Sri Tumpuk
Department Of Medical Laboratory Technology, Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Pontianak, Pontianak, West Kalimantan, Indonesia

Published : 7 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 5 Documents
Search
Journal : Jurnal Laboratorium Khatulistiwa

Hubungan Jumlah Trombosit dengan Nilai Prothrombin Time dan Activated Partial Thromboplastin Time pada Pasien Persiapan Tindakan Operasi Caesar Wahdaniah Wahdaniah; Sri Tumpuk
Jurnal Laboratorium Khatulistiwa Vol 1, No 1 (2017): November 2017
Publisher : poltekkes kemenkes pontianak

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30602/jlk.v1i1.88

Abstract

Abstract: Sometimes in postpartum haemorrhage, there is happen great haemorrhage which is blood platelets (thrombocyte) have an important role in the process of hemostasis. Prothrombin (PT) assays are useful for assessing the ability of coagulation factors of extrinsic pathways and joint pathways. The period of activated partial thromboplastin (aPTT) is a laboratory test for assessing coagulation abnormalities in intrinsic pathways and joint pathways. This study was aimed to analyze the correlation of platelet counts with PT and aPTT values in patients preparing for caesarean section in Public Hospital of St. Antonius Pontianak. This study used a cross-sectional design with a sample of all pregnant women who performed a caesarean section preparation of 43 people. Based on data analysis using Spearman test on PT variable obtained p-value = 0.059 (p > 0,05) indicating that there is no relation between platelet count with value of PT and at variable aPTT obtained value p = 0,737 (p > 0,05) there is no correlation between platelet count and aPTT value.Abstrak: Perdarahan pasca melahirkan ada kalanya terjadi perdarahan yang hebat dimana trombosit berperan penting dalam proses homeostatis. Uji masa protrombin (PT) berguna untuk menilai kemampuan faktor koagulasi jalur ekstrinsik dan jalur bersama. Masa tromboplastin parsial teraktivasi (aPTT) adalah uji laboratorium untuk menilai kelainan koagulasi pada jalur intrinsik dan jalur bersama. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan jumlah trombosit dengan nilai PT dan aPTT pada pasien persiapan tindakan operasi caesar di RSU. St. Antonius Pontianak. Penelitian ini menggunakan desain cross sectional dengan sampel semua pasien ibu hamil yang melakukan persiapan tindakan operasi caesar sebanyak 43 orang. Berdasarkan analisis data menggunakan uji Spearman pada variabel PT diperoleh nilai p = 0.059 (p > 0,05) yang menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara jumlah trombosit dengan nilai PT dan pada variabel aPTT diperoleh nilai p = 0.737 (p > 0.05) yang menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara jumlah trombosit dengan nilai aPTT.
Pengaruh Konsentrasi Ekstrak Rimpang Kencur (Kaempferia Galanga L.) terhadap Pertumbuhan Jamur Candida Albicans dengan Metode Dilusi Eka Aprilianti Aprilianti; Maulidiyah Salim; Sri Tumpuk
Jurnal Laboratorium Khatulistiwa Vol 2, No 2 (2019): Mei 2019
Publisher : poltekkes kemenkes pontianak

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30602/jlk.v2i2.329

Abstract

Abstract:  The lesser galangar rhizome is the root of stay that is branched off and attached to root tuber. Rhizome lesser galangar partly located on the ground. The active ingredient in rhizome lesser galangar are flavonoids are used as an antifungi and can cure diseases by the fungus Candida albicans. The purpose of this research is to know the effect of lesser galangar rhizome extract concentration (Kaempferia galanga L.) to the growth of Candida albicans fungus with dilution method. The research method is experimental. The sample used is the concentration of kencur rhizome extract consisting of 1%, 2%, 3%, 4%, 5%, 6%, 7%, 8%, 9%, 10%. Result of research from 10 concentrations of lesser galangar rhizome with dilution method can know the lowest of bacteria colonies that is concentration 4%, 5%, 6%, 7%, 8%, 9%, 10% that is 0 colony with 100% percentage while number of colony The highest bacteria is 1% concentration of 85 colonies with the percentage of 20.56%. At 4% concentration is the effective concentration of rhizome extract lesser galangar, because it can be a minimum concentration that provides a very strong inhibition of growth. Spearman’s analysis, obtained value  (p = 0,00 <0,05) then Ha accepted, mean there is influence of rhizome extract concentration (Kaempferia galanga L.) to growth of Candida albicans fungi. Abstrak: Rimpang kencur merupakan akar tinggal yang bercabang halus dan menempel pada umbi akar. Rimpang kencur sebagian lagi terletak di atas tanah. Zat aktif dalam rimpang kencur yaiu flavonoid yang digunakan sebagai anti jamur dan dapat menyembuhkan penyakit oleh jamur Candida albicans. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui pengaruh konsentrasi ekstrak rimpang kencur (Kaempferia galanga L.) terhadap pertumbuhan jamur Candida albicans dengan metode dilusi. Metode penelitian berbentuk eksperimental semu. Sampel yang digunakan adalah konsentrasi ekstrak rimpang kencur yang terdiri dari 1%, 2%, 3%, 4%, 5%, 6%, 7%, 8%, 9%, 10%. Hasil penelitian dari 10 konsentrasi rimpang kencur dengan metode dilusi dapat diketahui jumlah koloni bakteri yang terendah yaitu konsentrasi 4%, 5%, 6%, 7%, 8%, 9%, 10% yaitu sebesar 0 koloni dengan persentase 100% sedangkan jumlah koloni bakteri tertinggi yaitu konsentrasi 1% sebesar 85 koloni dengan persentase 20,56%. Pada konsentrasi 4% merupakan konsentrasi efektif ekstrak rimpang kencur, karena dapat merupakan konsentrasi minimum yang memberikan daya hambat pertumbuhan yang sangat kuat. Analisis Spearman’s, didapatkan nilai (p = 0,00 < 0,05) maka Ha diterima, berarti terdapat pengaruh kon
Perbedaan Profil Darah pada Mahasiswa Perokok dengan Bukan Perokok Di Jurusan Analis Kesehatan Pontianak Lusia Rosauli Stefani; Sri Tumpuk; Wahdaniah Wahdaniah
Jurnal Laboratorium Khatulistiwa Vol 2, No 1 (2018): November 2018
Publisher : poltekkes kemenkes pontianak

