Claim Missing Document
Check
Articles

APLIKASI ENZIM PAPAIN DALAM PEMBUATAN TEPUNG CANGKANG KERANG DARAH (Anadara granosa) Darat, Kristian Umbu; Mushollaeni, Wahyu; Tantalu, Lorine
Fakultas Pertanian Vol 6, No 1 (2018)
Publisher : Universitas Tribhuwana Tunggadewi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Blood Clam is one of marine biota whose production amount is greatly increased throughout the year. However, the utilization of blood clam shell has not been maximized. Blood clam shell has only become a general waste at the fish auction. This study aimed to determine the proper concentration of papain enzyme to produce the best quality of clam shell flour. The calculation of business feasibility analysis was done descriptively with capital investment. The results of this study indicated that with a capacity of 20 kg per day the investment capital of IDR 1,917,817 with operational cost was IDR 4,260,000 per year. The calculation of business was carried out within one year and the HPP was IDR 17,228,46 / kg. The net profit per day of 10% was IDR 31,011.12 with BEP value was IDR 30,428,571.42 per year. RCR obtained from the calculation of the business feasibility of the blood clams shell flour was 1.10. Kerang Darah merupakan salah satu hasil biota laut yang jumlah produksi selalu meningkat sepanjang tahun. Namun pemanfaatan cangkang kerang darah belum maksimal. Keadaan cangkang kerang darah hanya menjadi limbah umunya di tempat pelelangan ikan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui konsentrasi enzim papain yang tepat untuk menghasilkan tepung cangkang kerang darah dengan kualitas terbaik. Perhitungan analisa kelayakan usaha dilakukan secara deskriptif dan investasi. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dengan kapasitas 20 kg per hari diperoleh modal investasi sebesar Rp. 1.917.817 dengan biaya operasional sebesar Rp. 4.260.000 per tahun. Perhitungan usaha dilaksanakan dalam jangka satu tahun dan didapatkan HPP sebesar Rp. 17.228,46/kg. Keuntungan bersih per hari dari 10% adalah Rp. 31.011,12 dengan nilai BEP adalah Rp. 30.428.571,42 per tahun. RCR yang diperoleh dari hitungan kelayakan usaha pembuatan tepung cangkang kerang darah adalah 1,10.
Produksi Fish Flakes Dari Kombinasi Tepung Mocaf, Tepung Kedelai, Tapioka Dengan Fortifikasi Tepung Ikan Lele Muda, Magdalena Mitan; Mushollaeni, Wahyu; Wirawan, Wirawan
Fakultas Pertanian Vol 4, No 1 (2016)
Publisher : Universitas Tribhuwana Tunggadewi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Fish Flakes merupakan salah satu bentuk olahan pangan yang menyerupai dendeng daging sapi. Sifat ikan mudah sekali busuk, sehingga perlu adanya upaya pembuatan beraneka macam produk olahan pangan berbasisikan dengan kualitas dan gizi yang baik untuk kesehatan.Keunggulan ikan lele dibandingkan dengan produk hewani lainnya adalah kaya akan Leusin dan Lisin. Leusin (C6H13NO2) merupakan asam amino esensial yang sangat diperlukan untuk pertumbuhan anak-anak dan menjaga keseimbangan nitrogen. Leusin juga berguna untuk perombakan dan pembentukan protein otot. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sifat fisik dan kimia fish flakes dari formulasi terbaik serta mengetahui kelayakan usaha industry ini. Penelitian menggunakan Rancangan Acak Lengkap faktornya yaitu proporsi tepung ikan lele, tepung mocaf, tepung kedelai, tapioka (F1 4% : 61% : 20% : 15%, F2 6% : 49% : 25% : 20% F3, 8% : 37% : 30% : 25%, F4 10% : 25% : 35% : 30%). Ulangan dilakukan sebanyak 5 kali. Parameter yang diamati yaitu kadar air, kadar abu, kadar protein, kadar lemak dan kadar karbohidrat. Perlakuan terbaik adalah penggunaan 10% tepung ikan lele, 25% tepung mocaf, 35 tepung kedelai dan 30% tapioka. Proporsi ini menghasilkan kadar air 5,33%, kada rabu 20,1%, kadar protein 16,91%, kadar lemak 22,64%, kadar karbohidrat 58,64%. Usaha fish flakes dengan formulasi ini layak diusahakan dengan HPP sebesarRp. 4.682,32/100 gram, harga jual tiap kemasan adalah Rp. 6.087,09/100 gram serta keuntungan 30%. Keuntungan bersih per hari yang diperoleh sebesar Rp. 210.707/100 gram. BEP yang diperoleh sebesar Rp. 4276,09 unit produk tiap tahun dan RCR adalah 1,3.
