Claim Missing Document
Check
Articles

Found 4 Documents
Search

ESTETIKA TARI JAIPONGAN KAWUNG ANTEN KARYA GUGUM GUMBIRA Shinda Regina; Ria Dewi Fajaria; Sopian Hadi
Jurnal Seni Makalangan Vol 7, No 2 (2020): “Gemulai Gerak Ketubuh Tradisi Mencipta Enerji Dinamis Tari Kreasi”
Publisher : Institut Seni Budaya Indonesia (ISBI) Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26742/mklng.v7i2.1416

Abstract

ABSTRAKKawung Anten merupakan salah satu tarian Jaipongan yang diciptakan oleh Gugum Gumbira pada sekitar tahun 1991, belatar cerita seorang putri dari Kerajaan Sumedang Larang yang bernama Kawung Anten yang mendapat tugas dari ayahnya yaitu Prabu Jaya Perkosa untuk menjaga pohon hanjuang. Tarian ini memiliki karakteristik yang berbeda dari karya-karya tari Jaipongan yang telah diciptakan sebelumnya, terutama pada properti yang digunakan yaitu duhung (senjata tradisional yang berasal dari Sumedang). Berawal dari perbedaan itulah yang menjadi salah satu ketertarikan penulis untuk melakukan penelitian lebih lanjut dalam upaya mengupas estetika dari Tari Jaipongan Kawung Anten. Penelitian ini menggunakan teori estetika instrumental A.A.M Djelantik dengan memakai pendekatan metode kualitatif deskriptif analisis. Adapun hasilnya adalah satu-satunya repertoar tari Jaipongan yang enerjik, dinamis, dan maskulin dengan menggunakan duhung sebagai propertinya.  Kata Kunci: Jaipongan, Tari Kawung Anten, Estetika Tari.  ABSTRACT. Estetika Dance Jaipongan Kawung Anten Gugum Gumbira Works, Desember 2020. Kawung Anten is one of the Jaipongan dances created by Gugum Gumbira around1991, the background story of a princess from the Sumedang Larang Kingdom named Kawung Anten who got a task from her father, Prabu Jaya Perkosa, to guard the hanjuang tree. This dance has different characteristics from the previously created Jaipongan dance works, especially in the property used, namely the duhung (a traditional weapon originating from Sumedang). Starting from this difference, it became one of the writers' interests to conduct further research in an effort to explore the aesthetics of the Jaipongan Kawung Anten Dance. This research uses the instrumental aesthetic theory of A.A.M Djelantik using a descriptive qualitative analysis method approach. The result is the only repertoire of Jaipongan dance that is energetic, dynamic, and masculine using duhung as its property. Keywords: Jaipongan, Kawung Anten Dance, Dance Aesthetics.       
Pendampingan Pembelajaran Ilmu Tajwid untuk Meningkatkan Kemampuan Membaca Al-Qur’an di TPQ Baitul Mabrur Dusun Barebelik Budiman; Alfan Hadi; Wawan Samudera; Supian Azhari; Andrian Firdaus; Ahmad Hasan Azhari; Maesarah; Riki Maenaki; Sopian Hadi; Nursiah; Hulta Sari; Siti Nuraslinda; Dian Solehatin; Marni Hidayati; Muhammad Muzaini
Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat Al-Amin Vol. 2 No. 1 (2024): January 2024
Publisher : STAI Al-Amin Gersik Kediri Lombok Barat-NTB