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30602/jlk.v2i1.321

Abstract

Abstract: Cigarettes are one tobacco product intended to be burned and smoked, the smoke containing nicotine, tar and carbon monoxide. Carbon monoxide has a strong tendency to bind to hemoglobin in red blood cells and increase the viscosity of blood making it easier for blood clots. Cigarettes cause the imbalance of antioxidants in the body characterized by the stimulation of the hematopoietic system, especially the bone marrow in producing and excluding leukocytes in the circulation including the activated neutrophils. The purpose of this research was to determine the difference of blood profles in non smoker students in Pontianak Health Analyst Department. The research was Cross-sectional and sampling technique used was total sampling. The sample in this study were D-IV Health Analysts level 1 to 4 students who were 25 smokers and 25 non-smokers. The blood profles were examined by using the analytical analyzer. The results showed the difference of hemoglobin, hematocrit and red blood cell count with sig <0.05 whereas the white blood cell count and neutrophil type did not show any difference with the sig value> 0.05 on 25 respondents smokers and 25 respondents are not smokers.Abstrak: Rokok adalah salah satu produk tembakau yang dimaksudkan untuk dibakar dan dihisap, asapnya mengandung nikotin, tar dan karbon monoksida. Karbon monoksida memiliki kecenderungan yang kuat untuk berikatan dengan hemoglobin dalam sel darah merah dan meningkatkan viskositas darah sehingga mempermudah penggumpalan darah. Rokok menyebabkan ketidakseimbangan antioksidan dalam tubuh ditandai oleh stimulasi dari sistem hematopoietik, khususnya sumsum tulang dalam menghasilkan dan mengeluarkan leukosit pada sirkulasi termasuk neutrofl yang teraktivasi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan profl darah pada mahasiswa perokok dengan bukan perokok di Jurusan Analis Kesehatan Pontianak. Penelitian ini adalah penelitian Cross-sectional dan teknik sampling yang digunakan adalah total sampling. Sampel pada penelitian ini adalah mahasiswa D-IV Analis Kesehatan tingkat 1 sampai 4 yang berjumlah 25 orang perokok dan 25 orang bukan perokok. Profl darah responden diperiksa secara otomatis menggunakan alat hematology analyzer. Hasil penelitian menunjukan adanya perbedaan kadar hemoglobin, hematokrit dan hitung jumah sel darah merah dengan nilai p< 0.05 sedangkan hasil hitung jumlah sel darah putih dan jenis neutrofl tidak menunjukan adanya perbedaan dengan nilai p>0.05 pada 25 responden perokok dan 25 responden bukan perokok.
Pengaruh Latihan Fisik Lari Jarak Pendek terhadap Masa Pendarahan (Bleeding Time) Metode IVY Sri Tumpuk; Wahdaniah Wahdaniah
Jurnal Laboratorium Khatulistiwa Vol 1, No 1 (2017): November 2017
Publisher : poltekkes kemenkes pontianak