PENGARUH JENIS KEMASAN DAN LAMA SIMPAN TERHADAP KUALITAS MUTU MIE BASAH SEBAGAI BAHAN PRODUK CUIMIE MALANG Sutinata, Tri; Mushollaeni, Wahyu; Sasongko, Pramono
Fakultas Pertanian Vol 6, No 1 (2018)
Publisher : Universitas Tribhuwana Tunggadewi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

The aim of this research is to determine 1) the right type of packing to keep the quality of the poor cuimie, 2) long time saving to keep the quality of the poor cuimie. This study used nesting design calculation consisting of 2 factors: packaging type consist of 0.03 mm polypropylene packaging, poplipropylene 0,08 mm, polypropylene 0,10 mm, and alumunium foil packaging. The results showed that the best packaging used to pack the wet noodles as a cuimie product is the type of aluminum foil packaging. Long save best to maintain the quality of wet noodles as cuimie product that is 3 days. Penelitian ini bertujuan untuk 1) jenis kemasan yang tepat untuk menjaga kualitas cuimie malang, 2) lama simpan yang tepat untuk menjaga kualitas cuimie malang. Penelitian ini mengunakan perhitungan rancangan tersarang yang terdiri dari 2 faktor yaitu jenis kemasan terdiri dari kemasan polipropilen 0,03 mm, poplipropilen 0,08 mm, polipropilen 0,10 mm, dan kemasan alumunium foil. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kemasan yang paling baik digunakan untuk mengemas mie basah sebagai bahan produk cuimie adalah jenis kemasan alumunium foil. Lama simpan paling baik untuk menjaga kualitas mie basah sebagai produk cuimie yaitu 3 hari.
ANALISA KELAYAKAN USAHA PEMBUATAN MINUMAN INSTAN DARI EKSTRAK KACANG HITAM (Cajanus sp.) Isrofatin, Isrofatin; Mushollaeni, Wahyu; Rahmawati, Atina
Fakultas Pertanian Vol 5, No 2 (2017)
Publisher : Universitas Tribhuwana Tunggadewi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Black beans is one type of Leguminosae origin from West Nusa Tenggara. Black beans are usually only processed by the community as a raw materials for local cuisine and traditional medicine. The use of the this black beans for instant beverages and the analysis of financial feasibility hasn?t been done. This study aims to analyze the financial feasibility of the production of instant drink from black bean extract. This research is done by descriptive analysis and investment criteria. The results showed that the capacity of 12.5 kg of black bean extract per day obtained investment capital of Rp 151,789,000 with operational cost of Rp 124,500,000 per year. The calculation is done within one year obtained the cost of production (HPP) of Rp 3.531 per pack with a weight of 3 grams. 10% profit from HPP net profit of Rp 106 575,000. Financial analysis obtained break event point (BEP) is Rp 949,837,155 per year. If the interest rate is 12% per year then, the RCR value is 1.8, NPV of Rp 384.181.560, and IRR value of 50%. Kacang hitam adalah salah satu jenis tanaman Leguminosae yang berasal dari Nusa Tenggara Barat. Kacang hitam belum banyak dimanfaatkan dan hanya diolah oleh masyarakat sebagai bahan masakan khas daerah dan obat tradisional. Pengolahan kacang hitam menjadi produk minuman instan dan analisa kelayakan usahanya belum pernah dilakukan. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa kelayakan usaha pembuatan minuman instan dari ekstrak kacang hitam. Perhitungan analisa kelayakan usaha dilakukan dengan analisis deskriptif dan kriteria investasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dengan kapasitas 12,5 kg ekstrak kacang hitam per hari didapatkan modal investasi sebesar Rp 151.789.000 dengan biaya operasional sebesar Rp 124.500.000 per tahun. Perhitungan dilakukan dalam jangka setahun dan didapatkan HPP sebesar Rp 3.531 per 3 g. Laba bersih dari keuntungan 10% HPP adalah Rp 106.575.000 dengan nilai BEP adalah Rp. 949.837.155 per tahun. Jika tingkat bunga 12% per tahun, maka didapatkan nilai RCR adalah 1,8; NPV sebesar Rp 384.181.560, dan nilai IRR sebesar 50%.
