Claim Missing Document
Check
Articles

Found 7 Documents
Search

Edukasi Manfaat Dukungan Suami Kepada Ibu Selama Persalinan Mareta Bakale Bakoil; Loriana Linda Manalor; Martina Fenanzia Diaz; Veki Edizon Tuhana
JURNAL KREATIVITAS PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT (PKM) Volume 4 Nomor 4 Agustus 2021
Publisher : Universitas Malahayati Lampung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33024/jkpm.v4i4.3904

Abstract

ABSTRAK Dukungan suami selama kehamilan, persalinan dan persalinan diperlukan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 85,3% responden yang di dampingi selama proses persalinan mengalami proses persalinan yang lancar sehingga secara statistik disimpulkan bahwa ada hubungan antara pendampingan suami dengan kelancaran proses persalinan (Lailia dan Nisa,  2015). Sedangkan hasil penelitian Bakoil dan Diaz (2019) menunjukkan bahwa ada hubungan dukungan suami dalam persalinan terhadap lamanya proses persalinan di Kabupaten Timor Tengah Selatan tahun 2019. Tujuan yaitu untuk meningkatkan pengetahuan suami tentang dukungan kepada ibu selama persalinan. Kegiatan edukasi menggunakan materi penyuluhan, leaflet tentang suami siaga, kuesioner pre dan post test, diskusi dan tanya jawab. Kegiatan edukasi/penyuluhan kepada suami-suami sebanyak 15 orang. Sebelum penyuluhan peserta diberikan pre test dengan tujuan untuk mengetahui pengetahuan dan pemahaman tentang dukungan suami kepada ibu saat persalinan. Setelah pemberian edukasi/penyuluhan, dilanjutkan dengan proses tanya jawab dan post test. Peserta kegiatan sangat antusias dan terjadi peningkatan pengetahuan tentang manfaat dukungan suami selama persalinan. Kata Kunci :dukungan, suami, persalinan  ABSTRACT Husband's support during pregnancy, childbirth, and delivery is needed. The results showed that 85.3% of respondents who were assisted during the labor process experienced a smooth labor process so that it was statistically concluded that there was a relationship between husband's assistance and the smoothness of the delivery process (Lailia and Nisa, 2015). Meanwhile, the results of research by Bakoil and Diaz (2019) show that there is a relationship between a husband's support in childbirth and the length of the delivery process in the South Central Timor Regency in 2019. The objective is to increase the husband's knowledge of support to the mother during childbirth. Educational activities using counseling materials, leaflets about standby husbands, pre and post-test questionnaires, discussions, and questions and answers. Educational activities/outreach for husbands as many as 15 people. Prior to counseling, participants were given a pretest with the aim of knowing and understanding the husband's support for mothers during childbirth. After providing education/counseling, it is followed by a question and answer process and posttest. The activity participants were very enthusiastic and there was an increase in knowledge about the benefits of husband support during childbirth. Keywords: support, husband, childbirth
Pemberdayaan Masyarakat Bagi Anak Balita Penderita Stunting Dengan Pemberian Makanan Tambahan (PMT) Di Desa Penfui Timur Wilayah Kerja Puskesmas Tarus Loriana Lorinda Manalor; Anak Agung Ayu Mirah Adi; Nur Lailah Al Tadom; Rosmiyati Dappa Loka; Lusia Ina Dawa; Ni Gusti Tara
Jurnal Kreativitas Pengabdian Kepada Masyarakat (PKM) Vol 5, No 12 (2022): Volume 5 No 12 Desember 2022
Publisher : Universitas Malahayati Lampung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33024/jkpm.v5i12.8170

