Claim Missing Document
Check
Articles

Found 4 Documents
Search
Journal : Jurnal Budaya Etnika

TRADISI BUDIDAYA KOPI ORGANIK GUNUNG PUNTANG SEBAGAI BENTUK PENGEMBANGAN PARIWISATA BUDAYA BERBASIS KEARIFAN LOKAL DI DESA CAMPAKAMULYA KECAMATAN CIMAUNG KABUPATEN BANDUNG M. Iqbal Fauzi; Cahya Cahya; Sukmawati Saleh
Jurnal Budaya Etnika Vol 4, No 2 (2020): Tradisi Otentik, Modifikasi Tradisi, Komodifikasi (Agenda Setting Artefak Digita
Publisher : Institut Seni Budaya Indonesia (ISBI) Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26742/be.v4i2.1567

Abstract

ABSTRAK Realitas yang terjadi di masyarakat Gunung Puntang telah menjadi tradisi budidaya kopi organik, sebagai lumbung perekonomian rakyat yang berkembang menjadi daya tarik pariwisata berbasis kearifan lokal. Terkait dengan adanya tradisi sistem pertanian rakyat dalam bentuk budidaya tanaman kopi organik tersebut, pada perkembangannya berdampak kepada sektor lain, yaitu bidang pariwisata. Sektor pariwisata yang kini sedang menjadi trand dalam percaturan industri kepariwisataan berbasis kearifan lokal. Isu kearifan lokal yang menjadi daya tarik dan bernilai ekonomis tinggi, menjadi peluang besar untuk dikembangkan oleh masyarakat lokal setempat. Perubahan pada tradisi bertani kopi yang dikembangkan oleh masyarakat desa hutan di Gunung Puntang, bukan semata-mata masyarakatnya untuk mencari keuntungan, namun ada faktor internal yang harus dijaga, bahwa masyarakat petani kopi Gunung Puntang merasa termotivasi dengan situasi alam dan lingkungan yang subur sebagai lahan pertanian. Adapun faktor eksternal yang mempengaruhi terjadinya komodifikasi antara lain dipengaruhi oleh adanya peluang dan tatangan kondisi perekonomian di era teknologi dan informatika sekarang. Itulah yang membuat tradisi bertani kopi organik ini sangat kuat untuk dipertahankan dan sudah melekat di mata masyarakat karena telah memberikan manfaat banyak bagi masyarakat daerah. Tulisan ini merupakan deskripsi ilmiah dari sebuah penelitian lapangan yang menggambarkan peran petani dalam menjaga hutan konservasi atau hutan sosial di Gunung Puntang dinilai penting agar pengetahuan kearifan masyarakat dalam memanfaatkan tumbuhan tersebut tidak hilang oleh adanya arus moderenisasi.Kata Kunci: Tradisi Budidaya Kopi Organik, Komodifikasi, Pengembangan Pariwisata Budaya, Gunung Puntang.ABSTRACT The reality that occurs in the community of Gunung Puntang has become a tradition of organic coffee cultivation, as a barn of the people's economy that develops into the appeal of local wisdom-based tourism. Related to the tradition of the people's agricultural system in the form of organic coffee crop cultivation, in the development impact to other sectors, namely the tourism industry. The tourism industry is now being new in the world of local wisdom-based tourist industry. The issue of local wisdom that becomes an attraction and high economical value, becomes a great opportunity to be developed by local communities. The traditions changes of farming coffee are developed by the community of Forest villages in Gunung Puntang, not merely the people to seek profit, but there are internal factors to be guarded, that the community of coffee farmers Gunung Puntang feel motivated by the situation of natural and fertile environment as farmland. As for the external factors that affect the occurrence of commodification, among others, is influenced by the opportunity and the level of economic conditions in the era of technology and informatics now. That is what makes this tradition of organic coffee farming is very strong to be maintained and already inherent in the eyes of society because it has provided many benefits to the local community. This paper is a scientific description of a field study describing the role of farmers in preserving the forest of conservations or social forests at Gunung Puntang is important to make knowledge of people's wisdom in utilizing the plant is not lost by the presence of modernization.Keywords: The Tradition Of Organic Coffee Cultivation, Commodification, Tourism Development, Gunung Puntang.
Harapan dan Tantangan Entrepreneur di Kota Palu Sukmawati Saleh; Munir Salham; Nurhayati Mansyur
Jurnal Budaya Etnika Vol 2, No 1 (2018): Kreativitas Tradisi di Era Globalisasi: Transformasi & Peluang
Publisher : Institut Seni Budaya Indonesia (ISBI) Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26742/be.v2i1.1149