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30602/jlk.v1i1.96

Abstract

Abstract: Running is very important to maintain and improve the physical quality of human resources. By doing physical exercise can reduce the risk factor for the occurrence of interference with the mechanism of hemostasis. One of the examination filters to see the abnormalities in the process of hemostasis is bleeding time. The purpose of this study was to determine the bleeding time before and after physical exercise (sprint), to determine the effect of physical exercise (sprint) to the bleeding time before and after physical exercise (sprint) done for 5 minutes. The research design used was Cross-Sectional and the sampling technique used was total population. The sample in this study were all students D-III 2nd grade of Medical Laboratory class of 2015 which amounted to 55 people. Examination of this bleeding time using Ivy method. Furthermore, the data were analyzed by simple linear regression test. Based on the results of the study, the average number before exercises was ±118 seconds (117.82 seconds), and after physical exercise (sprint) was ±161 seconds (160.91 seconds) with the difference between them was 43 seconds (43.09 seconds). Statistically obtained p = 0,000 (p <0,05) or there was significant influence between physical exercise (sprint) to bleeding time.Abstrak: Latihan lari sangat penting untuk menjaga dan meningkatkan kualitas fsik sumber daya manusia. Dengan melakukan latihan fsik dapat menurunkan faktor risiko terjadinya gangguan pada mekanisme homeostasis. Salah satu pemeriksaan penyaring untuk melihat kelainan pada proses homeostasis adalah masa perdarahan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui masa perdarahan sebelum dan sesudah latihan fsik lari jarak pendek, mengetahui pengaruh latihan fsik lari terhadap masa perdarahan sebelum dan sesudah mthe elakukan latihan fsik lari selama 5 menit. Desain penelitian yang digunakan adalah Cross sectional dan teknik sampling yang digunakan adalah total populasi. Sampel pada penelitian ini adalah seluruh mahasiswa/I D-III tingkat 2 Analis Kesehatan angkatan tahun 2015 yang berjumlah 55 orang. Pemeriksaan masa perdarahan ini menggunakan metode Ivy. Selanjutnya data dianalisis dengan uji regresi linier sederhana. Berdasarkan hasil penelitian didapatkan jumlah rata-rata sebelum melakukan latihan ± 118 detik (117,82 detik), dan setelah melakukan latihan fsik lari adalah ± 161 detik (160,91 detik) dengan selisih diantara keduanya sebesar 43 detik (43,09 detik). Secara statistik diperoleh nilai p=0,000 (p < 0,05) atau ada pengaruh yang signifkan antara latihan fsik lari terhadap masa perdarahan
Perbedaan Hasil Pemeriksaan Mikro Hematokrit Menggunakan Makrosentrifus Dengan Mikrosentrifus Sri Tumpuk; Edy Suwandi
Jurnal Laboratorium Khatulistiwa Vol 1, No 2 (2018): Mei 2018
Publisher : poltekkes kemenkes pontianak

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30602/jlk.v1i2.152

Abstract

Abstract: Hematocrit measurement is one of the most commonly special blood examination in laboratory to help in diagnosing various kind of diseases. Determination of hematocrit value can be done by macro and micro method. Macrocentrifus is multi function centrifuge with rotation speed reach to 3000 rpm for 30 minutes. Microcentrifus is a centrifuge for hematocrit only that used microcapiler tube with rotation speed of 1600 rpm for 5 minutes. This study aimed to identify the different hematocrit measurement micro method between macrocentrifus and microcentrifus. This study was type of analytical observation with research design was cross sectional approach. The study was done in June 2013. Sampling technique that has been applied was total population technique. Result in 48 samples accomplished the average of hematocrit measurement micro method in macrocentrifus was 43,33% meanwhile in microcentrifus was 42,85%. Data of study result analyzed by using t test in statistical program in order to determine whether there was a difference between those variables or not. Result analysis gained p value=0,000 (0,001) in 95% confidential interval due to p value 0,001< 0,05 consequently H0 refused and Ha accepted meaning that there was a significant difference between micro hematocrit result by using macrocentrifus and microcentrifus.Abstrak: Pemeriksaan hematokrit merupakan salah satu pemeriksaan darah khusus yang sering dikerjakan di laboratorium berguna untuk membantu diagnosa berbagai penyakit. Penetapan nilai hematokrit dapat dilakukan dengan cara makro dan mikro. Makrosentrifus adalah sentrifus multi fungsi dengan kecepatan pemusingan 3000 rpm selama 30 menit. Mikrosentrifus adalah sentrifus yang hanya digunakan untuk hematokrit yang menggunakan tabung mikrokapiler dengan kecepatan pemusingan 16000 rpm selama 5 menit. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan hasil pemeriksaan hematokrit metode mikro menggunakan makrosentrifus dan mikrosentrifus. Jenis penelitian ini adalah observasi analitik dengan desain penelitian pendekatan cross sectional. Penelitian ini dilakukan bulan Juni 2013. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah teknik total populasi. Hasil penelitian pada 48 sampel didapatkan rata-rata hasil pemeriksaan hematokrit metode mikro menggunakan makrosentrifus adalah 43,33% dan dengan mikrosentrifus adalah 42,85%. Data hasil penelitian dianalisa dengan uji t menggunakan program SPSS yang bertujuan untuk mengetahui adanya perbedaan pada kedua variabel tersebut. Hasil analisis didapatkan nilai  p = 0,000 (0,001) pada tingkat kepercayaan 95% Karena nilai p 0,001< 0,05 maka Ho ditolak dan Ha diterima   artinya ada perbedaan yang bermakna antara hasil pemeriksaan mikro hematokrit menggunakan makrosentrifus dengan mikrosentrifus.