Dalam mengawali setiap penyelenggaraan proyek konstruksi, arus dana keluar dan arusdana masuk adalah salah satu faktor penting yang harus diperhatikan. PenyusunanRencana Anggaran Biaya (RAB) serta Kurva S yang baik akan menjadi nilai tambah bagikontraktor yang akan mengajukan tender. Kontraktor yang memenangkan tender akanmenerima dana dari pemilik yang akan diberikan dengan kurun waktu tertentu sesuaidengan perjanjian kontrak. Sehubungan dengan hal tersebut di atas, muncul hal menarikuntuk diteliti yaitu analisis arus dana proyek agar proyek tersebut dapat berjalan sesuairencana dan mendapatkan nilai kas yang paling optimum. Studi kasus pada penelitian iniadalah proyek perumahan terdiri dari 8 unit rumah tinggal dengan 2 tipe yaitu 4 rumahtipe A (180/315) dan 4 rumah tipe B (180/180). Proyek menggunakan kontrak lumpsumfixed price dan perhitungan analisis RAB dibuat berdasarkan weekly progress. Nilaikontrak 4 unit rumah tipe A sebesar Rp 2,458 Milyar dan untuk 4 rumah tipe tipe Bsebesar Rp 2,372 Milyar dengan jadwal rencana pelaksanaan 34 minggu. Analisispenerimaan biaya hanya berdasarkan pembayaran per persen kemajuan pekerjaan danuang retensi, yang didapatkan berdasarkan progress proyek sesuai dengan kurva Sperencanaan. Dari hasil analisis studi kasus, pembayaran per 10% kemajuan pekerjaanadalah yang paling baik, karena nilai cash balance maksimum yang diperlukankontraktor sebesar Rp 454.445.597,98 untuk tipe A dan Rp 417.937.149,01 untuk tipe B.Nilai tersebut lebih kecil bila dibandingkan dengan pembayaran per 20% yaitu Rp687.972.537,24 (naik 51,38%) untuk tipe A dan Rp 643.254.307,61 (naik 53,92%) untuktipe B. Dan dengan pembayaran per 30% yaitu Rp 880.718.641,24 (naik 93,81%) untuktipe A dan Rp 790.759.627,61 (89,21%) untuk tipe B. dari uraian di atas dapatdisimpulkan semakin besar persentase pembayaran, semakin besar modal kerja yangdibutuhkan oleh kontraktor.