PENGUJIAN DAYA HAMBAT PERTUMBUHAN JAMUR Aspergillus sp. DARI EKSTRAK ETIL ASETAT DAUN SAWO MANILA (Manilkara zapota) Susanti, Herlina; Mushollaeni, Wahyu; Sasongko, Pramono
Fakultas Pertanian Vol 4, No 1 (2016)
Publisher : Universitas Tribhuwana Tunggadewi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan jenis-jenis senyawa bioaktif dan konsentrasi yang paling efektif dari ekstrak daun sawo manila dalam menghambat pertumbuhan jamur Aspergillus sp. Perlakuan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu E1: Etil asetat teknis 70% dan E2: Etil asetat teknis 90% masing-masing dengankonsentrasi 10% = 20%= 30%= 40%= 50%. Masing-masing perlakuan diulang sebanyak 3 kali. Dari pengamatan hasil penelitian yang dilakukan dengan ekstrak daun sawo dari etil asetat 70% pada hari yang kelima yaitu dengan zona bening dari uji daya hambat seluas 4,1 mm yaitu pada konsentrasi ekstrak daun sawo 50% mampu menghambat pertumbuhan jamur Aspergillus sp. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa berdasarkan analisa uji daya hambat pertumbuhan jamur Aspergillus sp maka kombinasi perlakuan yang terbaik adalah E1: Etil asetat 70% dengan konsentrasi 50%, dari hasil perlakuan terbaik tersebut dilakukan analisa kelayakan usaha meliputi perhitungan biaya investasi sebesar Rp. 227.650.000 dan kebutuhan total biaya investasi diperoleh biaya produksi tahunan sebesar Rp. 1.945.950.000 dengan kapasitas produksi selama 1 tahun adalah Rp. 180.000 botol/tahunnya, maka akan diperoleh HPP sebesar Rp. 18.935,33/botol. Nilai BEP terjadi pada kualitas produk Rp. 18.935,33 unit produk/tahun sebesar Rp. 1.163.432.485 IRR= RCR= 1,75 karena nilai RCR pada proyek ini > 1 maka usaha produksi ekstrak daun sawo manila menggunakan etil asetat ini layak untuk diusahakan.
ANALISA KELAYAKAN USAHA PEMBUATAN JAMU INSTAN TEMULAWAK DAN DAUN KUMIS KUCING (TINJAUAN DARI PELAKUAN TERBAIK KOMBINASI MALTODEKSTRIN DAN TAPIOKA SEBAGAI BAHAN PENGISI) Kila, Kristina; Mushollaeni, Wahyu; Rahmawati, Atina
Fakultas Pertanian Vol 6, No 1 (2018)
Publisher : Universitas Tribhuwana Tunggadewi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Traditional herbal medicine made from various natural materials, including from Curcuma xanthoriza Roxb and Orthosiphon spicatus B.B.S that are very potential to be developed into herbal medicine ingredients. Until now these two materials are still widely processed into herbal ingredients in the form of dry materials or processed by the community into herbal form liquid or brewed and not yet processed into herbal medicine in the form of instant. The process of making herbal medicine in the form of instantly requires the right filler. Instant food processed fillers are cheap and easy to find in the market is maltodekstrin and tapioca. However, no studies have revealed the use of these two fillers in the manufacture of instant herbs made from Curcuma xanthoriza Roxb and Orthosiphon spicatus B.B.S, as well as analyzing the feasibility of the business. Therefore, this study aims to determine the feasibility of the business of making instant herbal medicine