Claim Missing Document
Check
Articles

Found 10 Documents
Search
Journal : JFA (Jurnal Fisika dan Aplikasinya)

Relokasi Gempa Low Frequency pada Gunungapi Papandayan menggunakan Optimasi Very Fast Simulated Anneling Muhammad Mifta Hasan; Hetty Triastuty; Bagus Jaya Santosa; Amien widodo
Jurnal Fisika dan Aplikasinya Vol 12, No 2 (2016)
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat, LPPM-ITS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (566.747 KB) | DOI: 10.12962/j24604682.v12i2.1332

Abstract

Gunungapi Papandayan merupakan gunungapi bertipe stratovolcano dengan aktivitas hidrotermal sebagai aktivitas utamanya yang ditunjukkan dengan adanya aktivitas seismik, salah satunya adalah gempa low frequency (LF). Untuk mengetahui lokasi hiposenter, menggunakan optimasi Very Fast Simulated Anneling (VFSA) yang berbasis random process. Pencarian parameter model didasarkan pada distribusi probabilitas Cauchy yang memungkinkan untuk mendapatkan parameter model yang fit dengan cepat. Hasil relokasi gempa LF pada gunungapi Papandayan menunjukkan bahwa distribusi hiposenter berada di kawasan kawah Mas dan Nangklak dengan kedalaman rata-rata berkisar 0,56 km dengan besar misfit maksimum mencapai 6,4297.AbstractPapandayan which is stratovolcano mountain has high seismic activity especially low frequency event that associate with hydrothermal activity. Calculation of hypocenter used VFSA optimization with basis of randomprocess. Searching of model parameters following Cauchy probability distribution has found the best fit model parameters rapidly. Location of low frequency event at Papandayan volcano concentrate beneath Mas crater and Nangklak crater with around 0.56 km depth and maximum misfit reach 6.4297.
Pengujian Model Bumi Referensi dan Solusi CMT gempa C081097A dan B122500C melalui Perbandingan Seismogram 3-Komponen di Stasiun-stasiun Observasi di Australia Bagus Jaya Santosa
Jurnal Fisika dan Aplikasinya Vol 6, No 2 (2010)
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat, LPPM-ITS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (223.574 KB) | DOI: 10.12962/j24604682.v6i2.921

Abstract

Dalam penelitian ini seismogram observasi dengan sintetiknya dari dua gempa yaitu C081097A, Australia Barat dan gempa B122500C, Australia Selatan dibandingkan dalam domain waktu dan komponen ruang 3 dimensi. Stasiun pengamat terletak di WRAB, NWAO, CTAO dan TAU, Australia. Seismogram sintetik dihitung dari sebuah model bumi standard PREMAN dan IASPEI91 dan solusi CMT dari gempa-gempa tersebut. Seismogram dikenakan filter lolos rendah 30 mHz. Perbandingan seismogram dijumpai diskrepansi yang sangat kuat dan tidak sistimatis pada waktu tempuh dan waveform milik fase-fase gelombang utama. Terlihat gelombang Love ternyata sangat peka terhadap perubahan ketebalan kulit bumi, namun gelombang Rayleigh terpengaruh sedikit. Ini menjadi petunjuk, bagaimana menginterpretasikan ketebalan kulit bumi. Diskrepansi yang kuat juga diamati pada perbandingan seismogram untuk gelombang-gelombang body. Ini menunjukkan adanya kesalahan / kekuranglengkapan pada model struktur bumi elastik yang sering diacu oleh seismolog lainnya.
Relokasi Hypocentre Gempa Bumi Dengan Velest (JHD) dan Estimasi Sesar Daerah Sumatra Selatan Irwansyah Ramadhani; Bagus Jaya Santosa
Jurnal Fisika dan Aplikasinya Vol 13, No 2 (2017)
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat, LPPM-ITS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (2148.479 KB) | DOI: 10.12962/j24604682.v13i2.2744

