Claim Missing Document
Check
Articles

Found 10 Documents
Search

ANALISIS KINERJA ALAT SUPERHEATER PADA INSTALASI PEMBANGKIT TENAGA UAP Sugiarto, Tris; Soekardi, Chandrasa
ENGINEERING Vol 4, No 1 (2012)
Publisher : ENGINEERING

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1135.204 KB)

Abstract

This paper presents the performance characteristic of a superheater of boiler power plant evaluated by measuring the working parameters such as pressure, temperature, steam flowrate, and gas temperatures flowing through the equipment as a function of time during 12 months of operation with the aim of providing data on the influence of fouling on superheater performance. These data were used to calculate the change of heat transfer rate with time as fouling deposition progressed. The results showed that after 12 months of operation the heat transfer rate declined by 28% below the initial condition. This condition is probably due to more severe fouling in the equipment. The gas flow rate must be reduced below its design value in order to maintain the design heat duty when the equipment is first placed in service. Thus the equipment will have to be taken out for cleaning at an undesirable time. To avoid these conditions it seems interesting to apply the rational design method providing available information of time dependence of fouling thermal resistance.Keywords : boiler, superheater, maintenance, cleaning interval, fouling, heat load, fouling thermal resistance
ANALISIS KINERJA ALAT SUPERHEATER PADA INSTALASI PEMBANGKIT TENAGA UAP Sugiarto, Tris; Soekardi, Chandrasa
ENGINEERING Vol 4, No 1 (2012)
Publisher : Universitas Pancasakti Tegal

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1135.204 KB)

Abstract

This paper presents the performance characteristic of a superheater of boiler power plant evaluated by measuring the working parameters such as pressure, temperature, steam flowrate, and gas temperatures flowing through the equipment as a function of time during 12 months of operation with the aim of providing data on the influence of fouling on superheater performance. These data were used to calculate the change of heat transfer rate with time as fouling deposition progressed. The results showed that after 12 months of operation the heat transfer rate declined by 28% below the initial condition. This condition is probably due to more severe fouling in the equipment. The gas flow rate must be reduced below its design value in order to maintain the design heat duty when the equipment is first placed in service. Thus the equipment will have to be taken out for cleaning at an undesirable time. To avoid these conditions it seems interesting to apply the rational design method providing available information of time dependence of fouling thermal resistance.Keywords : boiler, superheater, maintenance, cleaning interval, fouling, heat load, fouling thermal resistance
ANALISIS KINERJA ALAT SUPERHEATER PADA INSTALASI PEMBANGKIT TENAGA UAP Tris Sugiarto; Chandrasa Soekardi
Engineering : Jurnal Bidang Teknik Vol 3 No 1 (2012): April
Publisher : Universitas Pancasakti Tegal

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1135.204 KB) | DOI: 10.24905/eng.v3i1.118