made from Curcuma xanthoriza Roxb and Orthosiphon spicatus B.B.S, with a review of the best formulation of maltodextrin and tapioca as the filler. The best formulations for the use of maltodextrin and tapioca are 30% and 5%. The business feasibility analysis shows that instant herbs with 30% maltodextrin and 5% tapioca ratio are feasible because RCR value is more than 1 (1.1). Jamu tradisional dibuat dari berbagai bahan alam, diantaranya dari temulawak dan daun kumis kucing yang sangat berpotensi untuk dikembangkan menjadi bahan obat herbal. Hingga saat ini kedua bahan tersebut masih banyak diolah menjadi bahan jamu dalam bentuk bahan kering atau diproses oleh masyarakat menjadi jamu bentuk cair atau seduhan dan belum banyak diproses menjadi jamu dalam bentuk instan. Proses pembuatan jamu dalam bentuk instan sangat membutuhkan bahan pengisi yang tepat. Bahan pengisi produk olahan pangan instan yang cukup murah dan mudah ditemui di pasaran adalah maltodekstrin dan tapioka. Namun demikian, belum ada peneliitian yang mengungkapkan penggunaan kedua bahan pengisi ini dalam pembuatan jamu instan berbahan temulawak dan daun kumis kucing, sekaligus menganalisa kelayakan usahanya. Oleh karena itu penelitian ini bertujuan untuk menentukan kelayakan usaha pembuatan jamu instan berbahan temulawak dan daun kumis kucing, dengan tinjauan dari formulasi terbaik maltodekstrin dan tapioka sebagai bahan pengisi. Formulasi terbaik penggunaan maltodekstrin dan tapioka adalah 30% dan 5%. Analisa kelayakan usaha menunjukkan bahwa jamu instan dengan perbandingan maltodekstrin 30% dan tapioka 5%, layak diusahakan karena nilai RCR lebih dari 1 (1,1).
PEMBUATAN MIE KERING DARI PROPORSI PERBANDINGAN TERIGU DAN TEPUNG MOCAF Hedinarta, Hedinarta; Mushollaeni, Wahyu; Wirawan, Wirawan
Fakultas Pertanian Vol 4, No 1 (2016)
Publisher : Universitas Tribhuwana Tunggadewi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Mocaf yang merupakan produk tepung ubi kayu yang diproses menggunakan prinsip memodifikasi sel ubi kayu secara fermentasi. Fermentasi dengan starter bisa menggunakan bakteri asam laktat (starter Lactobacillus), khamir Saccharomyces Cerevisiae, maupun fermentasi secara alami. Penelitian Rancangan Acak Lengkap dengan satu faktor yaitu 3x3. Formulasi Tepung Mocaf dan Terigu sebanyak 3 Formulasi yaituP1= Mocaf 20% : Terigu 80%, P2= Mocaf 40% : Terigu 60%, P3= Mocaf 60% : Terigu40%. Dan Analisa Usaha dilakukan terhadap Break Even Point (BEP), Harga Pokok Penjualan (HPP), R/C (Revenue Cost Ratio). Hasil analisa daya patah, tekstur dan dan kembang dari mie kering tertinggi terdapat pada perlakuan mocaf 40% dan tepung terigu 60% yaitu sebesar 4,6 untuk daya patah, 3,52 untuk nilai tekstur dan 3,67 untuk daya kembang mie kering. Dengan harga pokok produksi (HPP) Rp5.404,90/pack serta harga jual perkemasan Rp7.500. dengan, BEP (unit) diperoleh jika produksinya mencapai11.621,49 pack sedangkan BEP (harga) akan diperoleh jika mendapat pendapatan sebesar Rp183.816.964,29. Hasil perhitungan diperoleh RCR 1,38. Artinya usaha mie kering ini layak diusahakan karena RCR>1.
