Claim Missing Document
Check
Articles

Found 4 Documents
Search

ANALISIS KEAKTIFAN PENGELOLAAN HUTAN KEMASYARAKATAN DI AREAL HKM BANGKENG BUKIT DI DESA BONTONYELENG, KECAMATAN GANTARANG, KABUPATEN BULUKUMBA Yusran Yusran; Muhammad Alif K Sahide; Adrayanti Sabar; Asfar Mirna
Journal of Forest Science Avicennia Vol. 2 No. 1 (2019): FEBRUARI
Publisher : Universitas Muhammadiyah Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22219/avicennia.v2i1.7809

Abstract

Community forest is a forest management concept that is for poor citizens who live in and around a forest area and rely their lives on the use of forest resources, IUPHKm which is forest farmer groups of Bukit Indah in Bontonyeleng village, Gantarang district, Bulukumba regency. After running five years, the monitoring of the implementation of the Community forest General Plan document is necessary in terms of institutional and business management aspects. To assess whether community forest management is truly active management or hollow management, it is analyzed by comparing management planning and its implementation on production component, distribution, and institution aspects with obeservation method, interview and document analysis so that the management of HKm Bukit Bangkeng is categorized as active forest management due to the implementation of activity the dominant field that has been done. 
Pendampingan Pembuatan Tanaman Obat Keluarga (TOGA) dan Edukasi Pengolahan Tanaman Obat yang Telah Ditanam pada Areal Hutan Kemasyarakatan (HKm) KTH Buntu Lumu Lestari Adrayanti Sabar; Kadek Ardayanti
Jurnal Pengabdian Masyarakat Aufa (JPMA) Vol 4 No 3 (2022): Vol. 4 No. 3 Desember 2022
Publisher : Universitas Aufa Royhan Di Kota Padangsidipuan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.51933/jpma.v4i3.878

Abstract

Masyarakat yang tinggal di sekitar wilayah hutan kemasyarakatan (HKm) KTH Buntu Lumu Lestari belum memiliki tanaman obat keluarga (TOGA), padahal keberadaan TOGA sangat penting untuk menjaga kesehatan masyarakat. Kegiatan ini bertujuan untuk membantu memberi pengetahuan kepada masyarakat mengenai pentingnya pembuatan tanaman obat keluarga (TOGA), dan tanaman berkhasiat obat yang dapat ditanam di halaman rumah, serta dapat dimanfaatkan untuk menjaga kesehatan keluarga. Bahan yang dibutuhkan dalam pelaksanaan kegiatan ini adalah tanaman obat seperti jahe, kunyit, kencur, lidah buaya, dan sosor bebek. Pembuatan tanaman obat keluarga (TOGA) dilakukan di halaman sekretariat kelompok tani hutan (KTH) Buntu Lumu Lestari di Dusun Mess, Desa Lauwo, Kecamatan Burau bersama masyarakat, dan memberikan edukasi cara pengolahan tanaman obat seperti jahe, kunyit, kencur, lidah buaya, dan sosor bebek kepada masyarakat, serta mempraktekkan contoh cara pengolahan jahe sebagai obat batuk kepada masyarakat. Hasil dari pelaksanaan kegiatan ini adalah adanya TOGA yang dapat dimanfaatkan oleh masyarakat, dan masyarakat menjadi tahu pentingnya membuat tanaman obat keluarga (TOGA), serta masyarakat menjadi tahu tanaman obat yang dapat ditanam di halaman rumah yang dapat dimanfaatkan sebagai alternatif untuk menjaga kesehatan keluarga.
ANALISIS STRATEGI PENGHIDUPAN BERKELANJUTAN PETANI ROTAN KELOMPOK TANI HUTAN MELI PADA AREAL HUTAN KEMASYARAKATAN (HKM) DI DESA MELI KECAMATAN BAEBUNTA KABUPATEN LUWU UTARA Adrayanti Sabar; Ridwan Ridwan; Megi Toto
Tengkawang : Jurnal Ilmu Kehutanan Vol 13, No 2 (2023): TENGKAWANG : JURNAL ILMU KEHUTANAN
Publisher : Universitas Tanjungpura

