Claim Missing Document
Check
Articles

Found 11 Documents
Search

Sericulture has been long time in South Sulawesi become one of agriculture activities.  Silk clothes is a tradition in South Sulawesi culture.  South Sulawesi is the main producer of cocoon and raw silk in Indonesia.  In recent years, the production of cocoon and raw silk was decreasing because of many factors, while demand of raw silk for weaving industry was increasing.  The purpose of this study are to find the relation among institution, conduct and performance of sericulture activity, to fi Andi Sadapotto; Hariadi Kartodihardjo; Hermanu Triwidodo; Dudung Darusman; Mappatoba Sila
Forum Pasca Sarjana Vol. 33 No. 2 (2010): Forum Pascasarjana
Publisher : Forum Pasca Sarjana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Sericulture has been long time in South Sulawesi become one of agriculture activities.  Silk clothes is a tradition in South Sulawesi culture.  South Sulawesi is the main producer of cocoon and raw silk in Indonesia.  In recent years, the production of cocoon and raw silk was decreasing because of many factors, while demand of raw silk for weaving industry was increasing.  The purpose of this study are to find the relation among institution, conduct and performance of sericulture activity, to find institutional arrangement of sericulture, to find incentive that can improve efficiency and performance of sericulture.  The study was carried out in Enrekang and Soppeng of South Sulawesi and Luoding City of Guangdong Province, China.  Data were collected using structured interviews, direct observation and documentations.  The sample was consisted of 84 farmers, 3 civil servants, 2 sericulture experts, 2 egg producers,  drawn using combination of random sampling and purposive sampling.  The result of the study show that the difference in performance of sericulture in South Sulawesi and Guangdong because the difference in contract agreement between farmer and cocoon buyer, which make the the conduct of the farmer in Guangdong more consistent in their farming.  Sericulture in South Sulawesi need to arrange their economic institution to improve their performance.   Key words: institutional arrangement, sericulture, performance, South Sulawesi
PROSES KEBIJAKAN PERSUTERAAN ALAM DI SULAWESI SELATAN Andi Sadapotto
PERENNIAL Vol. 8 No. 1 (2012)
Publisher : Forestry Faculty of Universitas Hasanuddin

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24259/perennial.v8i1.207

Abstract

Production of cocoon and raw silk in South Sulawesi have decreased in recent years. One of the problem is misleading policy formulation and implementation. The purpose of this studies is to know the policy of sericulture that have implemented in South Sulawesi. The method of analyses are discourse analysis/narrative, actors/network, and politics/interest. The result indicated that three factors ie. narrative, actors and interests among stakeholder in sericulture development disturb the policy implementation so it wouldn’t achieve the goal. Incorrect problem formulation also disrupt the sericulture development so it didn’t increase cocoon and raw silk production in South Sulawesi. Key words: policy, process, sericulture, South Sulawesi
KEANEKARAGAMAN SERANGGA AIR DAN BIOMONITORING BERBASIS INDEKS FAMILI BIOTIK Sitti Nuraeni; Asma'ul Khusna HM; Andi Sadapotto
Jurnal Penelitian Hutan dan Konservasi Alam Vol 16, No 2 (2019): Jurnal Penelitian Hutan dan Konservasi Alam
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Hutan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20886/jphka.2019.16.2.147-157

Abstract

Sungai Salima terletak di Hutan Pendidikan Universitas Hasanuddin selalu terbuka untuk tujuan pendidikan, riset dan teknologi dan juga terbuka bagi masyarakat di sekitarnya. Berbagai aktivitas masyarakat di sekitar hutan pendidikan tersebut dikhawatirkan dapat mengubah kualitas ekosistem sungai atau dapat menjadi gangguan yang bersifat antropogenik. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keanekaragaman serangga akuatik dan menilai kualitas perairan berdasarkan famili sebagai indikator dalam biomonitoring. Penelitian dan pengambilan sampel dilakukan pada bagian hulu, tengah dan hilir Sungai Salima. Sampel serangga akuatik yang dikumpulkan diidentifikasi dan dianalisis. Pengamatan keanekaragaman, kekayaan dan kualitas air dilakukan dengan menggunakan metode indeks Shannon-Wiener (H’) dan Hilsenhoff Family Biotic Index (HFBI). Indeks keanekaragaman serangga aquatik Sungai Salima dari hulu sampai hilir berkisar 2,04 - 1,11 (kategori sedang). Indeks kekayaan pada bagian hulu 1,05 tergolong kategori sedang dan pada bagian tengah sampai hilir masing-masing 0,61 dan 0,40 tergolong kategori rendah. Kualitas perairan Sungai Salima pada bagian hulu masih sangat baik (Nilai HFBI 3), sedangkan bagian tengah dan hilir termasuk kategori baik (nilai HFBI 4). Hasil penelitian ini akan menjadi data awal untuk penilaian perubahan lingkungan dari waktu ke waktu pada lokasi yang sama dan dapat digunakan untuk menilai implikasi atas akses yang berlebihan oleh masyarakat pada pemanfaatan hutan pendidikan.
Peningkatan Kapasitas Meliponikultur dengan Pengayaan Pakan Lebah Madu di Kelurahan Kahu Kecamatan Bontocani Kabupaten Bone Sitti Nuraeni; Budiaman Budiaman; Andi Sadapotto; Baharuddin Baharuddin; Marwan Rajab; Andi Prastiyo
Jurnal Gema Ngabdi Vol. 3 No. 3 (2021): JURNAL GEMA NGABDI
Publisher : Universitas Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29303/jgn.v3i3.150

