu unit tambak harus memenuhi tujuan seperti: menjamin kelancaran mobilitas operasional sehari-hari, menjamin kelancaran dan keamanan pasok air, serta pembuangannya, dapat menekan biaya konstruksi tanpa mengurangi fungsi teknis dari unit tambak yang dibangun dan mempertahankan kelestarian lingkungan. Konstruksi tambak yang menggambarkan proses pengerjaan tambak harus disesuaikan dengan desain dan tata letak yang telah ada. Rekayasa tambak diarahkan pada kemampuan untuk menciptakan kondisi yang sesuai dengan keadaan alami yang dituntut oleh organisme akuatik yang dibudidayakan sehingga produktivitas tambak meningkat, efisien secara ekonomis, dan berkelanjutan.
PENENTUAN LUAS, POTENSI DAN KESESUAIAN LAHAN TAMBAK DI SULAWESI SELATAN MELALUI PEMANFAATAN DATA SATELIT PENGINDERAAN JAUH Akhmad Mustafa; Tarunamulia Tarunamulia
Media Akuakultur Vol 4, No 1 (2009): (Desember 2009)
Publisher : Pusat Riset Perikanan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (459.576 KB) | DOI: 10.15578/ma.4.1.2009.93-103

Abstract

Sulawesi Selatan merupakan salah satu sentra produksi budidaya tambak dan memiliki tambak terluas di Indonesia. Selain itu, Sulawesi Selatan juga masih memiliki potensi lahan untuk pengembangannya. Sejak beberapa tahun terakhir, Balai Riset Perikanan Budidaya Air Payau telah melaksanakan berbagai kegiatan yang terkait dengan sumberdaya lahan tambak dalam upaya peningkatan produktivitas tambak yang berkelanjutan. Hasil analisis data citra satelit penginderaan jauh (inderaja) dan atau radar yang dikombinasikan dengan sistem informasi geografis telah dimanfaatkan dalam kegiatan yang berhubungan dengan sumberdaya lahan untuk budidaya tambak. Data ini dimanfaatkan dalam penentuan luas lahan tambak yang ada, potensial lahan tambak dan kesesuaiannya di beberapa kabupaten di Sulawesi Selatan.
HUBUNGAN ANTARA FAKTOR LINGKUNGAN DENGAN PRODUKTIVITAS TAMBAK UNTUK RUMPUT LAUT (Gracilaria verrucosa) DI PANTAI TIMUR PROVINSI SULAWESI SELATAN Akhmad Mustafa
Media Akuakultur Vol 5, No 1 (2010): (Juni 2010)
Publisher : Pusat Riset Perikanan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1093.966 KB) | DOI: 10.15578/ma.5.1.2010.38-46

Abstract

Di pantai Timur Provinsi Sulawesi Selatan dijumpai tambak yang lebih luas dibandingkan dengan tambak di pantai Barat dan pantai Selatan. Tambak di pantai timur Sulawesi Selatan umumnya digunakan untuk budidaya rumput laut (Gracilaria verrucosa) dengan kualitas dan kuantitas produksi yang tergolong tinggi. Informasi mengenai hubungan antara faktor lingkungan tambak (kualitas tanah dan kualitas air) dengan produktivitas tambak untuk budidaya rumput laut di pantai Timur Sulawesi Selatan menjadi pokok bahasan dalam tulisan ini. Produktivitas tambak untuk rumput laut di pantai Timur Sulawesi Selatan berkisar antara 150 dan 40.909 dengan rata-rata 7.187 kg kering/ha/tahun. Produktivitas tambak untuk rumput laut yang lebih tinggi di pantai Timur Sulawesi Selatan didapatkan pada tanah dengan pHF lebih besar 6,5; pHFOX lebih besar 4,0; pHF-pHFOX kurang dari 2,5; dan SPOS kurang dari 1,00%. Kandungan Fe tanah yang melebihi 5.000 mg/L dan Al yang melebihi 490 mg/L menyebabkan penurunan produktivitas tambak untuk rumput laut. Peningkatan kandungan PO4 tanah lebih besar dari 6,0 mg/L dapat meningkatkan produktivitas tambak untuk rumput laut secara nyata. Produktivitas tambak untuk rumput laut tertinggi didapatkan pada salinitas 25,6 ppt dan oksigen terlarut 8,39 mg/L dan tumbuh baik pada kisaran pH antara 6,00 dan 9,32; suhu antara 26,00°C dan 37,86°C; fosfat lebih besar 0,1000 mg/L; dan besi kurang dari 0,1000 mg/L di pantai Timur Sulawesi Selatan.
KERAGAAN BUDIDAYA TAMBAK DI SULAWESI SELATAN DENGAN MENGGUNAKAN DATA SENSUS Akhmad Mustafa; Irmawati Sapo; Mudian Paena
Media Akuakultur Vol 5, No 2 (2010): (Desember 2010)
Publisher : Pusat Riset Perikanan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1726.134 KB) | DOI: 10.15578/ma.5.2.2010.153-161