Abstract

This paper presents the performance characteristic of a superheater of boiler power plant evaluated by measuring the working parameters such as pressure, temperature, steam flowrate, and gas temperatures flowing through the equipment as a function of time during 12 months of operation with the aim of providing data on the influence of fouling on superheater performance. These data were used to calculate the change of heat transfer rate with time as fouling deposition progressed. The results showed that after 12 months of operation the heat transfer rate declined by 28% below the initial condition. This condition is probably due to more severe fouling in the equipment. The gas flow rate must be reduced below its design value in order to maintain the design heat duty when the equipment is first placed in service. Thus the equipment will have to be taken out for cleaning at an undesirable time. To avoid these conditions it seems interesting to apply the rational design method providing available information of time dependence of fouling thermal resistance.Keywords : boiler, superheater, maintenance, cleaning interval, fouling, heat load, fouling thermal resistance
Aplikasi Pompa Hidram Dan Lampu Tenaga Surya Untuk Pengairan Dan Pengawasan Kolam Lele Di Kelurahan Wirasana, Kecamatan Purbalingga, Kabupaten Purbalingga, Provinsi Jawa Tengah - Sutarno; Tris Sugiarto
Prosiding Seminar Nasional Unimus Vol 1 (2018): Hilirisasi & Komersialisasi Hasil Penelitian dan Pengabdian Masyarakat untuk Indonesia
Publisher : Universitas Muhammadiyah Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Kabupaten Purbalingga adalah salah satu produsen ikan patin, mencapai 70,56 ton / bulan. Lokasi pengembangan ikan lele terbesar di Purbalingga adalah salah satu Desa Wirasana, Kecamatan Purbalingga. DiDesa Wirasana ada 16 kelompok budidaya ikan lele (KB), dan sebagian besar menggunakan tanah, semen dan terpal. Salah satu dari ikan lele KB yang memiliki kolam lele adalah KB Mira Larasati. Ikan lele yangdikembangkan adalah ikan lele Afrika, dengan penghasilan 2.500 ekor per tambak. Masalah yang dialami adalah posisi kolam lebih tinggi dari saluran irigasi, dan berada di daerah perbatasan permukiman. Metode irigasi kolam bergantung pada aliran irigasi, yang pada musim kemarau sangat kecil sehingga untuk meningkatkan aliran air, digunakan pompa air listrik, yang mempengaruhi peningkatan biaya operasi dan mengurangipendapatan dari ikan lele KB. Posisi kolam yang dekat dengan sawah rentan terhadap hama, baik dalam bentuk pemakan ikan (predator) maupun pencurian. Untuk mengatasi masalah, hal itu dilakukan pada PKM. Pengendalian hama ikan paus tidak dapat dimaksimalkan, karena pengawasan pada malam hari tidak dilakukan karena tidak ada penerangan. Kurangnya pengetahuan mitra, jadi tidak ada pembunuh hama. Harga jual lele yang murah karena harga yang dimainkan oleh para perantara dan manajemen bisnis, keuangan, dan strategipemasaran produk masih sederhana karena kurangnya pengetahuan. Modal usaha kecil dan kurangnya informasi untuk meminjam modal dari bank atau pemerintah. Tujuan Program Kemitraan Masyarakat Kemitraan (PKM) adalah membuat pompa hidram otomatis, peralatan penerangan, bukan hari dengan tenaga sel surya, alat untukmengatasi hama, untuk memahami bagaimana perangkat bekerja sesuai dengan SOP. Penggunaan pompa hydrant membantu pada saat kekeringan. Kemampuan untuk menyimpan baterai dengan intensitas tinggi