Abstract

Gempa bumi merupakan fenomena alam yang tidak terduga kehadirannya. Dalam magnitude yang besar dapat menimbulkan bencana lainnya yaitu tsunami yang menyebabkan kerusakan infrastruktrur dan korban jiwa. Manusia tidak dapat memastikan kapan bencana gempabumi terjadi, tetapi dapat memperkirakan zona yang rawan akan gempabumi, daerah yang berdampak kerusakan besar, dan perkiraan-perkiraan mengenai waktu terjadinya gempa berikutnya. Cara untuk mengetahui hal tersebut dengan menentukan lokasi pusat gempa (hypocentre) sesungguhnya, model dan karakteristik (sesar maupun patahan) bawah permukaan bumi. Velest merupakan metode JHD (Join Hypocentre Determination) dengan menggunakan banyak event gempa yang diinversisekaligus (simultan) untuk mendapatkan hypocentre yang sebenarnya. Penentukan model bumi satu dimensi dari velest ini berdasarkan kecepatan gelombang P dan gelombang S. Karakteristik bawah permukaan dilakukan dengan ISOLA yang mampu memberikan gambaran mengenai sesar maupun patahan di suatu daerah. Kedua program tersebut digunakan untuk merelokasi event-event gempa di daerah Sumatra Selatan dan mengetahui karakteristik bumi yang ditentukan melalui momen tensor. Selain dua program tersebut, digunakan algoritmaSTFT dan CWT untuk analisis gelombang P. Hasil penelitian ini didapatkan metode JHD mampu merelokasi hypocetre gempa serta didapatkannya model bumi 1 dimensi dan momen tensor untuk 4 event menyatakanbahwa pola sesar yang terdapat pada daerah laut Sumatera Selatan merupakan dip-slip.ABSTRACTEarthquake is an unpredictable natural phenomena in occurance which has harmfull consequences. In high magnitude, it can cause other disaster i.e. tsunami which result in hard demage infrastructure and loss of population.One can not determine earthquake presence exactly, however can estimate earthquake prone zone, major hard demage zone, and next earthquake presence. They can be estimated through hypocentre determinationand earths model. Velest is an JHD ((Join Hypocentre Determination) based method which applies all events to inverted simultaneously and results true hypocentre of earthquake. In other hand, Velest can determine one dimensional earths model based P and S wave travel time data. Then, earths characteristic can be determined by ISOLA. It is able to provide an imaging of fault in a research area through moment tensor. Both Velestand ISOLA applies in this research. Arrival time of P wave is analized by STFT and CWT algorithm. Then, Velest applies to earthquake events relocation while ISOLA applies to determine earths characteristic (fault) inSouthern Sumatra. This research note that velest is able to determine true hypocentre of earthquake well and one dimensional earth model of South Sumatra. In other hand, moment tensor of 4 events show geometry offault in Souther Sumatra is dip-slip.
Struktur Bumi di bawah Australis melalui Analisis dan Pencocokan Seismogram Gempa Intra Plate C081097A pada Stasiun Observasi TAU, CTAO and NWAO Bagus Jaya Santosa
Jurnal Fisika dan Aplikasinya Vol 4, No 1 (2008)
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat, LPPM-ITS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (405.725 KB) | DOI: 10.12962/j24604682.v4i1.949