Abstract

The purpose of this community service program is to provide knowledge about the importance of forests, woody forage plants and enrichment of feed types around meliponiculture farmer groups. The methods used in this activity as part of the mentoring are pre-tests, lectures, video screenings, discussions about knowledge of forest bee hunting, trigona beekeeping and the importance of forests and bee feed. The next activity was the distribution of flowering tree seedlings and visits to the meliponiculture location for farmer groups. The result of this community service activity is that the community in Kahu Village can develop knowledge about the material presented by seeing the enthusiasm and appreciation of the participants or members of the farmer groups who participated in the many questions during the discussion. Receipt of plant and tree seeds that are distributed immediately to the plant and group reception during visits to their meliponiculture area. Awareness of planting various types of vegetation and maintaining forests is an important factor for the stability of colony strength and can even increase the beekeeping productivity of all types of bees in Kahu Village, Bontocani District and its surroundings. Assistance from various parties is needed in order to increase the productivity of honey bee cultivation in Kahu Village, Bontocani District.  
Sosialisasi Pembentukan Kelompok Tani Perempuan; Bentuk Integrasi KKN Dengan Pembangunan Desa Di Kecamatan Rumbia Kabupaten Jeneponto Andi Sadapotto; Awaluddin Awaluddin; Zulkifli Djafar
Jurnal Pengabdian Masyarakat Hasanuddin (JPMH) Vol. 1 No.1 2020: Maret
Publisher : Universitas Hasanuddin

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (280.869 KB) | DOI: 10.20956/jpmh.v1i1.9580

Abstract

Kegiatan KKN Tematik Desa Membangun adalah kegiatan KKN yang mengintegrasikan kegiatan Kuliah Kerja Nyata oleh mahasiswa dengan penyelenggaraan pemerintahan desa. Program kerja yang dilaksanakan oleh mahasiswa KKN sinkron dengan program yang sudah direncanakan oleh pemerintah desa. Manfaat dari kegiatan KKN Tematik adalah terselenggaranya program pemerintah desa yang sudah direncanakan dalam RPJMDes dan yang ada di RKPDes. Program kerja berupa pendampingan, penyuluhan, sosialisasi, pendataan, penyelenggaraan. Salahsatu program kerja yang dilaksanakan adalah sosialisasi pembentukan kelompok tani perempuan. Tujuan utama dari program ini adalah Memberikan pengetahuan kepada ibu-ibu akan pentingnya kesetaraan gender dan meningkatkan pendapatan desa. Kata Kunci : KKN Tematik Desa Membangun, Integrasi, Pembangunan Desa.
Commoning the State Forest: Crafting Commons through an Indonesian Social Forestry Program Haudec Herrawan; Nurhady Sirimorok; Munajat Nursaputra; Emban Ibnurusyd Mas'ud; Fatwa Faturachmat; Andi Sadapotto; Supratman Supratman; Yusran Yusran; Muhammad Alif K. Sahide
Forest and Society Vol. 6 No. 1 (2022): APRIL
Publisher : Forestry Faculty, Universitas Hasanuddin