dan cuaca cerah dapat digunakan selama 7 jam dengan luminasi sedang, luminasi maksimum hanya dapat digunakanselama 5,3 jam. Efektivitas perangkat pencegahan hama berbasis frekuensi mampu secara efektif melindungikolam lele, jumlah ikan yang dipanen dapat meningkat sebesar 4-6%. Penggunaan e-commerce masih perludidorong dalam operasi dan transaksinya karena masih asing dan baru dan menu akan dibuat sederhana tetapijelas dan menarik, web akan tetap dikembangkan sehingga promosi produk dapat berjalan dengan baik.Pelatihan manajemen bisnis, strategi pemasaran, dan pengetahuan tentang mengakses modal usaha membukawawasan baru dan memotivasi pengembangan bisnis, serta memperoleh modal usaha. Pelatihan manajemenbisnis, strategi pemasaran, dan pengetahuan tentang mengakses modal bisnis membuka wawasan baru danmemotivasi pengembangan bisnis, dan mendapatkan modal usaha.Kata kunci: Pompa Hidran, Lampu Sel Surya, Perangkat Pencegah Hama Ultrasonik.
Penerapan Teknologi Pengemasan Produk Bekatul (Rice Bran) bagi Kelompok Tani Organik di Kelurahan Mewek, Kalimanah, Kabupaten Purbalingga, Provinsi Jawa Tengah Utis Sutisna; Tris Sugiarto; Yuniar Deddy Kurniawan
Prosiding Seminar Nasional Unimus Vol 2 (2019): Tantangan Implementasi Hasil Riset Perguruan Tinggi untuk Industrialisasi
Publisher : Universitas Muhammadiyah Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Pada proses penggilingan padi organik yang dilakukan oleh kelompok pembudidaya beras organik, menghasilkan produk berupa beras (57-60%), sekam (18-20%), dan dedak 8-10%.  Dari dedak yangdihasilkan dapat diproses ulang untuk mendapatkan bekatul (Oryza Sativa L). Kelompok Tani (KT) Organik Sidadadi menjadi salah satu kelompok penggiat organik di Kelurahan mewek, Kecamatan Kalimanah, Purbalingga. Produk utama beras organik adalah varietas situ bagendit dan mentik wangi, dengan produksi gabah rata-rata 8-9 ton/ha. Kelompok ini telah berhasil mengolah beberapa produk makanan bekatul menjadi minuman serbuk untuk kesehatan. Tepung bekatul olahan dikelompokkan ke 200 dan 300 mesh. Produk perlu dikemas secara menarik dalam sachet sesuai dengan produk makanan dan minuman kemasan lainnya. Hasil pengujian mesin sachet dengan sachet berbentuksegipanjang ukuran 8 x 12 cm, pengaturan parameter diuji untuk memperoleh suhu yang sesuai dengan bahan paking. Pada Tissu, tebal 140 mikrometer lebar sealing 1,2 cm data ujicoba menunjukan paking yang baik pada suhu vertikal sealing pada sisi vertikal dan horisontal pada suhu 160 C. Pada Aluminium foil tebal 120 mikrometer lebar sealing 1,2 cm,  data ujicoba menunjukan paking yang baik pada suhu vertikal sealing pada sisi vertikal sebesar 170 oC, suhu horizontal bagian bawah 170 C. Aluminiumfoil tebal 120 mm, lebar sealing 1 cm paking yang baik pada suhu vertikal sealing pada sisi vertikal sebesar 170 oC. Selanjutnya diuji kebocoran dengan menekan sachet, tingkat kerapatan dapat dilihat dengan melihat kebocoran udara yang terjadi, jika ditekan udara dalam sachet masih tetap maka sachet rapat dan menjadi rekomendasi penggunaan parameter pada proses sealing. Kata kunci: Rice bran, mesin sachet, organik
Pengaruh Perlakuan Alkaline dan Hot Water Treatment Terhadap karakteristik Kekuatan Komposite berpenguat serat kenaf dan Microcrystalline cellulose Sakuri, Sakuri; Dwi Nugroho, Dimas; Sugiarto, Tris
Accurate: Journal of Mechanical Engineering and Science Vol. 2 No. 2 (2021): October 2021
Publisher : Politeknik Negeri Cilacap

