Claim Missing Document
Check
Articles

Found 8 Documents
Search

Pembuatan dan Pengujian Pupuk Organik Cair (POC) dari Limbah Pasar dengan Menggunakan Bioaktivator EM4 Delinda Nirmala Afiyah; Emelia Uthari; Dewi Widyabudiningsih; Retno Dwi Jayanti
Jurnal Kimia Fullerene Vol 6 No 2 (2021): Fullerene Journal of Chemistry
Publisher : Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37033/fjc.v6i2.325

Abstract

Organic waste from market rubbish can be utilized as liquid organic fertilizer. In general, liquid organic fertilizers contain nutrients such as Nitrogen, Phosphorus, Potassium, and C-Organic that are needed by plants. The objective of this research are to manufacture liquid organic fertilizer through anaerobic fermentation from market rubbish with the addition of an EM4 bio activator and to determine the optimum time. The nutrients content were determined using the Kjeldahl method, UV-VIS Spectrophotometry, and Atomic Adsorption Spectroscopy. Liquid Organic Fertilizer that had the best quality among all types is from non-green vegetable. It has 0,45% of nitrogen, 0,08% of phosphorus, 0,34% of potassium, and 2,8% of C-organic respectively. The optimum time for POC fermentation occurred on the 14th day. The nutrient levels of all types of liquid organic ferilizer produced have not meet the minimum technical requirements of the quality of liquid organic fertilizers based on the Decree of the Minister of Agriculture of the Republic of Indonesia Number 261/Kpts/Sr.310/M/4/2019
Studi Awal Pengambilan Kembali Aluminium Dari Limbah Kemasan Sebagai Alumina Dewi Widyabudiningsih; Endang Widiastuti
Fluida Vol 11 No 1 (2015): FLUIDA
Publisher : Jurusan Teknik Kimia, Politeknik Negeri Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35313/fluida.v11i1.558

Abstract

Pada dewasa ini, selain besi, aluminium merupakan logam yang paling banyak digunakan di sektor industri dibandingkan dengan logam lain, salah satunya sebagai kemasan. Kemasan yang terbuat dari aluminium ini banyak digunakan untuk mengemas produk makanan dan minuman, yang jika sudah digunakan isinya, maka wadah kemasan ini akan menjadi sampah. Sampah ini termasuk sampah anorganik yang tidak akan terurai secara alami dan memerlukan pengolahan tertentu untuk menguraikannya. Proses pengambilan kembali aluminium dari limbah ini dilakukan dengan metode gravimetri yaitu melarutkan limbah tersebut dengan HCl 18%. Untuk memisahkan ion-ion yang tidak diinginkan, maka digunakan pereaksi tambahan seperti asam suksinat 5%, 2 gram urea dan 5 gram ammonium klorida. Untuk menghilangkan kandungan air dari endapan maka dilakukan proses pembakaran. Pembakaran ini juga berfungsi untuk menghasilkan endapan murni yang diperoleh dari proses pengambilan aluminium sebagai alumina dari limbah kemasan tersebut. Pada suhu ruang (27oC), HCl 18% merupakan pelarut yang baik untuk melarutkan sampel yang mengandung aluminium. Alumina terbanyak didapat dari sampel yang berbentuk pizza pans yaitu 8,8203 gram dari 5 gram sampel, dengan persentase aluminium sebesar 93,39%.
Penggunaan Indikator Kubis Ungu Pada Analisis Asam Lemak Bebas dengan Metode Titrasi Riniati Riniati; Dewi Widyabudiningsih; Ahya Sularasa
Indonesian Journal of Chemical Analysis (IJCA) Vol. 3 No. 2 (2020): Indonesian Journal of Chemical Analysis
Publisher : Universitas Islam Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20885/ijca.vol3.iss2.art3