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24259/fs.v6i1.10680

Abstract

Studies of the commons grew out of responses to Hardin's bleak prediction of “tragedy of the commons,” that without state intervention or privatization, any commons will eventually be destroyed by allegedly self-interested users. As such, the commons studies traditionally tend to demonstrate cases where common pool resources (CPR) can be sustainably managed by groups of people beyond the state and market interventions. This paper shows a case from Sulawesi, Indonesia, where a state social forestry program can create a space for the program beneficiaries to build a commons. Through fieldwork that involves participant observation and in-depth interviews with program extension workers and beneficiaries in two social forestry farmer groups, this study found that the program can stimulate beneficiary groups to build collective action in managing the state forest plots admitted to them and that the two groups are the only successful ones among 14 neighboring groups that are involved in the same program. The study also shows that the management of the state-sponsored commons requires extension workers with deep knowledge about local people and landscape, economic incentives, and the flexibility of the local state agency in bending the rules based on bottom-up demands. Therefore, the case study shows that, on the one hand, the state program can actually stimulate the creation of the commons. On the other hand, commoning seems to be the only way to ensure a successful social forestry program.    
PEMBUATAN PETA ANDIL GARAPAN KELOMPOK TANI HUTAN ONGKOE KELURAHAN LOMPO RIAJA, KECAMATAN TANETE RIAJA, KABUPATEN BARRU Andi Sadapotto; Haidir Jibran; Irfan Hakim Maridi; Hasmawati Hasmawati; Amanda Putri s; Dhea Rizky Malinda; Denaya Mutiara Salsa; Dila Amelia Putri; Vanessa J.A. Pandelaki
Jurnal Pengabdian Masyarakat Hasanuddin (JPMH) Vol 4 No 2 (2023)
Publisher : Universitas Hasanuddin

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Program Perhutanan Sosial dengan skema Hutan Kemasyarakatan membutuhkan penataan areal dalam bentuk pembagian andil lahan garapan bagi anggota kelompok. Untuk itu dilakukan pemetaan lokasi pembagian andil lahan garapan. Lokasi pemetaan merupakan area Kawasan Hutan Kemasyarakatan Kelompok Tani Hutan Ongkoe Kelurahan Lompo Riaja, Kecamatan Tanete Riaja, Kabupaten Barru. Pemetaan ini dilakukan menggunakan perangkat lunak sistem informasi geografis, dengan data titik koordinat hasil pengukuran langsung yang dilakukan di area HKm selama sembilan hari pada bulan Juli dan Agustus 2023. Pembuatan peta ini merupakan salah satu bentuk pengabdian kepada masyarakat dengan membantu kelompok tani hutan dalam melaksanakan penggarapan terhadap lahan yang telah diberikan hak pengelolaannya berdasarkan Surat Keputusan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia Nomor: SK.7617/MENLHK-PSKL/PKPS/PSL.0/9/2022 tanggal 30 September 2022. Luaran dari kegiatan ini adalah peta yang menegaskan 114 lahan andil garapan.
KONSERVASI LEBAH HUTAN MELALUI SOSIALISASI TEKNIK BERBURU DI DESA CENRANA BARU DAN ROMPEGADING KABUPATEN MAROS Sitti Nuraeni; A Sadapotto; Budiaman Budiaman; Marwan Rajab; Andi Prastiyo; Silvajayanti Silvajayanti; Andi Khairana
BUDIMAS : JURNAL PENGABDIAN MASYARAKAT Vol 4, No 2 (2022): BUDIMAS : VOL. 04 NO. 02, 2022
Publisher : LPPM ITB AAS Indonesia Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29040/budimas.v4i2.6726

Abstract

Hutan dan lebah hutan memiliki arti penting bagi kehidupan masyarakat terutama yang berdiam di dalam dan di sekitar hutan. Pengabdian kepada masyarakat ini dilaksanakan pada dua desa yaitu Desa Rompegading dan Desa Cenrana Baru. Desa Rompegading merupakan desa yang masuk dalam zona penyangga di dalam dan di sekitar Kawasan Hutan Dengan Tujuan Khusus (KHDTK), Hutan Pendidikan Universitas Hasanuddin. Desa Cenrana Baru masuk dalam Kawasan Pengelolaan Hutan (KPH) Bulusaraung. Hasil kuesioner, wawancara, diskusi dan pengamatan langsung tentang kebiasaan berburu dan memanen madu lebah hutan yang menunjukkan teknik berburu yang tidak ramah lingkungan dan memanen madu yang tidak lestari. Pengabdian ini dilakukan dalam bentuk sosialisasi dan workshop untuk memberikan pemahaman konservasi lebah dan hutan dengan tetap mendapatkan manfaat dengan tidak mengabaikan kelestariannya. Setiap tahapan kegiatan telah dilaksanakan dengan baik dan didukung partisipasi masyarakat mitra yang tinggi. Kebiasaan lama berburu dan panen madu hutan yang sudah lama dipraktikkan membutuhkan waktu untuk berubah dan upaya pendampingan.
Edukasi Teknik Berburu Lebah Hutan yang Berkelanjutan dan Pengenalan Teknologi Tikung di Desa Tapporang Kabupaten Pinrang, Sulawesi Selatan, Indonesia Sitti Nuraeni; Andi Sadapotto; Baharuddin Baharuddin; Andi Prastiyo; Aldi Aldi; Nurfadilah Latif
Jurnal Abdi Masyarakat Indonesia Vol 4 No 4 (2024): JAMSI - Juli 2024
Publisher : CV Firmos