Abstract

Data sensus yang runut waktu dari perikanan budidaya tambak telah tersedia yang diharapkan dapat digunakan semaksimal mungkin agar dapat memberikan informasi yang maksimal pula. Oleh karena itu, dilakukan suatu kegiatan yang memanfaatkan data runut waktu dari perikanan budidaya tambak di Sulawesi Selatan untuk menginformasikan keragaan budidaya tambak termasuk daya dukung ekonomis tambak. Data yang digunakan adalah data yang berasal dari Laporan Statistik Perikanan Sulawesi Selatan dari tahun 1985 sampai 2004. Keragaan budidaya tambak yang diinformasikan meliputi: perubahan luas, produksi dan produktivitas tambak pada tiga pantai yang berbeda di Sulawesi Selatan serta produksi berdasarkan kelompok komoditas. Analisis daya dukung ekonomis tambak ditentukan dengan metode analisis regresi polinomial. Hasil kegiatan ini menunjukkan bahwa luas tambak di Sulawesi Selatan (termasuk Sulawesi Barat) meningkat dari 64.741 ha pada tahun 1985 menjadi 111.425 ha pada tahun 2004. Produksi total tambak tertinggi pada tahun 1985 didapatkan di pantai barat yang mencapai 26.323,9 ton yang didominasi oleh ikan dan pada tahun 2004 didapatkan di pantai timur yang mencapai 66.294,1 ton yang didominasi oleh rumput laut. Produktivitas tambak tertinggi pada tahun 1985 didapatkan di pantai barat yaitu 772,2 kg/ha/tahun dan pada tahun 2004 didapatkan di pantai timur yaitu 7.127,6 kg/ha/tahun. Lahan Kabupaten Pinrang yang merupakan sentra produksi tambak di Sulawesi Selatan, hanya bisa mendukung luas total tambak sekitar 13.136 ha dan daya dukung ekonomis tambak hanya bisa memproduksi udang dan ikan sekitar 1.286 kg/ha/tahun.
PELESTARIAN SUMBER DAYA TERIPANG MELALUI RESTOCKING DAN BUDI DAYA DI SULAWESI SELATAN Abdul Malik Tangko; Akhmad Mustafa
Media Akuakultur Vol 3, No 1 (2008): (Juni 2008)
Publisher : Pusat Riset Perikanan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (953.728 KB) | DOI: 10.15578/ma.3.1.2008.70-76

Abstract

Teripang pasir (Holothuria scabra) merupakan salah satu komoditas ekspor dari sektor perikanan yang sudah menurun produksi dan kelestarian sumber dayanya. Hal ini ditandai semakin kurangnya hasil tangkapan dan semakin kecilnya ukuran teripang yang tertangkap. Untuk meningkatkan produksi dan mempertahankan kelestariannya, perlu dilakukan upaya restocking dan budidaya di tambak. Restocking dilakukan dengan menebar benih teripang dari panti benih ke perairan dengan tujuan untuk memperkaya stok populasi teripang tersebut, sedangkan budidaya teripang di tambak, seperti di tambak tanah sulfat masam yang berasosiasi tanah gambut adalah selain bertujuan untuk meningkatkan produksi teripang, juga untuk meningkatkan produktivitas tambak tersebut yang selama ini kurang dimanfaatkan oleh pemiliknya oleh karena tingkat produktivitasnya sangat rendah bila digunakan untuk budidaya udang. Padahal jenis tambak semacam ini cukup luas di Sulawesi Selatan. Dasar pertimbangan untuk pengembangan budidaya teripang pasir di tambak sulfat masam yang berasosiasi tanah gambut adalah hasil temuan di lapangan di mana teripang pasir yang terikut pada saat panen ikan bandeng dan rumput laut mencapai bobot 300--500 g/ekor. Untuk keberhasilan budidaya teripang pasir di tambak tersebut teknik budidaya yang diaplikasikan antara lain padat penebaran 3--5 ekor/m2, pemberian pakan berupa klekap, dedak halus dicampur kotoran ayam dengan dosis dari bobot total biomassa di samping melakukan pemupukan awal dan susulan untuk menumbuhkan pakan alami berupa klekap dan plankton yang merupakan makanan utama bagi teripang. Untuk menjaga kestabilan kualitas air selama pemeliharan dilakukan penggantian air secara teratur mengikuti pola pasang surut.