VARIASI LAMA PERENDAMAN DAN KONSENTRASI ASAM ASETAT DALAM PEMBUATAN TEPUNG CANGKANG KERANG DARAH (Anadara granosa) Lamadiko, Abdul Gani; Mushollaeni, Wahyu; Tantalu, Lorine
Fakultas Pertanian Vol 6, No 1 (2018)
Publisher : Universitas Tribhuwana Tunggadewi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Clam Shell is a potential source of minerals, especially calcium that can be used as fortificant in food or animal feeding, so it can increase the added value of waste fishery. However, the researches to utilize the shell of clams have not been disclosed so far, because shells are very hard and difficult to process. Therefore, a research is needed to obtain organic solvents that can soften the shell, making it easier to process. One such type of solvent is acetic acid. The objective of this research was to get the best immersion duration and concentration of acetic acid to produce the best quality of clam shell flour and get the economic feasibility to the business of making clam shell flour on a small scale industry. This research used a Randomized Block Design (RAK) of factorial pattern with two factors: soaking period (1 day, 2 days, 3 days) and concentration of acetic acid (50%, 75%, 100%). A repetition was done 3 times, so that 27 units of experiments were obtained. The research parameters included (1) physicochemical test such as calcium content, ash content, moisture content, white degree, yield, protein content and total acid content, and (2) preference test from color and aroma. The best treatment of the study was the clam shell which was soaked for 2 days using 75% concentration of acetic acid solution. The business of clam shell flour in the small scale industry was feasible to work with BEP of Rp. 1,139,11,- and RCR of 1.15. Kulit kerang berpotensi sebagai sumber mineral terutama kalsium yang dapat digunakan sebagai fortifikan dalam pangan atau pakan ternak, sehingga dapat meningkatkan nilai tambah limbah hasil perikanan. Namun demikian, penelitian untuk memanfaatkan cangkang kerang darah yang hingga saat ini belum banyak diungkapkan, karena cangkang kerang sangat keras dan sulit untuk diolah. Oleh karena itu sangat diperlukan penelitian untuk mendapatkan pelarut organik yang dapat melunakkan cangkang, sehingga lebih mudah diolah. Salah satu jenis pelarut tersebut adalah asam asetat. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan lama perendaman dan konsentrasi asam asetat yang tepat untuk menghasilkan tepung cangkang kerang darah dengan kualitas terbaik serta mendapatkan perhitungan kelayakan ekonomi terhadap usaha pembuatan tepung cangkang kerang darah pada skala industri kecil. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) faktorial dengan dua faktor yaitu lama perendaman (1 hari, 2 hari, 3 hari) dan konsentrasi asam asetat (50%, 75%, 100%). Ulangan dilakukan sebanyak 3 kali, sehingga diperoleh 27 unit percobaan. Parameter penelitian meliputi (1) uji fisikokimia yaitu kadar kalsium, kadar abu, kadar air, derajat putih, rendemen, kadar protein dan kadar total asam, dan (2) uji kesukaan yaitu warna dan aroma. Perlakuan terbaik dari penelitian adalah tepung cangkang kerang darah yang direndam selama 2 hari menggunakan larutan asam asetat dengan konsentrasi 75%. Usaha tepung cangkang kerang darah dalam skala industri kecil layak diusahakan dengan BEP sebesar Rp. 1.139,11,- dan RCR sebesar 1,15.