Abstract

ABSTRACT This paper begins with the phenomenon of the development of Young Entrepreneurs in the City of Palu which continues to develop both in terms of the number and type of business involved. The development of technology, easily accessible information flows and adequate infrastructure are supporting factors for the growth of the creative economy which is fronted by Entrepreneurs, espe-cially in Palu City. In the midst of the development of the creative economy, the hopes of young En-trepreneurs are tucked into building and advancing their efforts and challenges. Especially now that more and more competition and technology has become increasingly sophisticated, therefore as an Entrepreneur, it is required to try to create and innovate and also to be creative in doing everything so that our business continues to run smoothly as expected and desired. Keywords: Expectations, Challenges, Entrepreneurs and Young Entrepreneurs  ABSTRAK Tulisan ini bermula dengan fenomena berkembangnya Entrepreneur Muda di Kota Palu yang terus mengalami perkembangan baik dari segi jumlah maupun jenis bisnis yang digeluti. Perkem-bangan teknologi, arus infomasi yang mudah diakses serta infrastruktur yang memadai merupakan faktor penunjang tumbuhnya ekonomi kreatif yang digawangi oleh para Entrepreneur khususnya di Kota Palu. Di tengah perkembangan ekonomi kreatif, terselip harapan para Entrepreneur muda da-lam membangun dan memajukan usaha mereka serta tantangan. Apalagi sekarang ini makin banyaknya persaingan dan teknologi sudah semakin canggih, maka dari itu sebagai wirausaha dituntut harus berusaha menciptakan dan berinovasi dan juga harus kreatif dalam melakukan segala hal agar usaha kita tetap berjalan lancar sesuai yang diharapkan dan diinginkan. Kata Kunci: Harapan, Tantangan, Entrepreneur dan Entrepreneur Muda
MEME REFRAIN LIRIK HUMOR LAGU NESTAPA (HAREUDANG) DARI KELOMPOK MUSIK PASUKAN PERANG DI KOTA BANDUNG Dewi, Ananda Aulia; Setyobudi, Imam; Saleh, Sukmawati
Jurnal Budaya Etnika Vol 8, No 1 (2024): GERAKAN UJUNGBERUNG REBELS, ANTROPOLOGI NOSTALGIA, DAN MEME LIRIK HAREUDANG PASU
Publisher : Institute of Indonesia Arts and Culture (ISBI) Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26742/jbe.v8i1.2013

Abstract

ABSTRAK Penelitian ini menjelaskan mengenai gejala meme yang terjadi pada refrain lirik humor lagu Nestapa (Hareudang) milik kelompok musik Pasukan Perang dari kota Bandung yang viral di beragam media sosial salah satunya media TikTok. Serta bagaimana gejala lirik tersebut bisa viral hingga menjadi bahan bercandaan Artis nasional dan menjadi bahan materi iklan salah satu obat nyamuk bakar VAPE. Penelitian ini dilakukan dengan metode deskriptif kualitatif melalui pengumpulan data menggunakan teknik wawancara dan observasi pada media sosial TikTok dan Youtube. Hasil penelitian mengemukakan tentang 1) lirik lagu Nestapa (Hareudang) yang mengandung multitafsir bagi beberapa kalangan pendengar. 2) Respon masyarakat terhadap refrain lagu Nestapa (Hareudang) 3) Tafsir Pasukan Perang terhadap gejala meme yang muncul pada lirik refrain lagu Nestapa (Hareudang). Kata kunci: Meme, Tafsir, TikTok, Pasukan Perang. ABSTRACT This study explains the meme symptoms that occur in the humorous refrain of the song Nestapa (Hareudang) belonging to the Pasukan Perang music group from the city of Bandung which is viral on various social media, one of which is TikTok media. And how the symptoms of these lyrics can go viral to become a joke for national artists and become an advertisement material for one of the VAPE-fueled mosquito coils. This research was conducted with a qualitative descriptive method through data collection using interview and observation techniques on social media TikTok and Youtube. The results of the study suggest 1) the lyrics of the song Nestapa (Hareudang) which contain multiple interpretations for several listeners. 2) Community response to the refrain of Nestapa (Hareudang) 3) Pasukan Perangs interpretation of the meme symptoms that appear in the chorus of Nestapa (Hareudang) song. Keywords: Meme, Tafsir, TikTok, Pasukan Perang.
MEME REFRAIN LIRIK HUMOR LAGU NESTAPA (HAREUDANG) DARI KELOMPOK MUSIK PASUKAN PERANG DI KOTA BANDUNG Dewi, Ananda Aulia; Setyobudi, Imam; Saleh, Sukmawati
Jurnal Budaya Etnika Vol. 8 No. 1 (2024): GERAKAN UJUNGBERUNG REBELS, ANTROPOLOGI NOSTALGIA, DAN MEME LIRIK HAREUDANG PAS
Publisher : Institute of Indonesia Arts and Culture (ISBI) Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26742/jbe.v8i1.2013

Abstract

ABSTRAK Penelitian ini menjelaskan mengenai gejala meme yang terjadi pada refrain lirik humor lagu Nestapa (Hareudang) milik kelompok musik Pasukan Perang dari kota Bandung yang viral di beragam media sosial salah satunya media TikTok. Serta bagaimana gejala lirik tersebut bisa viral hingga menjadi bahan bercandaan Artis nasional dan menjadi bahan materi iklan salah satu obat nyamuk bakar VAPE. Penelitian ini dilakukan dengan metode deskriptif kualitatif melalui pengumpulan data menggunakan teknik wawancara dan observasi pada media sosial TikTok dan Youtube. Hasil penelitian mengemukakan tentang 1) lirik lagu Nestapa (Hareudang) yang mengandung multitafsir bagi beberapa kalangan pendengar. 2) Respon masyarakat terhadap refrain lagu Nestapa (Hareudang) 3) Tafsir Pasukan Perang terhadap gejala meme yang muncul pada lirik refrain lagu Nestapa (Hareudang). Kata kunci: Meme, Tafsir, TikTok, Pasukan Perang. ABSTRACT This study explains the meme symptoms that occur in the humorous refrain of the song Nestapa (Hareudang) belonging to the Pasukan Perang music group from the city of Bandung which is viral on various social media, one of which is TikTok media. And how the symptoms of these lyrics can go viral to become a joke for national artists and become an advertisement material for one of the VAPE-fueled mosquito coils. This research was conducted with a qualitative descriptive method through data collection using interview and observation techniques on social media TikTok and Youtube. The results of the study suggest 1) the lyrics of the song Nestapa (Hareudang) which contain multiple interpretations for several listeners. 2) Community response to the refrain of Nestapa (Hareudang) 3) Pasukan Perang’s interpretation of the meme symptoms that appear in the chorus of Nestapa (Hareudang) song. Keywords: Meme, Tafsir, TikTok, Pasukan Perang.