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.54723/jpa.v2i1.147

Abstract

Pembelajaran ilmu tajwid menjadi sebuah keharusan bahkan kewajiban di zaman ini karena kesalahan dalam membaca Al-Qur'an dapat mengubah maknanya. Ilmu tajwid menekankan pentingnya memberikan hak-hak setiap huruf dan membacanya sesuai dengan makhrajnya. Meskipun hukum mempelajari tajwid adalah fardu kifayah, mengamalkannya saat membaca Al-Qur'an menjadi fardu 'ain bagi lelaki dan perempuan dewasa. TPQ Baitul Mabrur di dusun Barebelik mengalami kendala dalam proses belajar-mengajar, salah satunya kekurangan tenaga pengajar. Hasil kegiatan ini mencakup perubahan signifikan, dengan santri yang semula belum lancar mengaji dan tidak mengenal hukum bacaan tajwid, menjadi lancar mengaji dan memahami hukum-hukum bacaan Al-Qur'an. Dengan antusiasme santri, program ini memberikan dampak positif. Kesimpulan dari penelitian ini adalah bahwa pendampingan pembelajaran ilmu tajwid efektif meningkatkan kemampuan membaca Al-Qur'an di TPQ Baitul Mabrur. Saran yang diajukan melibatkan penambahan guru, pemisahan santri berdasarkan kemampuannya, dan penyediaan alat peraga untuk mendukung kegiatan belajar-mengajar di TPQ tersebut.
ESTETIKA IBING TAYUB BALANDONGAN DI SITURAJA-SUMEDANG Asep Jatnika; Dindin Rasidin; Sopian Hadi; Indrawan Cahya; Citra Martsela
Jurnal Seni Makalangan Vol. 11 No. 2 (2024): "Fenomenologi Tari Berbasis Tradisi dan Kontemporer"
Publisher : Institut Seni Budaya Indonesia (ISBI) Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Ibing berasal dari kata Ngibing, mengandung pengertian tari atau menari, sedangkan kalangenan merupakan kebiasaan (habit) yang dilakukan masyarakat sifatnya untuk kesenangan atau hiburan. Tayub Balandongan sebagai ibing kalangenan merupakan kebiasaan ngibing dengan ronggeng yang dilakukan dalam peristiwa Tayuban. Kata balandongan merupakan arena pertunjukan tayuban yang letaknya di luar gedung (out door) atau dapat juga diartikan bahwa Balandongan ini merupakan sebuah panggung yang terbuat dari bambu. Kaparigelan menari dalam tayuban merupakan hal yang wajib dikuasai oleh para penayub karena mempunyai prestise tersendiri, sebagai cerminan kewibawaan serta kharismatik seorang pengibing. Untuk membedah permasalahan Tayub Balandongan di Situraja-Sumedang maka penulisan ini menggunakan metode penelitian kualitatif dengan pendekatan teori estetika instrumental. Keberadaan Tayub Balandongan ini menjadi cerminan bahwa Ibing Tayub Balandongan merupakan bentuk kesenian rakyat yang istimewa dikarenakan dari dua jenis tari kalangenan/pergaulan (rakyat dan menak) dapat menyatu dalam satu sajian yaitu Tayub Balandongan. Dari sisi lain berdampak pula pada pandangan masyarakat yang di masa lalu terdapat tingkatan derajat yang diklasifikasikan berdasarkan sistem status lapisan sosial masyarakat. Namun pada saat ini pandangan tingkatan sosial itu menjadi hilang dan menjadikan Tayub Balandongan sebuah sarana hiburan dan media silaturahmi masyarakat dari berbagai kalangan. Kata Kunci: Ibing Tayub Balandongan, Kalangenan, Tari Rakyat, Tari Menak. ABSTRACT THE AESTHETICS OF IBING TAYUB BALANDONGAN IN SITURAJA-SUMEDANG, DECEMBER 2024. Ibing comes from the word Ngibing, which means dance or dancing, while kalangenan is a habit which is done by the society for fun or entertainment. Tayub Balandongan as ibing kalangenan is the habit of ngibing with ronggeng which is carried out during the Tayuban event. The word Balandongan is a tayuban performance arena which is located outside the building (out door) or it can also be interpreted that Balandongan is a stage made of bamboo. The skill of dancing in tayuban is something that must be mastered by the dancers because it has its own prestige, as a reflection of the authority and charisma of a singer. To reveal the problems of Tayub Balandongan in Situraja-Sumedang, this writing uses a qualitative research method with an instrumental aesthetic theory approach. The existence of Tayub Balandongan is a reflection that Ibing Tayub Balandongan is a special form of folk art since the two types of Kalangenan/social dance (folk and noble) could be combined in one performance, namely Tayub Balandongan. Besides, it also has an impact on society's views, where in the past there were degrees which were classified based on the social status system of society. However, at this time this view of social levels has disappeared and made Tayub Balandongan a means of entertainment and a medium for gathering people from various circles. Keywords: Ibing Tayub Balandongan, Kalangenan, Folk Dance, Menak Dance
Strategi Guru Aqidah Akhlak Dalam Meningkatkan Motivasi Belajar Pada Mata Pelajaran Aqidah Akhlak Sopian Hadi; Samsul Hakim; Alfan Hadi
Literasi: Jurnal Pendidikan Guru Indonesia Vol. 4 No. 1 (2025): Maret
Publisher : Lembaga Bale Literasi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Tujuan penelitian ini untuk mengetahui Hubungan Antara Kecerdasan Spritual Keagamaan Dengan Sikap Disiplin Siswa Kelas XI di MA Al-Mahmud Aik Ampat. Pendekatan Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan jenis penelitian ex-post facto. Sumber data mengacu kepada sumber primer dari judul penelitian, sedangkan sumber sekunder dari jurnal atau penelitian terdahulu. Teknik pengumpulan data menggunakan angket dan dokumentasi. teknik analisis data menggunakan uji asumsi klasik terdiri dari uji normalitas dan uji linieritas. Berdasarkan data yang diperoleh dari hasil penelitian kemudian diolah dengan menggunakan perangkat lunak SPSS for windows versi 24.0, dapat dijadikan sebagai dasar untuk menjawab hipotesis yang diajukan yaitu adanya Hubungan kecerdasan spiritual terhadap sikap disiplin siswa kelas XI MA Al-Mahmud Aik Ampat. Penelitian ini menjadi sumber rujukan atau penelitian terdahulu bagi penelitian lainnya.