Abstract

Penggunaan indikator alami dalam titrasi asam-basa dapat dijadikan  salah satu materi pengenalan senyawa kimia bahan alam dalam metode analisis kimia. Kubis ungu (Brassica oleracea) merupakan salah satu alternatif bahan pembuatan indikator asam basa alami karena memiliki senyawa antosianin yang memberikan warna berbeda pada  derajat keasaman (pH) yang berbeda. Tujuan penelitian ini untuk mengekstrak antosianin yang terdapat dalam kubis ungu selanjutnya diaplikasikan sebagai indikator titrasi asam-basa. Penelitian diawali dengan preparasi bahan baku kubis ungu, dilanjutkan dengan ekstraksi metode sokletasi menggunakan pelarut metanol. Ekstrak yang didapat didistilasi pada suhu titik didih pelarutnya hingga kepekatan ekstrak 50%. Ekstrak kubis ungu selanjutnya diaplikasikan sebagai indikator dalam menentukan asam lemak bebas menggunakan sampel asam oleat. Sebagai standar  pembanding indikator digunakan indikator fenolphtalein. Perubahan warna indikator kubis ungu dari merah muda ke hijau toska dengan kisaran pH 6 – 9. Penggunaan indikator kubis ungu dengan pelarut metanol dalam penentuan asam oleat menunjukkan hasil yang mendekati indikator fenolphtalein, yaitu nilai koefisien korelasi (R) adalah 0,9996. Pengujian % recovery menggunakan indikator ekstrak kubis ungu dapat diterima, yaitu 100,47%. Dengan demikian indikator ini layak digunakan sebagai indikator asam-basa pada analisa asam lemak bebas seperti halnya indikator fenolftalein sintetik yang biasa digunakan.
Pembuatan dan Pengujian Pupuk Organik Cair dari Limbah Kulit Buah-buahan dengan Penambahan Bioaktivator EM4 dan Variasi Waktu Fermentasi Dewi Widyabudiningsih; Lina Troskialina; Siti Fauziah; Shalihatunnisa Shalihatunnisa; Riniati Riniati; Nancy Siti Djenar; Mentik Hulupi; Lili Indrawati; Ahmad Fauzan; Fauzi Abdilah
Indonesian Journal of Chemical Analysis (IJCA) Vol. 4 No. 1 (2021): Indonesian Journal of Chemical Analysis
Publisher : Universitas Islam Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20885/ijca.vol4.iss1.art4

Abstract

Produksi olahan pangan dari buah-buahan selalu menghasilkan limbah kulit dalam pengolahannya. Limbah tersebut hanya dibuang dan dibiarkan menumpuk begitu saja oleh mansyarakat. Apabila tidak ditangani secara cepat akan menghasilkan bau yang tidak sedap sehingga akan mencemari lingkungan. Salah satu alternatif yang dapat dilakukan yaitu dengan cara mengolah limbah tersebut menjadi pupuk organik cair dengan proses fermentasi. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui kandungan hara makro dan kualitas dari pupuk organik cair, mengetahui waktu fermentasi optimum, harga pokok produksi dan BEP dari proses pembuatan pupuk organik cair. Penelitian ini dilakukan dengan cara menambahkan EM4, ragi, dan air gula ke dalam reaktor yang berisi limbah kulit buah yaitu kulit pisang, mangga dan nanas. Proses fermentasi dilakukan selama 34 hari dan dilakukan pengambilan sampel pada hari ke-7, 14, 24 dan 34 untuk dianalisis kandungan hara makro yang terdiri dari C-Organik, P, dan K dengan metode spektrofotometri UV/VIS, SSA dan N dengan metode Kjeldahl. Pada penelitian ini dihasilkan pupuk organik cair yang terbaik yaitu campuran limbah kulit pisang, mangga dan nanas dengan waktu fermentasi 7-14 hari dan kandungan unsur C-Organik, N-total, K2O, dan P2O5 masing-masing sebesar 17,4; 6,05; 2,50 dan 0,15 %. Pupuk organik cair yang dihasilkan sudah memenuhi baku mutu dari Permentan Nomor 261 tahun 2019 kecuali kandungan P2O5, walaupun demikian pupuk organik cair yang diperoleh ini memiliki kualitas yang lebih baik dibanding beberapa pupuk yang sudah dijual secara komersial. Biaya pokok produksi dari pembuatan POC ini sebesar Rp 770.554 dengan Break Event Point (BEP) pada 10 liter.
Pemanfaatan Herbal Bunga Telang Sebagai Peluang Usaha Bagi Kelompok Wanita Tani (KWT) Di Desa Arjasari Kabupaten Bandung Riniati Riniati; Nancy Siti Djenar; Lili Indrawati; Dewi Widyabudiningsih; Lina Troskialina; Mentik Hulupi; Yusuf Sofyan; Sudrajat Harris Abdulloh
J-Dinamika : Jurnal Pengabdian Masyarakat Vol 7 No 2 (2022): Agustus
Publisher : Politeknik Negeri Jember