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.54082/jamsi.1216

Abstract

Desa Tapporang di Kabupaten Pinrang memiliki potensi besar dalam pemanfaatan lebah hutan sebagai hasil hutan bukan kayu (HHBK). Namun, permasalahan yang ditemukan adalah adanya praktik berburu dan teknik panen madu yang tidak berkelanjutan dapat mengancam kelestarian lebah hutan endemik Sulawesi (Apis binghamii) dan meningkatkan resiko kebakaran hutan. Kebiasaan berburu dan pemanenan masih menggunakan cara pengasapan dan memanjat pohon yang tinggi serta panen dengan mengambil semua bagian sarang. Kegiatan pengabdian ini bermitra dengan kelompok tani hutan (KTH) dan penyuluh dari Kesatuan Pengelolaan Hutan (KPH) Sawitto. Kegiatan pengabdian ini bertujuan untuk memberikan pemahaman teknik berburu ramah lingkungan dan lestari dengan memperkenalkan teknologi tikung. Metode yang diterapkan dalam kegiatan ini adalah identifikasi permasalahan lebih detail dengan cara pengisian kuisener, edukasi melalui penyuluhan dan memperkenalkan teknologi tikung. Hasil identifikasi mendalam adalah pengalaman berburu lebah hutan mitra masih kurang dari 10 tahun dengan jumlah tim berburu 4-5 orang. Mitra sebagian besar (88,9 – 100%) sudah memiliki pengalaman penandaan pohon inang, sudah mampu membedakan koloni siap panen, praktik pengasapan dan panen madu cara sarang diperas. Sebagian besar mitra bahkan ada belum paham (77,8-100%) tentang lilin dan roti lebah. Mitra belum pernah mendapatkan penyuluhan yang serupa (100%). Pada akhirnya semua peserta penyuluhan bersepakat menerima dan akan merubah perilaku berburu yang tidak berkelanjutan dan tidak ramah lingkungan.
Pengenalan Potensi Tanaman Murbei Sebagai Pakan Ternak di Desa Timpuseng Kabupaten Maros Sulawesi Selatan Andi Sadapotto; Syamsul Alam; Adrayanti Sabar; Syamsuddin Millang; Yusran Yusuf; Makkarennu Makkarennu; Andang Suryana Soma; Muhammad Alif K Sahide; Emban Ibnurusyid Mas’ud; Andi Prastiyo; Nurfadilah Latif
Jurnal Pengabdian Masyarakat Sapangambei Manoktok Hitei Vol. 5 No. 1 (2025): Jurnal Pengabdian Masyarakat SAPANGAMBEI MANOKTOK HITEI
Publisher : Universitas

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36985/q4pgrv61

Abstract

Desa Timpuseng, Kecamatan Camba, Kabupaten Maros, memiliki potensi besar dalam pengembangan murbei (Morus sp.) sebagai pakan ternak. Pemanfaatan murbei dianggap sebagai solusi inovatif untuk memenuhi kebutuhan pakan ternak berkualitas, khususnya di daerah dengan musim kemarau yang panjang. Tujuan kegiatan ini yaitu untuk mengoptimalkan potensi tanaman murbei sebagai pakan alternatif ternak di Desa Timpuseng. Metode kegiatan ini melalui pendekatan holistik, yaitu pemberian materi, penyebaran kuesioner untuk menggali pengetahuan petani tentang budidaya murbei, serta pembagian bibit murbei kepada kelompok tani hutan (KTH) Mekar, Desa Timpuseng. Hasil post test yang dilakukan pada beberapa petani menunjukkan bahwa sebagian besar petani (70%) masih menggunakan metode pribadi dalam menanam murbei, yang menunjukkan inisiatif lokal yang kuat meski belum mengacu pada teknik budidaya yang modern. Sebanyak 90% petani memperoleh bibit murbei melalui stek, metode yang murah dan mudah dilakukan, sementara 60% petani menanam murbei di lokasi strategis dekat area pemberian pakan ternak. Data ini mencerminkan kesadaran petani akan pentingnya efisiensi dalam pengelolaan lahan. Keberhasilan program ini juga terlihat dari prediksi tingkat keberhasilan penanaman, di mana 80% bibit murbei yang diberikan tumbuh dengan baik. Hasil yang dicapai bahwa tanaman murbei terbukti menjadi alternatif pakan yang ekonomis, kaya nutrisi, dan berkelanjutan bagi petani. Selain itu, program ini diharapkan mampu meningkatkan produktivitas ternak secara signifikan, mendukung kesejahteraan petani, dan menjadi model pengelolaan pakan berbasis lokal yang dapat direplikasi di daerah lain