Claim Missing Document
Check
Articles

Found 1 Documents
Search
Journal : Jurnal Review Pendidikan dan Pengajaran (JRPP)

UKAR DELOM BUNGEN H, Tri Putra Mahardhika.; Saleh, Sukmawati
Jurnal Review Pendidikan dan Pengajaran Vol. 7 No. 3 (2024): Vol. 7 No. 3 (2024): Volume 7 No 3 Tahun 2024 (Special Issue)
Publisher : LPPM Universitas Pahlawan Tuanku Tambusai

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31004/jrpp.v7i3.30907

Abstract

karya tari yang berjudul “Ukar Delom Bungen” ini terinspirasi dari fenomena sosial budaya ritual pengobatan besale yang terdapat pada Suku Anak Dalam di daerah Mentawak, Jambi. Arti Besale bagi masyarakat Anak Dalam adalah membersihkan jiwa seseorang yang sedang sakit akibat roh-roh jahat yang bersemayam dalam diri seseorang tersebut. Masyarakat Anak Dalam menganggap jika ada keluarga atau kerabat yang sakit maka itu pertanda bahwa dewa telah menurunkan malapetaka. Pada saat ini keberadaan ritual besale mulai terpinggirkan akibat faktor modernisasi yang masuk dan mempengaruhi perkembangan kehidupan Suku Anak Dalam, dimana Suku Anak Dalam lebih memilih berobat ke puskesmas atau ke rumah sakit dari pada melakukan ritual besale itu sendiri.Untuk memvisualisasikan ide garapan ke dalam karya tari, pengkarya menggunakan keramik yang disimbolkan sebagai faktor modernisasi. Selain keramik, pengkarya juga menggunakan lentera yang menyimbolkan penyakit. Eksplorasi gerak terkait dengan gerak keseharian dari Suku Anak Dalam itu sendiri yang divisualisasikan sesuai dengan karakter pengkarya.Metoda yang digunakan diantaranya pengumpulan data, eksplorasi gerak, improvisasi, pembentukan dan evaluasi.Karya tari ini terdiri dari tiga bagian. Pada bagian pertama menggambarkan tentang kehidupan sehari-hari Suku Anak Dalam dan banyaknya penyakit yang muncul di tengah Suku Anak Dalam. Pada bagian kedua menggambarkan tentang persiapan sang dukun dan jalannya prosesi ritual pengobatan besale. Pada bagian ketiga menggambarkan tentang masuknya faktor modernisasi sehingga membuat Suku Anak Dalam lebih memilih berobat ke puskesmas atau ke rumah sakit dan menyebabkan ritual ini terpinggirkan keberadaannya.