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35970/accurate.v2i2.876

Abstract

Tujuan penelitian digunakan untuk mengetahui tingkat pengaruh perlakuan hot alkali pada serat kenaf dan melakukan penambahkan microcrystalline cellulose(MCC) untuk meningkatkan kekuatan tarik dan kekuatan lentur komposit. Serat kenaf direndam dengan larutan NaOH sebanyak 6 % berat dan aqudes. Waktu perendaman selama 6 jam dengan perlakuan hot alkali pada temperatur sebesar 40 °C, 60 °C dan 80 °C. Pencampuran matrik unsaturated polyester dan microcrystalline cellulose menggunakan magnetic stirrer dengan menerapkan metode Taguchi. matrik Unsaturated polyester dan MCC dicampur dengan suhu 40 oC, kecepatan putar 250 Rpm, selama waktu 30 menit, dengan komposisi MCC sebesar 5 %. Pencetakan komposit menggunakan sistem injection molding dengan penekan menggunakan kemampuan dongkak. Hasil pengujian kekuatan tarik menunjukkan adanya peningkatan sebesar 27,91 %, dari kekuatan tarik sebelum perlakuan 66,69 MPa menjadi 85,65 MPa. Hasil pengujian kekuatan lentur meningkat sebesar 31,41 %, dari serat tanpa perlakuan 75,25 MPa menjadi 98.89 MPa dengan perlakuan hot alkali 40 oC. Modulus elastisitas memiliki grafik yang sebanding dengan hasil kekuatan tarik dan kekuatan lentur. Peningkatan kekuatan tarik dan lentur dikarenakan serat telah bersih dari kotoran akibat perlakuan hot lkali dan pencampuran microcrystalline cellulose.
PENERAPAN TATA LETAK TANAMAN DAN REAKTOR PIROLISIS BIOMASSA KONVERSI MENJADI BIOCHAR BERBAHAN BAKU SAMPAH PERKOTAAN Sugiarto, Tris; Sartohadi, Junun; Praharto, YB; Ngadisih, Ngadisih; Hidayati, Nurul; Harlin Jennie Pulungan, Nur Ainun
BUDIMAS : JURNAL PENGABDIAN MASYARAKAT Vol 6, No 3 (2024): BUDIMAS : Jurnal Pengabdian Masyarakat
Publisher : LPPM ITB AAS Indonesia Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29040/budimas.v6i3.15602

Abstract

Desa Rawalo, Kabupaten Banyumas, berdasarkan data biogeofisik memiliki kontur dan bentang wilayah berupa dataran dengan sebagian besar berupa area perkebunan dengan area perbukitan dengan area tertinggi 300 mdpl. Desa ini memiliki unit pengelolaan sampah kapasitas 9-10 ton/hari yang menghasilkan sampah pilahan plastik dan organik. Sampah organik oleh kelompok tani diolah menjadi pupuk melalui dekomposisi alami tetapi membutuhkan waktu proses 30 hari dan menimbulkan timbunan diarea hanggar. Unit pengelola sampah membutuhkan penetrasi dan peningkatan teknologi untuk mendukung ketahanan pangan dan produktivitas pertanian. Metode yang diterapkan meliputi penerapan teknologi pirolisis menggunakan reaktor ganda untuk mengonversi sampah organik menjadi biochar, produk berkarbon tinggi yang memiliki potensi besar dalam memperbaiki kualitas tanah pertanian. Biochar berfungsi sebagai pembenah tanah, meningkatkan kapasitas penyimpanan air dan nutrisi, serta mendukung pertumbuhan tanaman. Produksi biochar diintegrasikan dengan tata letak tanaman yang disusun secara optimal sesuai kebutuhan nutrisi dan struktur akar untuk menciptakan lingkungan tumbuh tanaman pangan lebih sinergis. Metode tata letak ini diberikan untuk penataan tanaman yang leboh produktif. Penggunaan biochar diaplikasikan pada area lahan petani secara terbatas, terutama pada lokasi tanah yang sudah hilang lapisan humusnya. Teknologi tepat guna Mesin pencuci asap vortex wet scrubber dan sealer paking pupuk/biochar. Penguatan manajamen melalui Forum Diskusi, workshop dan aplikasi dilapangan dengan menggunakan teknologi tepat guna memastikan proses produksi yang ramah lingkungan. Kinerja pengelolaan sampah didukung dengan website yang terintegrasi layanan penjualan produk. Penguatan Pendekatan ini diharapkan menjadi model pengelolaan sampah organik yang berkelanjutan dan berdampak positif bagi ketahanan pangan lokal. Kata kunci: Sampah, Organik, Pirolisis, Biochar, Tata Letak Tanaman, Biomassa. Abstract Based on biogeophysical data, Rawalo Village, Banyumas Regency, is situated on flat terrain dominated by agricultural areas and hill regions with an elevation of up to 300 meters above sea level. This village operates a waste management unit with a capacity of 9-10 tons per day, producing sorted plastic and organic waste. Organic waste is processed by farmer groups into compost through natural decomposition, a process that requires 30 days and results in stockpiling in hangar areas. The waste management unit requires technological penetration and enhancement to support food security and agricultural productivity. The approach involves the application of pyrolysis technology using a dual-reactor system to convert organic waste into biochar a high-carbon product with considerable potential for improving soil quality in agricultural land. Biochar functions as a soil amendment, increasing water retention and nutrient availability, while also supporting plant growth. In its application, biochar production is integrated with an optimal crop layout tailored to nutrient needs and root structures, creating a synergistic environment for food crops. This layout method optimizes plant arrangement for greater productivity. Biochar use is applied on a limited basis to farming areas, primarily where soil has lost its humus layer. Appropriate technology such as the vortex wet scrubber for smoke filtering and packaging sealers for fertilizers/biochar is utilized. Management is strengthened through discussion forums, workshops, and field applications using appropriate technology to ensure an environmentally friendly production process. Waste management performance is further supported by an integrated website offering product sales services. This approach is expected to serve as a sustainable model for organic waste management and to positively impact local food security. Keywords: Waste, Organic, Pyrolysis, Biochar, Plant spatial arrangement, Biomass resources.
TRANSFORMASI PENGELOLAAN SAMPAH ORGANIK MENJADI PAKAN TERNAK BERNILAI TINGGI DENGAN TEKNOLOGI PENCETAK PELLET DI DESA SALAGANGGENG, MREBET, PURBALINGGA Susanto, Tarsono Dwi; Sugiarto, Tris; Nurhidayat, Achmad; Sutisna, Utis
BUDIMAS : JURNAL PENGABDIAN MASYARAKAT Vol 6, No 3 (2024): BUDIMAS : Jurnal Pengabdian Masyarakat
Publisher : LPPM ITB AAS Indonesia Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29040/budimas.v6i3.15196

