Claim Missing Document
Check
Articles

Found 8 Documents
Search

PENGARUH SUHU DAN WAKTU PENYIMPANAN URINE TERHADAP TITER STATUS SEKRETOR Ralla Catur Nantika; Ganjar Noviar; Nina Marliana; Betty Nurhayati
JURNAL RISET KESEHATAN POLTEKKES DEPKES BANDUNG, Online ISSN 2579-8103 Vol 11 No 2 (2019): Jurnal Riset Kesehatan Poltekkes Depkes Bandung
Publisher : Poltekkes Kemenkes Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (284.337 KB) | DOI: 10.34011/juriskesbdg.v11i2.750

Abstract

Urine seorang sekretor terdapat substansi antigen zat terlarut yang disekresikan berupa glikoprotein sehingga urine dapat digunakan sebagai salah satu sampel pemeriksaan status sekretor. Pada penelitian ini pemeriksaan titer status sekretor dilakukan segera dan 2 jam pada suhu kamar 25-26°C dan suhu refrigerator 2-8°C dengan tujuan untuk melihat ada atau tidaknya pengaruh suhu dan waktu penyimpanan terhadap titer status sekretor dalam urine. Desain penelitian yang digunakan adalah eksperimen semu One Group Pre and Post-test Design yaitu memberikan perlakuan untuk melihat perbedaan titer hemaglutinasi inhibisi status sekretor yang terjadi antara urine yang diperiksa secara langsung dengan urine yang telah diberikan perlakuan berupa variasi waktu penyimpanan segera dan 2 jam pada suhu 25-26°C dan suhu 2-8°C. Hasil penelitian dari 8 sampel sekretor yang diperiksa segera di suhu 25-26°C dan suhu 2-8°C sebanyak 7 orang ( 87,5%) mengalami perubahan titer status sekretor pada suhu 25-26°C dan 6 orang ( 75%) mengalami perubahan titer status sekretor pada suhu 2-8°C setelah disimpan 2 jam. Sedangkan hasil uji statistik McNemar didapatkan hasil dari suhu 25-26°C dan suhu 2-8°C memiliki nilai p (sig) 0.016 dan 0.031 (< 0.05) sehingga dapat disimpulkan terdapat pengaruh suhu da waktu penyimpanan urine terhadap titer status sekretor.
SUHU PENYIMPANAN DAN VARIASI KONSENTRASI EPINEFRIN BERKAITAN DENGAN NILAI AGREGASI TROMBOSIT METODE VELASKAR Fidya Istika Hasanah; Nina Marliana; Eem Hayati; Betty Nurhayati
JURNAL RISET KESEHATAN POLTEKKES DEPKES BANDUNG, Online ISSN 2579-8103 Vol 11 No 2 (2019): Jurnal Riset Kesehatan Poltekkes Depkes Bandung
Publisher : Poltekkes Kemenkes Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (207.297 KB) | DOI: 10.34011/juriskesbdg.v11i2.761