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26418/jt.v13i2.73888

Abstract

Meli Village is a village famous for its rattan production in Baebunta District, North Luwu Regency. This village, which is located in the highlands, has a population of 1,771 people, many of whom work as farmers. Unfortunately, Meli Village is facing the impact of flash floods, especially from the Radda River, which causes significant damage and social changes for its residents. The majority of Meli residents only have elementary, middle and high school education, making it difficult to recover from the economic impact of this natural disaster. Efforts to reduce damage need to implement strategies for their livelihoods. Livelihood strategies describe the efforts made by the community to achieve an adequate livelihood. The aim of this research is to analyze rattan farmers' strategies for the level of livelihood sustainability and survival of living capital for rattan farmers in Meli Village, Baebunta District, North Luwu Regency. The analysis method for each table uses descriptive statistics. The population in this research was carried out using a purposive sampling technique of 20 rattan farmers belonging to the Meli Forest Farmers Group, data was collected through observation and interviews. The results of the research show that the level of sustainability of rattan farmers' livelihood capital is obtained in the form of the highest capital, namely physical capital with a value of 2.6 and the lowest capital in the form of human capital with a value of 1.9. developing a rattan business, then applying these skills to increase income by reaching a wider market and minimizing expenses.Keywords: livelihood capital, rattan farmers, Meli VillageAbstrakDesa Meli merupakan desa yang terkenal dengan produksi rotannya di Kecamatan Baebunta, Kabupaten Luwu Utara. Desa yang terletak di dataran tinggi ini berpenduduk 1.771 jiwa dan banyak di antaranya berprofesi sebagai petani. Sayangnya, Desa Meli menghadapi dampak bencana banjir bandang terutama dari Sungai Radda yang menyebabkan kerusakan signifikan dan perubahan sosial bagi warganya. Mayoritas penduduk desa hanya mengenyam pendidikan SD, SMP, dan SMA sehingga sulit untuk bangkit kembali dari dampak ekonomi akibat bencana alam ini. Karenanya diperlukan strategi penghidupan sebagai usaha untuk mengurangi dampak kerusakan dan untuk mencapai penghidupan yang memadai. Tujuan dari penelitian ini yaitu menganalisis strategi petani rotan terhadap tingkat keberlanjutan mata pencaharian dan keberlangsungan modal hidup petani rotan di Desa Meli. Metode analisis untuk setiap tabel digunakan statistik deskriptif. Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik purposive sampling dan mendapatkan sampel sebanyak 20 orang petani rotan yang termasuk dalam Kelompok Tani Hutan Meli. Data dikumpul melalui observasi serta wawancara. Hasil penelitian menunjukkan tingkat keberlanjutan modal penghidupan petani rotan diperoleh berupa modal tertinggi yaitu modal fisik dengan nilai 2,6 dan modal terendah berupa modal manusia dengan nilai 1,9 dan rekomendasi strategi penghidupan petani rotan yaitu mengikuti pelatihan untuk meningkatkan keterampilan dalam melakukan pemanenan rotan, meningkatkan pengembangan usaha rotan, kemuidan mengaplikasikan keterampilan tersebut untuk meningkatkan penghasilan dengan menjangkau pasar yang lebih luas dan meminimalisir pengeluaran.Kata kunci: modal penghidupan, petani rotan, desa Meli
Pengenalan Potensi Tanaman Murbei Sebagai Pakan Ternak di Desa Timpuseng Kabupaten Maros Sulawesi Selatan Andi Sadapotto; Syamsul Alam; Adrayanti Sabar; Syamsuddin Millang; Yusran Yusuf; Makkarennu Makkarennu; Andang Suryana Soma; Muhammad Alif K Sahide; Emban Ibnurusyid Mas’ud; Andi Prastiyo; Nurfadilah Latif
Jurnal Pengabdian Masyarakat Sapangambei Manoktok Hitei Vol. 5 No. 1 (2025): Jurnal Pengabdian Masyarakat SAPANGAMBEI MANOKTOK HITEI
Publisher : Universitas

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36985/q4pgrv61

Abstract

Desa Timpuseng, Kecamatan Camba, Kabupaten Maros, memiliki potensi besar dalam pengembangan murbei (Morus sp.) sebagai pakan ternak. Pemanfaatan murbei dianggap sebagai solusi inovatif untuk memenuhi kebutuhan pakan ternak berkualitas, khususnya di daerah dengan musim kemarau yang panjang. Tujuan kegiatan ini yaitu untuk mengoptimalkan potensi tanaman murbei sebagai pakan alternatif ternak di Desa Timpuseng. Metode kegiatan ini melalui pendekatan holistik, yaitu pemberian materi, penyebaran kuesioner untuk menggali pengetahuan petani tentang budidaya murbei, serta pembagian bibit murbei kepada kelompok tani hutan (KTH) Mekar, Desa Timpuseng. Hasil post test yang dilakukan pada beberapa petani menunjukkan bahwa sebagian besar petani (70%) masih menggunakan metode pribadi dalam menanam murbei, yang menunjukkan inisiatif lokal yang kuat meski belum mengacu pada teknik budidaya yang modern. Sebanyak 90% petani memperoleh bibit murbei melalui stek, metode yang murah dan mudah dilakukan, sementara 60% petani menanam murbei di lokasi strategis dekat area pemberian pakan ternak. Data ini mencerminkan kesadaran petani akan pentingnya efisiensi dalam pengelolaan lahan. Keberhasilan program ini juga terlihat dari prediksi tingkat keberhasilan penanaman, di mana 80% bibit murbei yang diberikan tumbuh dengan baik. Hasil yang dicapai bahwa tanaman murbei terbukti menjadi alternatif pakan yang ekonomis, kaya nutrisi, dan berkelanjutan bagi petani. Selain itu, program ini diharapkan mampu meningkatkan produktivitas ternak secara signifikan, mendukung kesejahteraan petani, dan menjadi model pengelolaan pakan berbasis lokal yang dapat direplikasi di daerah lain