Abstract

Penerapan Rotary Die pellet berbahan maggot bertujuan memberikan upaya optimalisasi pengelolaan sampah organik. Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM) Berlian di Desa Salaganggeng, Kecamatan Mrebet, Purbalingga, mengelola sampah organik yang dipilah dan diolah menjadi bubur sebagai pakan maggot Black Soldier Fly (BSF), dengan kapasitas produksi maggot fresh sebesar 50 kg per hari. Sebelumnya, produk maggot hanya dijual dalam bentuk fresh dengan harga rendah, yaitu Rp. 4000-6000 per kilogram. Pendekatan teknologi pencetak pellet berpenggerak diesel 8 PK untuk meningkatkan efisiensi dan diversifikasi produk maggot. Dengan kapasitas produksi pellet ikan dan unggas sebesar 100 kg per jam, teknologi ini membantu kelompok menghasilkan pakan ternak berbasis maggot yang lebih bernilai ekonomi tinggi. pemanfaatan sampah organik sebagai pakan maggot mendukung upaya pengelolaan sampah yang berkelanjutan di tingkat masyarakat. Hasil kegiatan ini memperlihatkan keberhasilan teknologi sederhana dalam meningkatkan ekonomi masyarakat melalui inovasi berbasis lingkungan. Kata Kunci:Maggot BSF, mesin pencetak pellet, bank sampah, pakan ternak, pengelolaan sampah. Abstract This community service activity aims to enhance the productivity and added value of maggot products at the Berlian Community-Based Organization (KSM), a waste bank in Salaganggeng Village, Mrebet Subdistrict, Purbalingga. KSM Berlian manages organic waste, which is separated and processed into slurry to feed Black Soldier Fly (BSF) maggots, with a production capacity of 50 kg per day. Previously, the maggot products were sold fresh at a low price, ranging from IDR 4,000-6,000 per kilogram. Through this initiative, a rotary pellet press machine powered by an 8 HP diesel engine was introduced to increase efficiency and diversify maggot products. With a production capacity of 100 kg of fish and poultry feed pellets per hour, this technology enabled the group to produce high-value maggot-based animal feed. Additionally, utilizing organic waste as maggot feed supports sustainable waste management at the community level. The results demonstrate the success of simple technology in enhancing local economic development through environmentally friendly innovation. Keywords: BSF maggot, pellet press machine, waste bank, animal feed, waste management
TRANSFORMASI PENGELOLAAN SAMPAH ORGANIK MENJADI PAKAN TERNAK BERNILAI TINGGI DENGAN TEKNOLOGI PENCETAK PELLET DI DESA SALAGANGGENG, MREBET, PURBALINGGA Susanto, Tarsono Dwi; Sugiarto, Tris; Nurhidayat, Achmad; Sutisna, Utis
BUDIMAS : JURNAL PENGABDIAN MASYARAKAT Vol. 6 No. 3 (2024): BUDIMAS : Jurnal Pengabdian Masyarakat
Publisher : LPPM ITB AAS Indonesia Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29040/budimas.v6i3.15196