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25047/j-dinamika.v7i2.2873

Abstract

Bunga telang (Clitoria ternatea) merupakan tanaman yang mudah dibudidayakan. Bunganya yang unik  berwarna biru dapat dijadikan zat warna alami untuk berbagai jenis makanan dan minuman. Kandungan antoksidan yang tinggi dalam bunga telang menjadikan bunga ini menjadi trendi sebagai minuman herbal untuk meningkatkan imun tubuh di masa pandemi ini. Sehubungan dengan hal ini maka bunga telang dapat menjadi peluang usaha untuk petani khususnya Kelompok Wanita Tani Rengganis yang ada di Desa Arjasari Kabupaten Bandung. Untuk meningkatkan usaha pembuatan serta meningkatkan mutu tanaman herbal khususnya bunga telang, Politeknik Negeri Bandung (Polban) melalui program Pengabdian Kepada Masyarakat (PkM) memberikan penyuluhan yang mencakup pengenalan herbal dan manfaatnya, penanaman secara organik menggunakan pupuk organik cair, teknik pengeringan dan pengolahan  bunga telang yang  dapat menghasilkan berbagai produk berbahan dasar bunga telang, serta teknik pemasaran untuk memanfaatkan peluang bisnis dari bunga telang. Kegiatan ini   mendapat respon dan  antusiasme yang tinggi dari masyarakat setempat, karena secara umum peluang usaha ini sesuatu yang baru untuk mereka. Berdasarkan kuisioner yang dibagikan kepada peserta kegiatan ini diharapkan dapat berlanjut. Sehingga dapat meningkatkan kesehatan, kesejahteraan serta perekonomian masyarakat Desa Arjasari dan sekitarnya.
Effect of Process Variables and Zeolite Adsorbent in Coffee Bean Drying Soeswanto, Bambang; Edi Wahyuni, Ninik Lintang; Prihandini, Ghusrina; Pratama, Yusuf; Firmansyah, Taufik Akbar; Widyabudiningsih, Dewi
Jurnal Internasional Penelitian Teknologi Terapan Vol 4 No 1 (2023): April 2023
Publisher : Bandung State Polytechnic (Politeknik Negeri Bandung)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35313/ijatr.v4i1.100

