Claim Missing Document
Check
Articles

Found 6 Documents
Search

TAFSIR AL-QUR’AN DENGAN AL-QUR’AN (SUATU ANALISIS TERHADAP JENIS PENAFSIRAN AL-QUR’AN) Mardian Idris Harahap
Ibn Abbas : Jurnal Ilmu Alquran dan Tafsir Vol 3, No 1 (2020): VOL 3, NO 1 (2020): APRIL-SEPTEMBER
Publisher : Fakultas Ushuluddin dan Studi Islam

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30821/jia.v3i1.11068

Abstract

AbstrakSejarah perkembangan tafsir dengan pendekatan bi al-ma’tsur (khususnya dengan tafsir al-Qur’an dengan al-Qur’an) menempuh dua periode. Pertama, apa yang disebut dengan istilah periode oral atau marhalah syafahiyah. Pada masa ini, aktivitas penafsiran dilakukan dari mulut ke mulut (dalam hal periwayatan). Riwayat-riwayat yang dinukilkan pada masa ini diprediksi masih mempunyai tingkat keakuratan yang tinggi. Cara penafsiran seperti ini merupakan awal mula penafsiran bi al-ma’tsur. Para sahabat yang menjadi tokoh dalam penafsiran ini selain khalifah yang empat adalah Ibn ‘Abbas, Ibn Mas’ud, Zaid bin Tsabit, Ubay bin Ka’ab, Abdullah bin Zubair dan Abu Musa Al-Asy’ari. Adapun periode kedua adalah masa kodifikasi atau diistilahkan dengan marhalah tadwiniyah. Pada masa ini, tafsir bi al-ma’tsur sudah mulai ditulis. Namun pada periode kedua ini diduga banyak riwayat yang tidak shahih, baik berupa Israiliyat maupun maudhu’at (riwayat-riwayat dusta). Penafsiran al-Qur-an dengan al-Qur’an adalah penafsiran yang paling puncak, karena logikanya setiap pembicara lebih paham dan lebih mengetahui maksud perkataannya daripada yang lainnya. Syeikh Islam Ibn Taimiyah mengatakan bahwa cara atau metode terbaik (yang paling shahih) dalam menafsirkan al-Qur’an adalah menafsirkan al-Qur’an dengan al-Qur’an itu sendiri. Apabila terdapat di satu tempat suatu hal yang masih global maka akan dijumpai penjelasannya di tempat yang lain.Kata Kunci: Al-Qur’an, Tafsir, Kodifikasi, Riwayat Shahih.
Implementasi Moderasi Beragama di Desa Dalan Lidang, Kecamatan Panyabungan, Kabupaten Mandailing Natal Mardian Idris Harahap; Windi Jihan Nabila; Rizka Nasution; Aida Ulvani Nasution
MUKADIMAH: Jurnal Pendidikan, Sejarah, dan Ilmu-ilmu Sosial Vol 5 (2021): Special Issue No. 1
Publisher : Prodi Pendidikan Sejarah Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Islam Sumatera

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30743/mkd.v5i0.4201

Abstract

This article aims to discuss religious harmony in Dalan Lindang village, Mandailing Natal Regency. Data was collected by means of participatory observation, and secondary data. The results of this study indicate that multicultural life requires understanding and awareness of multiculturalism, religion and others that respects differences, pluralism and willingness to interact with anyone fairly. It requires an attitude of religious moderation in the form of acknowledging the existence of other parties, having a tolerant attitude, respect for differences of opinion and not forcing one's will by means of violence. The role of the government, community leaders, and religious instructors is needed to socialize, develop religious moderation to the community for the realization of harmony and peace.
Sejarah Agama Samawi Dalam Perspektif (Quraish Shihab) Fitriani Fitriani; Andi Mahendra; Mardian Idris Harahap
Jurnal Pendidikan dan Konseling (JPDK) Vol. 5 No. 1 (2023): Jurnal Pendidikan dan Konseling
Publisher : Universitas Pahlawan Tuanku Tambusai

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31004/jpdk.v5i1.11795

Abstract

Umat ??Islam berpandangan bahwa sebelum Nabi Muhammad diutus membawa wahyu dari Allah SWT. bagi kemanusiaan, perhatian diarahkan pada peningkatan moral, yang dengan cepat menurun. Meskipun ada ajaran yang muncul dari wahyu yang disampaikan oleh para Nabi dan Rasul yang kemudian dikenal sebagai Agama Ilahi sebelum Islam, namun Islam adalah agama yang diridhoi oleh Allah SWT. Tujuan penelitian ini adalah menganalisis sejarah agama samawi menurut tokoh (Quraiash Shihab). Dalam penulisan penelitian ini, merupakan kajian kepustakaan yang dimulaidengan menggali informasi / data dari penelitian-penelitian yang sudah pernahdilakukan sebelumnya sebagai bahan perbandingan. Para Nabi dan Rasul berfungsi sebagai dasar bagi agama-agama samawi, yang juga mencakup Islam, Kristen, dan Yahudi. Kekristenan diatur oleh Injil, yang berisi hukum-hukum tentang keesaan Allah SWT yang disebarkan oleh Nabi Isa As. Islam diperkenalkan oleh Nabi Muhammad SAW, dengan Al-Qur'an sebagai kitab sucinya hingga akhir zaman. Dan Taurat, yang kita tahu diturunkan kepada nabi Musa As, berfungsi sebagai prinsip panduan Yudaisme. Tiga agama Samawi paling terkenal hingga saat ini mengakui para Nabi dan Rasul sebagai utusan Tuhan (Allah SWT), namun ada perbedaan yang signifikan di antara mereka yang tidak dapat dijelaskan oleh apa pun selain keyakinan Muslim dan yang digariskan dalam Al-Qur'an.
Exploring of Quran Illiteracy in Several Hamlets, Celawan Village, Pantai Cermin District, Serdang Bedagai Regency Mardian Idris Mardian; Muhammad Yoggie Ramadhan Sahputra; Gian Maulana Araddu; Raydatul Maqfirah; Cindy Mutiara P
Journal of Development Research Vol. 6 No. 2 (2022): Volume 6, Number 2, November 2022
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat Universitas Nahdlatul Ulama Blitar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.28926/jdr.v6i2.273