Abstract

Dalam penelitian ini struktur bumi di bawah Australia diinvestigasi melalui analisis seismogram observasiakibat gempa C081097A, Western Australia, dan seismogram sintetik milik stasiun observasi TAU, CTAO dan NWAO, dalam domain waktu dan ketiga komponen Kartesian secara simultan. Seismogram sintetik dihitung dengan program GEMINI, dimana input awalnya adalah model bumi IASPEI91 dan PREMAN. Selain itu pada kedua seismogram dikenakan low-pass filter dengan frekuensi corner pada 20 mHz. Hasil analisis menunjukkan penyimpangan yang sangat kuat tentang tidak sistimastisnya waktu tiba, jumlah osilasi dan tinggi amplitudo, pada gelombang P, S dan gelombang permukaan Rayleigh dan Love. Dengan metoda ini terlihat bagaimana pekanya waveform terhadap struktur perlapisan bumi.Untuk menyelesaikan diskrepansi yang dijumpai diperlukan koreksi atas struktur bumi meliputi ketebalan kulit bumi, gradient kecepatan h dan besar koefisien-koefisien untuk h dan v di Upper Mantle, dan sedikit perubahan pada kecepatan P dan S struktur pada lapisan-lapisan bumi hingga CMB. Pencocokan (fitting) seismogram diperoleh dengan baik pada waveformfase gelombang, baik waktu tempuh osilasi utama dan jumlah osilasi. Walaupun panjang gelombang adalah sekitar 150 km, tomografi waveform pada gelombang body dan gelombang permukaan dalam domain waktu menunjukkan kepekaan terhadap perubahan ketebalan kulit bumi dan struktur kecepatan.
Petunjuk Sistem Perlapisan Bumi Dangkal melalui Analisis Seismogram Bagus Jaya Santosa
Jurnal Fisika dan Aplikasinya Vol 7, No 2 (2011)
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat, LPPM-ITS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (189.779 KB) | DOI: 10.12962/j24604682.v7i2.908

Abstract

Dalam penelitian ini telah diperbandingkan seismogram observasi dengan kurva waktu tempuh dari sebuah gempa dalam komponen ruang 3 dimensi. Data seismogram berasal dari Hokaido, Jepang yang terjadi pada tanggal 8 Oktober 1997, direkam oleh stasiun pengamat yang terletak di HIA, Propinsi Neimenggu, China. Untuk mengidentifikasikan fase gelombang dalam seismogram digunakan kurva travel time, yang dihitung dengan program TTIMES, yang didasarkan pada sebuah sebuah model bumi elastik, simetri radial dan isotrop, yaitu model bumi IASPEI91. Pada model bumi ini, hingga kedalaman 100 km, bumi diperkirakan mempunyai dua antarmuka, yaitu antarmuka pada kedalaman 20 km antara kulit bumi atas dan bawah, dan pada kedalaman 35 km, dikenal sebagai antarmuka Mohorivicic, sebagai batas antara mantel bumi dengan kulit bumi. Antarmuka kedua bertindak sebagai reflektor gelombang yang sangat kuat. Penelitian ini memberikan petunjuk, bagaimana sebenarnya sistem perlapisan tanah dangkal pada model bumi elastik. Dijumpai diskrepansi yang nyata pada berbagai fase gelombang, yang tidak tertera, baik dalam segmen waktu gelombang ruang langsung dan terpantul, dan segmen waktu gelombang dalam, dimana gelombang diskrepansi tersebut datang pada jendela waktu diantaranya. Ini menunjukkan, bahwa model bumi harus dilengkapi dengan antarmuka pemantul-pemantul dangkal.sistem perlapisan yang lebih halus/tipis juga dinyatakan oleh adanya gejala difraksi pada segmen waktu gelombang langsung. Meskipun jenis gelombang yang digunakan dalam penelitian ini adalah Long Period, namun terbukti dapat menunjukkan resolusi yang sangat peka.
Struktur Kecepatan Gelombang S antara Episenter Gempa Bumi C022801L dan Stasiun Observasi KDAK dan INK melalui Analisis Seismogram Bagus Jaya Santosa
Jurnal Fisika dan Aplikasinya Vol 3, No 1 (2007)
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat, LPPM-ITS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (395.571 KB) | DOI: 10.12962/j24604682.v3i1.964