Abstract

Penerapan Rotary Die pellet berbahan maggot bertujuan memberikan upaya optimalisasi pengelolaan sampah organik. Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM) Berlian di Desa Salaganggeng, Kecamatan Mrebet, Purbalingga, mengelola sampah organik yang dipilah dan diolah menjadi bubur sebagai pakan maggot Black Soldier Fly (BSF), dengan kapasitas produksi maggot fresh sebesar 50 kg per hari. Sebelumnya, produk maggot hanya dijual dalam bentuk fresh dengan harga rendah, yaitu Rp. 4000-6000 per kilogram. Pendekatan teknologi pencetak pellet berpenggerak diesel 8 PK untuk meningkatkan efisiensi dan diversifikasi produk maggot. Dengan kapasitas produksi pellet ikan dan unggas sebesar 100 kg per jam, teknologi ini membantu kelompok menghasilkan pakan ternak berbasis maggot yang lebih bernilai ekonomi tinggi. pemanfaatan sampah organik sebagai pakan maggot mendukung upaya pengelolaan sampah yang berkelanjutan di tingkat masyarakat. Hasil kegiatan ini memperlihatkan keberhasilan teknologi sederhana dalam meningkatkan ekonomi masyarakat melalui inovasi berbasis lingkungan. Kata Kunci:Maggot BSF, mesin pencetak pellet, bank sampah, pakan ternak, pengelolaan sampah. Abstract This community service activity aims to enhance the productivity and added value of maggot products at the Berlian Community-Based Organization (KSM), a waste bank in Salaganggeng Village, Mrebet Subdistrict, Purbalingga. KSM Berlian manages organic waste, which is separated and processed into slurry to feed Black Soldier Fly (BSF) maggots, with a production capacity of 50 kg per day. Previously, the maggot products were sold fresh at a low price, ranging from IDR 4,000-6,000 per kilogram. Through this initiative, a rotary pellet press machine powered by an 8 HP diesel engine was introduced to increase efficiency and diversify maggot products. With a production capacity of 100 kg of fish and poultry feed pellets per hour, this technology enabled the group to produce high-value maggot-based animal feed. Additionally, utilizing organic waste as maggot feed supports sustainable waste management at the community level. The results demonstrate the success of simple technology in enhancing local economic development through environmentally friendly innovation. Keywords: BSF maggot, pellet press machine, waste bank, animal feed, waste management
PENERAPAN TATA LETAK TANAMAN DAN REAKTOR PIROLISIS BIOMASSA KONVERSI MENJADI BIOCHAR BERBAHAN BAKU SAMPAH PERKOTAAN Sugiarto, Tris; Sartohadi, Junun; Praharto, YB; Ngadisih, Ngadisih; Hidayati, Nurul; Harlin Jennie Pulungan, Nur Ainun
BUDIMAS : JURNAL PENGABDIAN MASYARAKAT Vol. 6 No. 3 (2024): BUDIMAS : Jurnal Pengabdian Masyarakat
Publisher : LPPM ITB AAS Indonesia Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29040/budimas.v6i3.15602