Abstract

ABSTRAK Pada saat ini secara nasional belum tercapai pola konsumsi yang beragam.  Hasil analisis  yang dilakukan oleh BKP menyimpulkan pola konsumsi pangan masyarakat Indonesia masih didominasi oleh pangan sumber karbohidrat atau pangan nabati. Pola konsumsi pangan termasuk pangan sumber protein hewani sangat ditentukan oleh faktor sosial ekonomi rumah tangga seperti tingkat pendapatan, harga pangan, selera, dan kebiasaan makan.  Tujuan Kegiatan pengabdian kepada masyarakat berupa pemberian makanan tambahan/PMT mengungkapkan bahwa dalam hal ini peran serta orang tua dan kader posyandu dalam memberikan intervensi pada balita akan menunjang proses tumbuh kembang anak sampai usia 2 tahun secara efektif. Seluruh kegiatan pengabdian masyarakat telah dilakukan sesuai dengan jadwal dan perencanaan dengan metode ceramah dan diskusi disertai dengan implementasi. Kegiatan pengabdian masyarakat dilaksanakan di Desa Penfui Timur, Dusun Belfai dan Tuameko, yang dihadiri kader dan beberapa orang tua bayi balita juga ada orangtua balita stunting. Kader dan orang tua dapat mengetahui jenis makan yang dapat meningkatkan gizi keluarga khususnya anak balita yang mengalami gizi kurang atau gizi buruk. Dengan melakukan redemontrasi ini diharapkan kader dan orang tua dapat mempraktekkan apa yang di ajarkan agar bisa memenuhi nilai gizi keluarga. Kata Kunci: Pemberdayaan, Balita, Ikan ABSTRACT Currently, nationally, diverse consumption patterns have not been achieved. The results of the analysis conducted by the BKP concluded that the food consumption pattern of the Indonesian people is still dominated by food sources of carbohydrates or plant foods. The desired pattern of food consumption, including food sources of protein, is largely determined by socio-economic factors of the household, such as income levels, food prices, tastes, and eating habits. Purpose Community service activities in the form of providing supplementary food/PMT revealed that in this case, the participation of parents and posyandu cadres in providing interventions for toddlers will effectively support the growth and development process of children up to the age of 2 years. All community service activities have been carried out according to schedule and planning using lecture and discussion methods accompanied by the implementation. Community service activities were carried out in East Penfui Village, Belfai, and Tuameko Hamlets, which witnessed toddler cadres and several parents of toddlers also having stunted parents. Cadres and parents can find out the types of food that can improve family nutrition, especially for children under five who experience malnutrition or malnutrition. By doing this demonstration, it is hoped that cadres and parents can practice what is offered so that they can fulfill the nutritional value of the family. Keywords: Empowerment, Toddlers, Fish
Pemberdayaan Kader Posyandu dalam deteksi Faktor Risiko ibu Hamil dengan Kartu Skor Poedji Rochjati Melinda Rosita Wariyaka; Loriana L. Manalor; Ummi Kaltum S Saleh; Bringiwatty Batbual
Jurnal Kreativitas Pengabdian Kepada Masyarakat (PKM) Vol 5, No 8 (2022): Volume 5 No 8 Agustus 2022
Publisher : Universitas Malahayati Lampung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33024/jkpm.v5i8.6610

Abstract

ABSTRAK Beberapa kehamilan dapat berkembang kearah komplikasi, Target pemerintah Propinsi Nusa Tenggara Timur yang tertuang dalam RPMJD 2018-2023 adalah tidak adanya kematian ibu dan bayi, Tahun 2018 terdapat 8 kasus kematian absolut di Kota Kupang. Kader posyandu di lokasi kegiatan aktif dalam pelayanan Kesehatan ibu dan anak namun belum memahami cara mendeteksi faktor risiko ibu hamil. Tujuan: Meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan kader dalam melakukan skring faktor risiko pada ibu hamil menggunakan Kartu Skor Poedji Rochjati,. sMetode Sosialisasi, Pre Post test, pendampingan untuk peningkatan pengetahuan dan keterampilan. Hasil. 51% kader posyandu berumur 46-70 tahun, 38% berpendidikan SMA dan sebagian besar memiliki pengalaman praktik kurang dari 10 tahun. Terjadi peningkatan pengetahuan dan keterampilan kader sebelum kegiatan dan setelah kegiatan. Kesimpulan Pemberdayaan kader posyandu dapat meningkatkan pengetahuan dan keterampilan dalam penggunaan KSPR Kata Kunci: Deteksi Faktor Risiko, Kader, Kehamilan, Pemberdayaan  ABSTRACT Some pregnancies can progress to complications, The target of the East Nusa Tenggara Provincial government as stated in the 2018-2023 RPMJD is the absence of maternal and infant deaths, in 2018 there were 8 absolute deaths in Kupang City. Posyandu cadres at the activity location are active in maternal and child health services but do not understand how to detect risk factors for pregnant women. Socialization method, Pre Post test, assistance to increase knowledge and skills. Results. 51% of posyandu cadres are 46-70 years old, 38% have high school education and most have less than 10 years of practical experience. There was an increase in knowledge and skills of cadres before and after activities. Conclusion Empowerment of posyandu cadres can increase knowledge and skills in the use of KSPR Keywords : Detection of Risk Factors, Cadre, Pregnancy, Empowerment
Promosi Gizi Bayi Balita Bagi Orang Tua Anak Penderita Stunting di Puskesmas Alak Kota Kupang Tahun 2022 Loriana L. Manalor; Martina F. Diaz; Jane A. Peni
Jurnal Health Sains Vol. 3 No. 12 (2022): Jurnal Health Sains
Publisher : Syntax Corporation Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.46799/jhs.v3i12.703