Abstract

Analisa kuantitatif atas seismogram berupa pengukuran waktu tiba gelombang S pada jarak episentral dekat adalah tidak mudah, karena gelombang S tiba dekat dan tenggelam dalam gelombang Love, sehingga penentuan waktu tiba S menjadi tidak jelas. Dalam penelitian ini struktur kecepatan S diinvestigasi melalui analisa seismogram gempa C022801L dengan seismogram sintetiknya di stasiun KDAK, Alaska dan INK, Kanada. Seismogram terukur dibandingkan terhadap sintetiknya dalam domain waktu dan ketiga komponen ruang secara simultan. Seismogram sintetik dihitung dengan program GEMINI. Input awal untuk menghitung seismogram sintetik adalah model bumi PREMAN dan solusi CMT dari gempa tersebut. Filter low-pass Butterworth dengan frekuensi sudut pada 20 mHz dikenakan pada seismogram observasi dan sintetik. Pengamatan menunjukkan penyimpangan nyata pada waktu tempuh dan waveform beberapa fase gelombang, yaitu gelombang S, gelombang permukaan Love dan Rayleigh dan gelombang ScS. Penelitian ini menunjukkan, bagaimana pekanya waveform terhadap struktur bumi. Penelitian ditujukan untuk menyelesaikan diskrepansi yang dijumpai pada gelombang-gelombang S, Love dan Rayleigh dan ScS, di stasiun observasi KDAK. Untuk mendapatkan pengepasanseismogram diperlukan koreksi atas struktur kecepatan S dalam model bumi, yaitu perubahan ketebalan kulit bumi. model kecepatan h di upper mantle meliputi gradient kecepatan h dan besar koesien-koesien order nol untuk h dan v atas diskrepansi pada gelombang permukaan Love dan Rayleigh. Koreksi atas penyimpangan pada gelombang S dilakukan pada sistim perlapisan bumi dari upper mantle hingga kedalaman 630 km, sedangkan untuk fase gelombang ScS koreksi dilaksanakan hingga kedalaman CMB (2890 km). Fittingseismogram diperoleh pada waveform berbagai fase gelombang, yaitu gelombang S, ScS dan gelombang permukaan Love dan Rayleigh, baik pada waktu tempuh osilasi utama dan jumlah osilasi, khususnya pada gelombangLove. Hasil ini menunjukkan bahwa anisotropi terjadi tidak hanya di upper mantle tetapi hingga lapisan bumiyang lebih dalam, hingga CMB.
Model Struktur 1-D Kecepatan Gelombang P di daerah Minahasa Juan Pandu Gya Nur Rochman; Bagus Jaya Santosa; Febry Rokhman Firdaus
Jurnal Fisika dan Aplikasinya Vol 8, No 2 (2012)
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat, LPPM-ITS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (459.184 KB) | DOI: 10.12962/j24604682.v8i2.866

Abstract

Daerah Minahasa merupakan salah satu zona tektonik aktif di Indonesia karena memiliki zona sesar kompleks sebagai akibat pertemuan batas lempeng di barat laut pulau Sulawesi, sehingga sering terjadi gempa tektonik dangkal hingga sedang. Telah dilakukan studi spesifik mengenai struktur kecepatan gelombang gempa 1-D dan letak hypocenters yang lebih akurat di daerah Minahasa. Data yang digunakan sebanyak 8 event gempa di area sekitar Minahasa (0,300-4,300 LU dan 121,0 -121,7 BT) yang terjadi pada bulan Maret - Desember 2011yang terekam di 8 stasiun seismograf setempat (KMSI, MRSI, MPSI, APSI, GLMI, LBMI, LUWI, dan SANI). Model struktur 1-D didapatkan dengan menganalisis waktu tempuh gelombang P dari data gempa lokal, yaitu dilakukan dengan picking menggunakan WinQuake. Data waktu tempuh gelombang P dilakukan inversi menggunakan software VELEST 33 sehingga didapatkan model struktur 1-D, kecepatan gelombang P dan relokasi gempa. Hasil pengelohan data didapatkan model struktur 1-D kecepatan gelombang P di daerah Minahasa berkisar antara (2,95 - 9,07) km/s pada kedalaman 36 km dengan RMS residual = 3,7 dan didapatkan hypocentersbaru yang lebih akurat.
Ketebalan kulit bumi dan struktur kecepatan antara hiposenter gempa M012601A dan stasiun AAK Bagus Jaya Santosa
Jurnal Fisika dan Aplikasinya Vol 1, No 2 (2005)
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat, LPPM-ITS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (199.206 KB) | DOI: 10.12962/j24604682.v1i2.1007