Abstract

Desa Rawalo, Kabupaten Banyumas, berdasarkan data biogeofisik memiliki kontur dan bentang wilayah berupa dataran dengan sebagian besar berupa area perkebunan dengan area perbukitan dengan area tertinggi 300 mdpl. Desa ini memiliki unit pengelolaan sampah kapasitas 9-10 ton/hari yang menghasilkan sampah pilahan plastik dan organik. Sampah organik oleh kelompok tani diolah menjadi pupuk melalui dekomposisi alami tetapi membutuhkan waktu proses 30 hari dan menimbulkan timbunan diarea hanggar. Unit pengelola sampah membutuhkan penetrasi dan peningkatan teknologi untuk mendukung ketahanan pangan dan produktivitas pertanian. Metode yang diterapkan meliputi penerapan teknologi pirolisis menggunakan reaktor ganda untuk mengonversi sampah organik menjadi biochar, produk berkarbon tinggi yang memiliki potensi besar dalam memperbaiki kualitas tanah pertanian. Biochar berfungsi sebagai pembenah tanah, meningkatkan kapasitas penyimpanan air dan nutrisi, serta mendukung pertumbuhan tanaman. Produksi biochar diintegrasikan dengan tata letak tanaman yang disusun secara optimal sesuai kebutuhan nutrisi dan struktur akar untuk menciptakan lingkungan tumbuh tanaman pangan lebih sinergis. Metode tata letak ini diberikan untuk penataan tanaman yang leboh produktif. Penggunaan biochar diaplikasikan pada area lahan petani secara terbatas, terutama pada lokasi tanah yang sudah hilang lapisan humusnya. Teknologi tepat guna Mesin pencuci asap vortex wet scrubber dan sealer paking pupuk/biochar. Penguatan manajamen melalui Forum Diskusi, workshop dan aplikasi dilapangan dengan menggunakan teknologi tepat guna memastikan proses produksi yang ramah lingkungan. Kinerja pengelolaan sampah didukung dengan website yang terintegrasi layanan penjualan produk. Penguatan Pendekatan ini diharapkan menjadi model pengelolaan sampah organik yang berkelanjutan dan berdampak positif bagi ketahanan pangan lokal. Kata kunci: Sampah, Organik, Pirolisis, Biochar, Tata Letak Tanaman, Biomassa. Abstract Based on biogeophysical data, Rawalo Village, Banyumas Regency, is situated on flat terrain dominated by agricultural areas and hill regions with an elevation of up to 300 meters above sea level. This village operates a waste management unit with a capacity of 9-10 tons per day, producing sorted plastic and organic waste. Organic waste is processed by farmer groups into compost through natural decomposition, a process that requires 30 days and results in stockpiling in hangar areas. The waste management unit requires technological penetration and enhancement to support food security and agricultural productivity. The approach involves the application of pyrolysis technology using a dual-reactor system to convert organic waste into biochar a high-carbon product with considerable potential for improving soil quality in agricultural land. Biochar functions as a soil amendment, increasing water retention and nutrient availability, while also supporting plant growth. In its application, biochar production is integrated with an optimal crop layout tailored to nutrient needs and root structures, creating a synergistic environment for food crops. This layout method optimizes plant arrangement for greater productivity. Biochar use is applied on a limited basis to farming areas, primarily where soil has lost its humus layer. Appropriate technology such as the vortex wet scrubber for smoke filtering and packaging sealers for fertilizers/biochar is utilized. Management is strengthened through discussion forums, workshops, and field applications using appropriate technology to ensure an environmentally friendly production process. Waste management performance is further supported by an integrated website offering product sales services. This approach is expected to serve as a sustainable model for organic waste management and to positively impact local food security. Keywords: Waste, Organic, Pyrolysis, Biochar, Plant spatial arrangement, Biomass resources.