KELAYAKAN FINANSIAL PRODUKSI BUBUK KACANG HITAM (Cajanus sp.) TERFERMENTASI MENGGUNAKAN KULTUR Lactobacillus sp. Yustiadi, Yayat; Mushollaeni, Wahyu; Wirawan, Wirawan
Fakultas Pertanian Vol 5, No 1 (2017)
Publisher : Universitas Tribhuwana Tunggadewi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Black bean (Cajanus sp.) is a local bean that comes from Nusa Tenggara. The advantages of black beans is a high potential and are in a big amount. The black bean processing into a food product fermented using Lactobacillus sp. culture has not been done and has not been calculated for its financial feasibility. The purpose of this study was to analyze the financial feasibility of the production of fermented black bean powder cultured by Lactobacillus sp. on a household scale industries. The results showed that the capacity of 20 kg of black bean per day obtained a capital investment of 8,852,550.00 IDR and the operational cost is 22,440,000.00 IDR per year. Calculations made within a year and found the cost of production (HPP) is 1,300 IDR per 100 grams. The profit of 25% of HPP is 40,358 IDR per day. Break Even Point (BEP) is Rp 34,715,347, and obtained the value of RCR at 1.31 per unit. Kacang hitam (Cajanus sp.) merupkan kacang lokal yang berasal dari Nusa Tenggara yang mempunyai keunggulan dibandingkan dengan jenis Leguminosae yang lain. Keunggulan kacang hitam adalah potensinya yang tinggi dan terdapat dalam jumlah yang melimpah. Pengolahan kacang hitam tersebut menjadi produk pangan terfermentasi dengan menggunakan kultur Lactobacillus sp. belum pernah dilakukan dan dihitung kelayakan finansialnya. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisa kelayakan finansial dari produksi bubuk kacang hitam terfermentasi dengan kultur bakteri Lactobacillus sp. pada skala industri rumah tangga. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dengan kapasitas produksi per hari sebesar 20 kg kacang hitam, dibutuhkan modal investasi sebesar Rp 8,852,550.00 dan biaya operasional sebesar Rp 22,440,000.00 per tahunnya. Perhitungan finansial yang dilakukan dalam jangka setahun, didapatkan harga pokok produksi (HPP) sebesar Rp 1.300 per 100 gram. Keuntungan 25% dari HPP didapatkan laba bersih sebanyak Rp 40.358 per hari. Perhitungan Break Event Point (BEP) adalah sebesar Rp 34.715,347, dan nilai RCR sebesar 1,31 per unit.
ANALISA KELAYAKAN USAHA PENGOLAHAN BUBUK KACANG HITAM TERFERMENTASI DENGAN KAPANG RHIZOPUS SP. Abdullah, Jamal; Mushollaeni, Wahyu; Wirawan, Wirawan
Fakultas Pertanian Vol 5, No 1 (2017)
Publisher : Universitas Tribhuwana Tunggadewi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Black bean (Cajanus sp.) is one kind of the Leguminosae class that can grow throughout the year and resistant to dry condition.Black bean is very potential as a source of nutrients, but until now has never been used in food and analyzed the feasibility.Fermentation is one of the treatment process that uses microbes help to improve the nutritional quality of a food product.Therefore, this study aimed to calculate the feasibility of black bean processing. The study was conducted by calculating the value of Cost of Goods (HPP), Break Even Point (BEP), dan Revenue Cost Ratio(RCR).The results showed that the capacity of 20 kg of black bean per day obtained a capital investment of 8,035,650 IDR, with operating expenses of 89,730,000 IDR per year. HPP point is 2,232,22 IDR per pack and net income (25% of HPP) is 55,806 IDR per day, and also the value of BEP is 107,865,168 IDR. Processing of fermented black bean powder business is visible with RCR value of 1.25. Kacang hitam (Cajanus sp.) merupakan salah satu jenis tanaman golongan Leguminosae yang mampu tumbuh sepanjang tahun dan tahan terhadap kondisi kering.Kacang hitam tersebut sangat berpotensi sebagai sumber zat gizi, namun hingga saat ini belum pernah dimanfaatkan dalam pangan dan dianalisa kelayakan usahanya. Fermentasi merupakan salah satu proses pengolahan yang memanfaatkan bantuan mikroba untuk meningkatkan kualitas gizi suatu produk pangan. Penelitian ini bertujuan untuk menghitung kelayakan usaha pengolahan kacang hitam menjadi bubuk kacang hitam terfermentasi dengan kapang Rhizopus sp. Perhitungan kelayakan usaha dalam penelitian ini adalah untuk mendapatkan nilai Harga Pokok Produksi (HPP), Break Even Point (BEP), dan Revenue Cost Ratio (RCR) dari usaha pengolahan kacang hitam tersebut.Hasil penelitian menunjukkan bahwa dengan kapasitas bahan baku 20 kg kacang hitam per hari, membutuhkan modal investasi sebesar Rp. 8.035.650 dan biaya operasional sebesar Rp. 89.730.000 per tahun. Nilai HPP produk sebesar Rp 2.232 per kemasan dan laba bersih (25% dari HPP) adalah Rp 55.806 per hari. Nilai BEP didapatkan sebesar Rp. 107.865.168. Pengolahan usaha bubuk kacang hitam terfermentasi layak diusahakan dengan nilai RCR 1,25.