Abstract

Al-Qur'an illiteracy is not being able to understand and read the Qur'an properly and correctly based on the rules of reading the Qur'an, namely Tajweed. The government has launched a program to eradicate illiteracy, including the Koran script. The ability to read the Koran in the Economics of Parents Against Blind Indonesia is currently still weak and the literacy of school-age children is low. Based on survey data, Sumber Wringin District. Carried out by DMI (Indonesian Mosque Council) said that, because of the Indonesian factor, only 35% of the people of Celawan were socially marginalized in reading the Koran in Indonesia. The matter of society and economic inclusion was conveyed by the deputy chairman into the general category of DMI, Komjen Pol Syafruddin. People's inability to work makes them less concerned about reading the Qur'an and is very concerned about religious education. The program will be implemented in destroying or eradicating the blindness of the writing system and ways of reading the Koran. For the children of Celawan Village, the majority of which are vegetable farmers and rice farmers, they still help their parents in the fields and play after school. Purpose of this Research is to find out the methods and constraints of illiteracy in the Koran in order to solve the problem in Celawan Village. The approach used is descriptive qualitative research.
The Terminology Of Khulud In The Quran From The Perspective Of Imam Zamakhsari In Tafsir Al-Kassyaf Lukmanul Hakim; Ahmad Zuhri; Harahap, Mardian Idris; Sitanggang, Cokro Malik
Tadrib: Jurnal Pendidikan Agama Islam Vol 10 No 1 (2024): Tadrib: Jurnal Pendidikan Agama Islam
Publisher : Program Studi Pendidikan Agama Islam Fakultas Ilmu Tarbiyah Dan Keguruan UIN Raden Fatah

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.19109/0reayh42

Abstract

The scholars of tafsir have differences in the interpretation of the terminology of Khulud Hell in the Qur'an. The differences are quite striking, especially related to the verses that discuss the khulud Hell. This is what makes this research conducted. This study uses qualitative research, which involves the use of descriptive data. The maudhu'i interpretation method is used because the Mauḍu'i interpretation technique combines related verses on Qur'anic issues and has the same purpose. Data collection is done by searching and collecting verses, both related to the theme of Makiyyah and Madaniyyah in accordance with the conditions of the object. Researchers understand the relationship between verses, or munāsabat verses, both between verses and between verses and letters studied. Data analysis is inductive / qualitative, and the findings show that interpretation of meaning is more important than generalization. The results show that Al-Zamakhshari considers and strongly criticizes the opinion of Ahlussunnah that people who commit major sins may get forgiveness without repenting, as well as the opinion of Ahlussunnah that people who commit major sins will not remain in hell. From Zamakhshari's explanation in the interpretation of Surah Al-Nisa' (4):93, this verse has a general scope that applies to both believers and disbelievers. If someone kills a Muslim, it does not matter whether he is a believer or a disbeliever, and he will be in hell if he does not repent.
DISKURSUS TAFSIR MASA TABI’IN DAN RUANG LINGKUPNYA Hasibuan, Akmal Rizky Gunawan; Harahap, Mardian Idris; Hasibuan, Muhammad Fakih; Wulandari, Wilda
Ibn Abbas : Jurnal Ilmu Alquran dan Tafsir Vol 6, No 2 (2023): OKTOBER - MARET
Publisher : Magister Ilmu Al-Qur'an dan Tafsir UINSU Medan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.51900/ias.v6i2.19766

Abstract

Penelitian ini bertujuan mengalnallilsils penalfsilraln Al- Qur’an paldal malsal talbil’iln, Dilskursus ilnil salngalt pentilng untuk dil kaljil kalrenal palral talbil’iln memillilkil peralnalnaln pentilng daln silgnilfilkaln dallalm  bildalng talfsilr.Talbil’iln yang merupalkaln generalsil setelalh salhalbalt, kalrenal palral talbil’iln telalh menerilmal ilnterpretalsil dalril salhalbalt secalral lalngsung. Talfsilr secalral ilstillalh bermalknal penjelalsaln tentalng kallalm Alllalh. Penelitian ini menggunakan penelitian kualitatif dengan pendekatan studi pustaka. Hasil penelitian menyimpulkan bahwa terdapat dua model penafisran pada masa tabi’in yaitu penafsiran bil- ma’stsur dan bil ra’yi sedangkan metode yang diterapkan pada masa tabi’in adalah metode ijmali. Maka dapat disimpulkan penafsiran era  tabi’in menjadi awal penafsiran yang melibatkan antar budaya Arab dan  non Arab. Selain itu seiring berjalannya zaman dengan meluasnya wilayah Islam menjadi awal yang sanagat penting bagaimna Al- Qur’an pada generasi setelah Tabi’in.Kata Kunci: Diskursus, Tafsir, Tabi’in