Abstract

Green coffee beans to be stored for transportation must meet storage quality standards, especially the maximum moisture content of 12.5%, so the drying process must be carried out to achieve quality standards, but still economical. The study aims to obtain optimum operating conditions on the drying of Arabica-type coffee beans using a fluidized bed dryer assisted by zeolite adsorbents in a separated fluidized bed prior to heating, as well as calculating the energy consumption of blowers and air heater. The operating conditions were varied, namely air flow rate of 1.79 – 2.29 m/s, air temperature of 45 o C, 50 o C, and 55 o C, zeolite adsorbent mass of 150 g, 175 g, and 200 g. The coffee beans quality tests carried out were the moisture, carbohydrates, protein content, and the visual appearance of the beans. The results show that the optimum drying process of coffee beans resulting a minimum protein and carbohydrate damage are the air velocity of 2.1 m/s, air temperature of 55°C, drying time of 240 minutes, and zeolite adsorbent mass of 150 grams, with energy consumption of 5.02 KWH (equivalent to 180 MJ/T). The addition of zeolite as much as 150 grams, 175 grams, and 200 grams as adsorbent was able to reduce the relative humidity (RH) of air by 16.65%, 18.60%, and 21.17% respectively. The drying rate of coffee beans is mainly influenced by air temperature (more predominantly) than the adsorption of air humidity by zeolite.
EM4 Effect on Macronutrients and Microbial Growth in Liquid Organic Fertilizer from Cibogo Market Waste Widyabudiningsih, Dewi; Rinaldi, Kardian; Firdaus, Fachrel Muhammad; Fauzi, Rafli Rizki; Hulupi, Mentik
Fluida Vol. 18 No. 1 (2025): FLUIDA
Publisher : Department of Chemical Engineering, Politeknik Negeri Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35313/fluida.v18i1.6050

Abstract

Waste represents a major environmental concern due to its contribution to pollution. According to the Ministry of Environment and Forestry, organic waste comprised 51.63% of total waste in Indonesia. This highlights the potential for converting organic waste into liquid organic fertilizer (LOF) through anaerobic fermentation. This study aimed to determine the relationship between macronutrient content and microbial growth in LOF and to determine the optimum fermentation time for producing LOF. LOF was made using organic waste from Cibogo market, including green vegetable waste and fruit peels banana, mango, and pineapple). The research was conducted using reactor which contained 5 kg of green vegetable waste and 5 kg of fruit peels, supplemented with EM4 bioactivator (200, 250, and 300 mL), water, and brown sugar. Samples were analyzed on days 0, 7, 14, 21, and 28. Chemical parameters measured included nitrogen, phosphorus, C-organic, and potassium content, and microbial analysis was conducted to determine the role of microorganisms in the fermentation process. Results showed that the optimal fermentation time for LOF production was seven days, corresponding to the peak concentrations of NPK and C-organic. However, further optimization of EM4 volume and the ratio between waste and bioactivator is required, since the nutrient levels remain below the recommended standard. Moreover, the correlation between microbial population and nutrient availability requires further research, particularly with respect to the quantity of EM4 applied.
Effect of Water Hyacinth’s Particle Size as Additional Substrate to the Leachate Anaerobic Bioreactor Ramadhani, Laily Isna; Widyabudiningsih, Dewi; Wirawan, Feri; Almarnugraha, Aditya; Setyaningrum, Sinta
Fluida Vol. 17 No. 1 (2024): FLUIDA
Publisher : Department of Chemical Engineering, Politeknik Negeri Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35313/fluida.v17i1.5503

Abstract

Municipal solid waste leachate contains landfill-produced organic contaminants. Leachate with the high organic content pottentially pollute nearby waterways. The high content of pollutants in leachate is represented by the measured Chemical Oxygen Demand (COD) content. Therefore, leachate was carried out using the anaerobic method. The anaerobic approach was chosen because it can process high-organic waste and produce biogas, in which methane in biogas may be used as renewable energy. Leachate from old landfills is heavy in nitrogen, thus to optimize the anaerobic process, it must be mixed with high-carbon substrates. Water hyacinth, a fast-growing plant with a high carbon content, is a weed because it pottentially damage the ecosystem. This research begins by comparing the anaerobic reactor with a single substrate of leachate and a mixed substrate (leachate and water hyacinth). Water hyacinth was added with size variations of 1 mm; 5 mm; 10 mm; and 15 mm. From the four variations, the mixed substrate reactor had a higher COD reduction efficiency than the single substrate in all water hyacinth sizes. The optimum particle size of water hyacinth is 1 mm, resulted the highest COD reduction efficiency of 81% and the highest biogas cummulative volume of 4,230 mL. The addition of water hyacinth as an additional substrate statisticaly proven has a strong correlation to the increasing efficiency of COD removal compared to the biogas production.