Abstract

Pemeriksaan agregasi trombosit antara lain digunakan untuk menguji fungsi trombosit. Pemeriksaan agregasi trombosit merupakan tes yang sangat sensitif dan dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya, konsentrasi sodium sitrat, jumlah trombosit, suhu penyimpanan, konsentrasi penambahan induktor, dan suhu reaksi. Pemeriksaan tes agregasi trombosit dilakukan dengan metode sediaan apus darah tepi yang ditemukan oleh Velaskar dan Chitre menggunakan induktor Epinefrin. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh suhu penyimpanan darah sitrat yang disimpan pada suhu 25oC dan suhu 2-8oC terhadap nilai agregasi trombosit yang diinduksi Epinefrin pada konsentrasi 0.10%, 0.08% dan 0.06% dengan metode Velaskar. Jenis penelitian yang digunakan adalah quasi eksperimen. Desain penelitian yang dilakukan yaitu dibuat variasi konsentrasi Epinefrin dan variasi suhu penyimpanan pada suhu 25oC dan suhu 2-8 oC yang kemudian dilakukan pemeriksaan agregasi trombosit pada sediaan apus darah tepi dengan metode Velaskar. Data penelitian diolah menggunakan uji statistik General Linear Model – Repeated measure. Hasil menunjukan bahwa tidak terdapat perbedaan bermakna secara statistik nilai agregasi trombosit pada darah sitrat yang disimpan pada suhu 25oC dan 2-8oC dengan penambahan induktor Epinefrin 0.10%, 0.08% dan 0.06% dan memperoleh nilai Sig. > 0.05. Dari hasil penelitian didapatkan bahwa nilai agregasi trombosit pada darah sitrat yang disimpan pada suhu 25oC dengan penambahan induktor Epinefrin 0.10% termasuk kategori normoagregasi. Nilai agregasi trombosit pada darah sitrat yang disimpan pada suhu 25oC dengan penambahan induktor Epinefrin 0.08% termasuk kategori hiperagregasi. Nilai agregasi trombosit pada darah sitrat yang disimpan pada suhu 25oC dengan penambahan induktor Epinefrin 0.06% termasuk kategori hipoagregasi. Nilai agregasi trombosit pada darah sitrat yang disimpan pada suhu 2-8oC dengan penambahan induktor Epinefrin 0.10%, 0.08% dan 0.06% termasuk kategori hiperagregasi.
LAMA PENYIMPANAN SERUM, PLASMA EDTA, PLASMA SITRAT TERHADAP TITER WIDAL PADA TERSANGKA DEMAM TIFOID Erisa Rizkiawati; Nina Marliana; Rohayati Rohayati; Iis Kurniati
JURNAL RISET KESEHATAN POLTEKKES DEPKES BANDUNG, Online ISSN 2579-8103 Vol 11 No 1 (2019): Jurnal Riset Kesehatan Poltekkes Depkes Bandung
Publisher : Poltekkes Kemenkes Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (346.797 KB) | DOI: 10.34011/juriskesbdg.v11i1.763

Abstract

Demam tifoid merupakan jenis terbanyak dari salmonelosis. Jenis lain dari demam enterik adalah demam paratifoid yang disebabkan oleh S. paratyphi A, S. paratyphi B dan S. paratyphi C. Demam tifoid memperlihatkan gejala lebih berat dibandingkan demam enterik yang lain. Pemeriksaan widal pada umumnya menggunakan serum, karena tidak tercampur dengan zat lain yang dapat menjadi pengaruh. Namun pada beberapa klinik dan rumah sakit biasa menggunakan sampel plasma, karena biasanya pemeriksaan widal dilakukan bersamaan dengan pemeriksaan hematologi rutin. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh lama penyimpanan serum, plasma EDTA, dan plasma sitrat terhadap hasil titer pemeriksaan widal pada tersangka demam tifoid. Jenis penelitian yang dilakukan adalah eksperimen semu. Sampel yang digunakan sebanyak 5 orang tersangka demam tifoid. Dilakukan pemeriksaan widal dengan sampel serum, plasma EDTA, dan plasma sitrat dengan variasi lama penyimpanan 0, 1, dan 2 hari. Pemeriksaan widal dilakukan dengan menggunakan metode slide. Dari hasil penelitian didapatkan hasil titer minimum 80 dan maksimum 320 pada serum dan plasma EDTA, sedangkan untuk sampel plasma sitrat didapat hasil minimum 80 dan maksimum 160. Dengan uji statistik diperoleh p. value (sig) 0,008 < sig 0,05, dapat diartikan bahwa terdapat pengaruh jenis sampel terhadap pemeriksaan widal.
VARIASI WAKTU PENCAIRAN FRESH FROZEN PLASMA PADA SUHU 37oC DAN 45oC TERHADAP NILAI PT DAN APTT Sendy Fadilla Oktora; Nina Marliana; Eem Hayati; Betty Nurhayati
JURNAL RISET KESEHATAN POLTEKKES DEPKES BANDUNG, Online ISSN 2579-8103 Vol 11 No 2 (2019): Jurnal Riset Kesehatan Poltekkes Depkes Bandung
Publisher : Poltekkes Kemenkes Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (461.555 KB) | DOI: 10.34011/juriskesbdg.v11i2.778