Abstract

Background Health development as part of efforts to build a whole person, (1) Children are the nation's assets in the future. Health efforts that are carried out since the child is still in the womb until the first five (5) years of life are aimed at maintaining their survival while at the same time improving the quality of life of the child. (2) The role of parents is very important in fulfilling nutrition because at this time children really need attention and care. parental support in the face of very rapid growth and development. (3) One of the health indicators that is assessed for its successful achievement in the Sustainable Development Goals (SDG's) is to find sustainable solutions to end hunger and all forms of malnutrition and to achieve food security by 2030. (4) The problem of stunting nutrition will have an impact on cognitive abilities , long term productivity. (5) Nutritional problems, especially for toddlers who suffer from stunting, can hinder the growth and development process of toddlers. Stunting is a chronic nutritional problem in toddlers which is characterized by a shorter height compared to children his age. The problem of short toddlers illustrates the existence of chronic nutritional problems that are influenced by the condition of the mother/prospective mother, fetal period, and infancy/toddler, including diseases suffered during infancy and other problems that indirectly affect health. (9) Short and very short or what is often referred to as stunting is a nutritional status based on a height index for age. The percentage of very short and short toddlers aged 0-59 months in Indonesia in 2018 was 11.5% and 19.3%, respectively. Objective To improve the ability of parents in promoting nutrition for infants under five for parents with stunting at the Alak Health Center, Kupang City in 2022. The method used in this study was quantitative with a quasi-experimental method with a research design of One group pretest posttest design, namely a research design that included a pretest before given treatment and posttest after being given treatment. The research subjects were all parents of infants under five in the working area of the Alak Public Health Center, Kupang City.
Memberdayakan Kader dengan Sosialisasi dan Pendampingan Kader Posyandu untuk Identifikasi Faktor Resiko pada Ibu Hamil Melinda Rosita Wariyaka; Ni Luh Made Diah Putri Anggaraeningsih; Loriana Lorinda Manalor
Jurnal Kreativitas Pengabdian Kepada Masyarakat (PKM) Vol 6, No 2 (2023): Volume 6 No 2 Februari 2023
Publisher : Universitas Malahayati Lampung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33024/jkpm.v6i2.8234

Abstract

ABSTRAK Semua ibu hamil memerlukan kewaspadaan dan perawatan kebidanan yang berkualitas tetapi ibu hamil berisiko tinggi memerlukan perawatan dan rujukan khusus, Data pada bulan otktober tahun 2020 terjadi 2 kematian ibu karena  perdarahan post partum dan infeksi masa nifas yang harusnya dapat dicegah. Para kader patner bidan belum pernah terpapar dengan materi atau cara untuk menentukan apakah seorang ibu hamil memiliki resiko dalam kehamilannya atau tidak. Memberdayakan kader dalam penggunaan KSPR dengan metode sosialisasi pendampingan dan evaluasi. Evaluasi kegiatan pemberdayaan membuat peningkatan pengetahuan kader mengenal faktor risiko pada ibu hamil, kemampuan menggunakan KSPR dan mengologkan ibu hamil dalam kelompok faktor risiko. Metode sosialisasi, pendampingan dibuktikan bermanfaat meningkatkan pengetahuan , evaluasi untuk mengukur kemampuan kader, ketiga kombinasi tahapan ini dapat dipakai setelah kegiatan ini. Kata Kunci: Risiko Kehamilan, Deteksi Dini, Pemberdayaan   ABSTRACT All pregnant women require vigilance and quality midwifery care but high-risk pregnant women require special care and referrals, Kupang District until the period of October 2020 2 maternal deaths caused by postpartum hemorrhage and puerperal infection which should be able to cause infection. The cadres of partner midwives have never been exposed to materials or methods to determine whether a pregnant woman has a risk in her pregnancy or not.Objective Empowering cadres in the use of KSPR with the method of socialization, mentoring and evaluation. The evaluation of empowerment activities increased the knowledge of cadres to recognize risk factors in pregnant women, the ability to use KSPR and register pregnant women in the risk factor group. Methods of socialization, mentoring that can help increase knowledge, evaluation to measure the ability of cadres, these three combinations can be used after this activity. Keywords: Pregnancy Risk, Early Detection, Cadres Empowerment
Gangguan Perkembangan Bicara dan Bahasa Pada Anak Usia 36 – 48 Bulan di Puskesmas Oebobo Kota Kupang Tahun 2019 Loriana L Manalor; Matje M. Huru; Ummi K.S. Saleh; Melinda R. Wariyaka
Syntax Literate Jurnal Ilmiah Indonesia
Publisher : Syntax Corporation