Abstract

Gempa M012601A terletak di India Utara dan stasiun AAK di Kirgistan, topografi antara kedua titik berbentuk pegunungan, yaitu Himalaya. Penelitian ini menginvestigasi struktur kecepatan di daerah kompleks pegunungan tersebut melalui fitting seismogram. Seismogram observasi dibandingkan dengan seismogram sintetikdalam domain waktu dan ke tiga komponen Kartesian secara simultan. Seismogram sintetik dihitung dengan program GEMINI, dimana input awalnya adalah model bumi global IASPEI91 dan PREMAN. Selain itu pada kedua seismogram dikenakan low-pass filter dengan frekuensi corner pada 20 mHz. Analisa seismogram menunjukkan penyimpangan yang sangat kuat pada pengamatan atas waktu tiba, jumlah osilasi dan tinggi amplitudo, pada gelombang permukaan Love dan Rayleigh dan gelombang ruang S dan P. Untuk menyelesaikan simpangan yang dijumpai diperlukan koreksi atas struktur bumi. Fitting seismogram diperoleh dengan baik pada waveform fase gelombang, baik waktu tempuh osilasi utama dan jumlah osilasi. Hasil riset ini menunjukkan, bahwa daerah pegunungan Himalaya mempunyai ketebalan kulit bumi sebesar 42 km, hasil ini diperoleh melalui fitting pada Love waveform.
Local Waveforms Analysis to Estimate the Fault Plane of May 2008 Sumatra Earthquakes Bagus Jaya Santosa; Bintoro Anang Subagyo
Jurnal Fisika dan Aplikasinya Vol 13, No 2 (2017)
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat, LPPM-ITS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1717.503 KB) | DOI: 10.12962/j24604682.v13i2.2747

Abstract

Five earthquakes source parameters in Sumatra have been estimated that occurred on May 3rd, 13th , 18-20th 2008, which earthquakes magnitude was over 5.4 Mw. To determine the earthquakes source parameters, we used three components local waveform. The seismogram data are inverted to achieve the earthquake source parameters. To investigate the depths of earthquakes, the determination used the highest value of variance reduction of waveform analysis. To identify the fault plane of the earthquakes, the H-C method is used. The research calculates also the length and width of the Fault planes.
Pengaruh Model Kulit Bumi terhadap Gelombang ScS dan ScS-ScS Bagus Jaya Santosa
Jurnal Fisika dan Aplikasinya Vol 5, No 1 (2009)
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat, LPPM-ITS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (100.478 KB) | DOI: 10.12962/j24604682.v5i1.928

Abstract

Dalam penelitian ini telah diperbandingkan seismogram observasi dengan seismogram sintetik dari sebuah gempa dalam komponen ruang 3 dimensi. Data seismogram berasal dari Teluk Kamschatka di Kep. Kuril yang terjadi pada tanggal 5 Desember 1997, dan direkam oleh stasiun pengamat yang terletak di BILL, Rusia dan MAJO, Jepang. Seismogram sintetik dihitung dengan Program GEMINI, yang mana inputnya berupa sebuah model bumi elastik, yang simetri radial dan isotrop tranversal, dan solusi CMT dari gempa tersebut, yang merupakan penggambaran atas proses dinamika pada hiposenter gempa serta kedudukan-kedudukan stasiun observasi. Model bumi diambil dari dua model yang paling sering diacu oleh para peneliti, yaitu IASPEI91 dan PREM. Data seismogram riil dan sintetik akan diperbandingkan dalam kawasan waktu pada ketiga komponen pergerakan tanah, setelah sebelumnya dikenakan filter lolos rendah pada 20 mHz. Pada perbandingan seismogram dijumpai diskrepansi yang jelas pada amplitudo dan waktu tiba milik fase gelombang ScS dan ScS-ScS. Ini menunjukkan, bahwa struktur inti bumi dan lapisan mantel bawah belum diketahui secara detil, karena pengaruh dari ketebalan kulit bumi yang sangat jelas.