Abstract

Waterbath merupakan metode pencairan yang saat ini paling banyak digunakan, yakni kantong FFP dimasukan kedalam kantong plastik bersegel dan dicairkan selama 30 menit dalam waterbath suhu 37oC. Untuk mempercepat waktu pencairan, FFP dapat dicairkan pada suhu yang lebih tinggi seperti 45oC karena tidak berdampak signifikan pada faktor pembekuan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan nilai PT dan aPTT pada FFP yang dicairkan pada suhu 45oC selama 10 menit, 15 menit dan 20 menit dibandingkan dengan FFP yang dicairkan pada suhu 37oC selama 30 menit sebagai standar dan untuk mengetahui waktu optimum pencairan FFP yang dicairkan pada suhu 45oC. Jenis penelitian yang digunakan adalah quasi eksperimen. Unit analisis adalah FFP normal golongan darah O. Hasil pengukuran PT dan aPTT di rata-ratakan dan dilakukan uji statistik Kruskall Wallis dan didapatkan p value PT sebesar 0,063 > 0,05 yang artinya tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara kelompok perlakuan dan p value aPTT sebesar 0,001 > 0,05 yang artinya terdapat perbedaan yang signifikan antara kelompok perlakuan. Uji statistik Mann Whitney dilakukan untuk mencari waktu pencairan optimum pada suhu 45oC dan didapatkan mean rank terendah PT pada pencairan FFP selama 15 menit dan mean rank terendah aPTT pada pencairan FPP selama 15 menit.
STABILITAS PRC DALAM LARUTAN ALSEVER BUATAN TERHADAP MORFOLOGI ERITROSIT DAN FRAGILITAS OSMOTIK Zhahrina Fauziyah; Eem Hayati; Betty Nurhayati; Nina Marliana
JURNAL RISET KESEHATAN POLTEKKES DEPKES BANDUNG, Online ISSN 2579-8103 Vol 11 No 1 (2019): Jurnal Riset Kesehatan Poltekkes Depkes Bandung
Publisher : Poltekkes Kemenkes Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (307.242 KB) | DOI: 10.34011/juriskesbdg.v11i1.779

Abstract

Penyimpanan sel darah merah (eritrosit) dalam media pengawet berkaitan dengan penurunan ATP pada eritrosit hingga 80-90%, menyebabkan perubahan morfologi dan meningkatkan fragilitas osmotik. Larutan Alsever memiliki fungsi sebagai pengawet darah yang mengandung larutan garam isotonik untuk mempertahankan keseimbangan sel. Tetapi, larutan Alsever sulit didapatkan karena harganya cukup mahal, sehingga sebagai alternatif dapat membuat larutan Alsever sendiri. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui stabilitas PRC dalam larutan Alsever buatan terhadap morfologi eritrosit dan fragilitas osmotik. Jenis penelitian ini adalah desain quasi eksperimen yang membandingkan antara metode penyimpanan PRC menggunakan larutan Alsever buatan sendiri dengan metode penyimpanan PRC menggunakan larutan Alsever komersial selama 15, 20, 25, 30 hari terhadap stabilitas morfologi eritrosit dan fragilitas osmotik. Indikator yang dilihat dari perubahan morfologi yaitu terbentuknya echinocytes dan crenated cell. Setelah diuji secara statistik dari hasil penelitian dapat ditarik kesimpulan bahwa terdapat pengaruh antara lama penyimpanan PRC dalam Alsever Buatan terhadap morfologi eritrosit dan fragilitas osmotik. Pada pemeriksaan morfologi eritrosit dan fragilitas osmotik PRC dalam Alsever Buatan stabil hingga hari ke-15 dan mulai terdapat perbedaan signifikan pada penyimpanan hari ke-20, sedangkan PRC dalam Alsever Komersial stabil hingga hari ke-20 dan mulai terdapat perbedaan signifikan pada penyimpanan hari ke-25.
PERANAN SUHU DAN LAMA PENYIMPANAN FRESH FROZEN PLASMA (FFP) CAIR TERHADAP NILAI PROTHROMBIN TIME (PT) Fauziah Fajriyani; Eem Hayati; Nina Marliana; Betty Nurhayati
JURNAL RISET KESEHATAN POLTEKKES DEPKES BANDUNG, Online ISSN 2579-8103 Vol 11 No 1 (2019): Jurnal Riset Kesehatan Poltekkes Depkes Bandung
Publisher : Poltekkes Kemenkes Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (425.286 KB)