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (276.04 KB) | DOI: 10.36418/syntax-literate.v7i5.7086

Abstract

Latar belakang Anak merupakan sumber daya manusia yang penting sebagai penerus bangsa. Anak usia 0-5 tahun yang disebut balita merupakan masa pertumbuhan dasar yang akan mempengaruhi dan menentukan perkembangan anak selanjutnya. Masa kritis terjadi pada anak usia 1-3 tahun dimana diperlukan stimulasi yang berguna agar potensi berkembang sehingga perlu mendapat perhatian. Kecerdasan anak sangat dipengaruhi oleh stimulasi yang diterimanya dalam tahun-tahun awal kehidupannya, terutama dua tahun pertama yang sering kita sebut dengan the golden years. Stimulasi yang tepat, baik jenis maupun frekuensinya, akan melatih panca indera anak dan akan mempengaruhi kecerdasannya. Melalui stimulasi ini juga dapat menjalin komunikasi efektif. Tugas orangtua dan pendidik untuk mempertahankan sifat-sifat yang menjadi dasar kecerdasan anak agar bertahan sampai tumbuh dewasa, dengan memberikan faktor lingkungan dan stimulasi yang baik untuk merangsang dan mengoptimalkan fungsi otak dan kecerdasan anak. Metode penelitian penelitian kualitatif adalah penelitian yang bersifat deskriptif dengan menggunakan metode wawancara mendalam (in depth Interview) & dokumentasi di Puskesmas Oebobo Kota Kupang pada Bulan Mei - Agustus 2019. Hasil penelitian Perkembangan bahasa dan bicara khususnya pada anak dengan gangguan keterlambatan bicara (speech delay), deteksi dini sangat dibutuhkan untuk mengetahui perkembangan yang terjadi pada awal masa tumbuh kembang seorang anak, karena bahasa menjadi faktor utama dalam tumbuh kembang anak yang dapat mempengaruhi banyak aspek tumbuh kembang lainnya, seperti, aspek kognitif, afektif dan psikomotorik. Dengan bahasa seorang anak mampu untuk berkomunikasi, menyampaikan isi pikiran, perasaan, ekspresi dan interaksi dengan orang-orang dan lingkungan yang ada disekitarnya. Dengan deteksi sedini mungkin, akan dapat mengetahui lebih awal dalam pemberian stimulasi yang sesuai dengan masalah yang dialami seorang anak. Stimulasi merupakan salah satu bentuk program intervensi yang di berikan kepada anak, khususnya anak dengan masalah keterlambatan bahasa dan bicara (speech delay) dengan dibantu oleh ahli seperti dokter, terapis dan intervensi yang di berikan oleh orang tua, sebagai contoh pola asuh yang sangat mempengaruhi perkembangan tumbuh kembang seorang anak. Perkembangan bicara yang terlambat biasanya disertai dengan perkembangan sensorik motorik, perseptual motoric yang terlambat pula. Karena bicara dan berbahasa berhubungan erat dengan system motoric, yang diatur oleh system syaraf pusat. Pada usia dini anak yang mengalami gangguan keterlambatan bicara harus dengan cepat diberikan intervensi berupa kegiatan terapi sebagai usaha preventif dalam masa tumbuh kembangnya. Diagnosis keterlambatan bicara dan berbahasa tidak mudah ditegakkan, karena berhubungan dengan fungsi otak, kegiatan motoric mulut, lidah, kerongkongan, pernafasan, pita suara dan tonus otot. (Etty Indriati, 2011).
Pemberdayaan Masyarakat melalui Pelatihan Kader Posyandu Cegah Stunting Didesa Oelnasi Wilayah Kerja Puskesmas Tarus Loriana L. Manalor; Mareta B. Bakoil; Nursusilowaty Nursusilowaty; Rosmiyati Dappa Loka; Lusia Ina Dawa; Ni Gusti Tara
Jurnal Kreativitas Pengabdian Kepada Masyarakat (PKM) Vol 6, No 12 (2023): Volume 6 No 12 2023
Publisher : Universitas Malahayati Lampung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33024/jkpm.v6i12.12423