Abstract

Penyimpanan FFP cair dapat menyebabkan penurunan faktor koagulasi. Salah satu pemeriksaan faktor koagulasi yang digunakan untuk menguji pembekuan darah melalui jalur ekstrinsik dan jalur bersama yaitu Prothrombin Time (PT) yang terdiri dari faktor VII, X, V, prothrombin dan fibrinogen. Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh suhu dan lama penyimpanan FFP cair terhadap nilai PT. Penelitian ini bersifat eksperimen semu dengan desain penelitian time series yaitu membuat variasi suhu penyimpanan di refrigerator (2-8ºC) dan suhu ruang (20-25ºC) dan variasi lama penyimpanan 18 jam, 24 jam, dan 30 jam pada Fresh Frozen Plasma (FFP) cair yang kemudian dilakukan pemeriksaan terhadap nilai Prothrombin Time (PT) dengan 24 jam sebagai kontrol, dengan sampel FPP normal golongan darah O sebanyak 30 sampel. Data yang diperoleh dari hasil pemeriksaan PT dianalisis menggunakan uji statistik Friedman dan Wilcoxon didapatkan nilai signifikan (p>0,05). Sehingga dapat disimpulkan bahwa perubahan nilai Prothrombin Time (PT) tidak berkaitan dengan suhu dan lama penyimpanan Fresh Frozen Plasma (FFP) cair.
Implementasi Sila Pertama Pancasila dalam Tradisi Hajat Sasih Maulid di Kampung Naga: Studi Kualitatif dan Deskriptif Nina Marliana; Mohamad Sutisna; Evi Endriani; Ondih Suhendi; Via Febrianti
Jurnal Sadewa : Publikasi Ilmu Pendidikan, pembelajaran dan Ilmu Sosial Vol. 2 No. 4 (2024): November : Publikasi Ilmu Pendidikan, pembelajaran dan Ilmu Sosial
Publisher : Asosiasi Riset Ilmu Pendidikan Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.61132/sadewa.v2i4.1225

Abstract

The Hajat Sasih Maulid tradition in Kampung Naga is a tangible embodiment of the noble values of Pancasila, particularly the first principle. This study explores in depth how this tradition serves as a bridge between faith and deeds, belief and concrete actions. Through a descriptive qualitative approach, the research uncovers the religious, social, and cultural dimensions inherent in this tradition. The findings indicate that Hajat Sasih Maulid functions not only as a religious ritual but also as a means to strengthen national values, preserve the environment, and build a just and prosperous society. Additionally, the tradition serves as a medium for moral education, teaching the connection between spirituality and social responsibility, supporting community solidarity, and encouraging active participation in cultural heritage preservation. This research highlights the importance of local traditions in the national context and their contribution to harmonizing Pancasila values with everyday life practices.
PENGARUH KONSENTRASI SUSPENSI ERITROSIT GOLONGAN O DAN LAMA INKUBASI COOMB'S CONTROL CELL TERHADAP HASIL VALIDASI ANTI HUMAN GLOBULIN Irfan Heksa Nugraha; Ganjar Noviar; Betty Nurhayati; Nina Marliana
Jurnal Kesehatan Siliwangi Vol. 4 No. 3 (2024): JURNAL KESEHATAN SILIWANGI
Publisher : Politeknik Kesehatan Kemenkes Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.34011/jks.v4i3.1951

Abstract

Reagen Anti Human Globulin (AHG) digunakan dalam uji kompatibilitas pra-transfusi. Suspensi sel kontrol yang dibuat dari darah golongan O Rhesus Positif yang sengaja dilapisi dengan suatu antibodi inkomplit disebut dengan Coomb’s Control Cell (CCC). Tujuan dari penggunaan CCC untuk mengetahui AHG yang digunakan masih layak pakai atau tidak. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh konsentrasi suspensi eritrosit golongan O dan lama inkubasi CCC terhadap hasil validasi AHG. Jenis penelitian menggunakan Quasi Eksperimental, untuk mengetahui adanya pengaruh konsentrasi suspensi eritrosit golongan O (1%, 3% dan 5%) dan lama inkubasi pembuatan CCC pada suhu 37°C selama 15 menit dan 30 menit terhadap hasil validasi AHG. Hasil penelitian diolah menggunakan Uji Friedman, disimpulkan terdapat pengaruh yang bermakna konsentrasi suspensi eritrosit golongan O 1%, 3%, dan 5% terhadap hasil validasi AHG. Sedangkan untuk lama inkubasi CCC tidak terdapat pengaruh yang bermakna CCC yang diinkubasi selama 15 dan 30 menit terhadap hasil validasi AHG. Hasil Uji Wilcoxon disimpulkan terdapat perbedaan yang bermakna suspensi eritrosit golongan O 1% lama inkubasi CCC 15 dan 30 menit, serta tidak terdapat perbedaan yang bermakna suspensi eritrosit golongan O 5% lama inkubasi CCC selama 30 menit dan suspensi eritrosit golongan O 3% lama inkubasi CCC selama 15 dan 30 menit dibandingkan dengan sel 0 5% dengan lama inkubasi CCC selama 15 menit.