Abstract

ABSTRAK Anak memiliki ciri-ciri yang terus tumbuh dan berkembang sejak pembuahan hingga akhir masa pubertas. Anak-anak menunjukkan karaktekteristik pertumbuhan dan perkembangan yang sesuai dengan usia. Pertumbuhan mereka sejalan dengan perkembangan. Stunting dapat terjadi sebagai akibat kekurangan gizi terutama pada 1000 hari pertama kehidupan. Permasalahan stunting atau gagal tumbuh pada anak masih menjadi permasalahan mendasar dalam pembangunan manusia Indonesia. Provinsi Nusa Tenggara Timur termasuk dalam penyumbang angka stunting  terbesar di Indonesia setelah provinsi Sulawesi Tengah 30,2 %, Aceh 33,2 % dan Nusa Tenggara Timur 37,8% (Kementerian Kesehatan RI Bekerjasama dengan Studi Status Gizi Indonesia, 2021). Tujuan memberikan edukasi dan pelatihan meningkatkan pemahaman bagi kader posyandu dalam meningkatkan status gizi anak dan keluarga untuk mencegah stunting di desa Oelnasi Wilayah kerja Puskesmas Tarus. Metode pelaksanaan yaitu pemberian edukasi/penyuluhan kepada kader posyandu dan pelaksanaan latihan contoh kasus untuk menentukan kategori anak pendek atau tidak. Hasil kegiatan pengabdian masyarakat dilakaukan di desa Oelnasi berjalan dengan baik yang dihadiri oleh 30 orang kader posyandu, bidan penangungjawab pustu, perawat dan ahli gizi. Kesimpulan Penyebab utamanya asupan gizi yang tidak mencukupi. Terdapat faktor multi dimensi yang menyebabkan stunting, diantaranya praktek pengasuhan yang tidak baik, terbatasnya layanan kesehatan termasuk ante natal care, kurangnya akses makanan bergizi, kurangnya akses air bersih dan sanitasi (Parisudha & Miftakhul, 2020). Hasil dari penyuluhan kesehatan yaitu adanya peningkatan pengetahuan kader posyandu dan perubahan perilaku individu, keluarga dan masyarakat untuk meningkatkan pola konsumsi keluarga dan mencegah angka kejadian stunting pada anak.Kader sebagai warga masyarakat setempat yang dipilih dan ditinjau oleh masyarakat dan dapat bekerja secara sukarela memiliki peran penting dalam bidang Kesehatan (Angelina et al., 2020). Kata Kunci: Pemberdayaan masyarakat, kader, Stunting  ABSTRACT Children have characteristics that continue to grow and develop from conception until the end of puberty. Children demonstrate age-appropriate growth and development characteristics. Their growth is in line with development. Stunting can occur as a result of malnutrition, especially in the first 1000 days of life. The problem of stunting or failure to thrive in children is still a fundamental problem in Indonesia's human development. East Nusa Tenggara province is one of the largest contributors to stunting rates in Indonesia after Central Sulawesi province 30.2%, Aceh 33.2% and East Nusa Tenggara 37.8% (Indonesian Ministry of Health in Collaboration with the Indonesian Nutrition Status Study, 2021). The aim of providing education and training is to increase understanding for posyandu cadres in improving the nutritional status of children and families to prevent stunting in Oelnasi village, Tarus Health Center working area. The implementation method is providing education/counseling to posyandu cadres and carrying out case example exercises to determine the category of short children or not. The results of community service activities carried out in Oelnasi village went well, attended by 30 posyandu cadres, midwives in charge of pustu, nurses and nutritionists. Conclusion The main cause is insufficient nutritional intake. There are multi-dimensional factors that cause stunting, including poor parenting practices, limited health services including ante-natal care, lack of access to nutritious food, lack of access to clean water and sanitation (Parisudha & Miftakhul, 2020). The results of health education are an increase in the knowledge of posyandu cadres and changes in the behavior of individuals, families and communities to improve family consumption patterns and prevent the incidence of stunting in children. Cadres as local community members who are selected and reviewed by the community and can work voluntarily have an important role in the field of Health (Angelina et al., 2020). Keywords: Community Empowerment, Cadres, Stunting