Claim Missing Document
Check
Articles

Found 5 Documents
Search

Pemanfaatan Melati Air Echinodorus Paleofolius sebagai Fitoremediasi Kadar Chemical Oxigen Demand Limbah Cair di Wisata Sawah Pematang Johar Wizni Fadhillah; Susanti, Rini; Harahap, Wahyuni Umami; Sulistiani, Rini; Utami, Sri; Widihastuty
Jurnal Abdimas Mahakam Vol. 9 No. 02 (2025): Juli
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24903/jam.v9i02.3552

Abstract

Wisata sawah Pematang Johar terletak di  Desa Pematang Johar, Kecamatan Labuhan Deli, Kabupaten Deli Serdang Provinsi Sumatera Utara. Ketersediaan air bersih yang  sangat minim di sekitar lahan sawah, menjadi alasan utama pengabdian dilaksanakan. Pengabdian bertujuan untuk menambah pengetahuan mitra dalam memanfaatkan melati air sebagai fitoremediator limbah  yang masuk ke areal  wisata, limbah yang kotor dan berbau menjadi bersih dan layak untuk digunakan. Kontribusi tim pengabdian kepada mitra  berupa sosialisasi dan edukasi tentang melati air sebagai fitoremediator. Kegiatan dilaksanakan di hari jum’at, 3 Januari 2025 di saung tengah sawah, dihadiri 20 orang yaitu mitra dalam hal ini perangkat Desa dan kader posyandu. Chemical Oxygen Demand (COD) merupakan parameter  dalam pengujian kualitas air.  Metode yang digunakan dalam kegiatan PKM ini adalah: 1).Sosialisai dan edukasi, 2).Metode constructure wetland (Lahan basah buatan untuk mengolah limbah cair industry dan limbah cair domesik)  3) Analisa limbah. Kadar COD limbah awal 395,5 mg/L (diatas standard mutu air limbah) menjadi 96 mg/L (dibawah standard mutu limbah). Limbah yang berwarna hitam dan berbau busuk menjadi tak berbau dan tak berwarna. Melati air mampu menurunkan kadar COD, warna dan bau limbah cair.
The difference in leaves production, protein and calcium of Moringa oleifera under modification planting media, application of PGR and nitrogen SULISTIANI, RINI; YUSUF, MUKHTAR; SARAGIH, SYAIFUL AMRI
Jurnal Natural Volume 24 Number 1, February 2024
Publisher : Universitas Syiah Kuala

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24815/jn.v24i1.32403

Abstract

Moringa has many ingredients of nutrients that are beneficial for food sources and nutrients that have not been widely cultivated. The nutritional content, benefits and high demand for Moringa abroad will open large opportunities for exporting Moringa flour. Foods full of nutrition will support the maintenance of good public health. For this reason, it is necessary to study and research cultivation techniques that produce high Moringa leaves and can be available sustainably. Production of Moringa leaves as a source of secondary metabolites can be increased by modifying the planting media and applying Plant Growth Regulator (PGR) and Nitrogen. The study used Split Split Plot Design with the main plot immersion by PGR, consisting of 3 types, namely: G1 (Fresh water), G2 (Coconut water), and G3 (GA3). The subplot was the treatment of planting media with two types: M (soil: sand: manure = 1:1:2); M (soil: sand: manure = 1:2:1). The sub subplots were N (urea) fertilizer, with four levels: N0 (0 g/plant); N1 (5 g/plant); N (10 g/plant); and N (15 g/plant). Each treatment combination goes over three times. The agronomic parameters observed were plant height, the number of leaves, fresh crop weight, and root volume, and the biochemical parameters observed were chlorophyll, protein, and calcium levels. The composition of the planting media caused significant differences in plant height at 4, 6, and 10 weeks after planting (WAP), the number of leaves at 4 WAP, and root length at 10 WAP. Growth Regulators significantly affected plant height at 4, 6, and 10 WAP, the number of leaves at 4 WAP, and root length at harvest. Nitrogen fertilization caused significant differences in plant height at 4, 6, and 10 WAP, volume, and root length at harvest (10 WAP). The combination of Planting media, PGR, and Nitrogen treatments caused significant differences in plant height at 4, 6, and 10 WAP and the number of leaves at 6 WAP. Laboratory analysis in this study showed high calcium and protein in Moringa leaves.
Kadar Klorofil Daun Bibit Kelor (Moringa oleifera L.) pada Berbagai Dosis Kompos Fadillah Rasyidi, Ahmad; Sulistiani, Rini; Iqmal bin Jalani, Syazrul
AGRIUM: Jurnal Ilmu Pertanian Vol 27, No 1 (2024)
Publisher : UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATERA UTARA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30596/agrium.v27i1.17486

Abstract

Moringa oleifera (kelor) merupakan tanaman yang banyak ditemukan di Indonesia dan memiliki kandungan nutrisi beragam sehingga banyak masyarakat yang membutuhkannya. Kelor membutuhkan klorofil untuk berfotosintesis sehingga pertumbuhan dan perkembangannya berjalan dengan baik. Penelitian bertujuan untuk mendapatkan dosis kompos yang menunjang fungsi fisiologis kelor, sehingga membentuk kadar klorofil secara maksimal. Penelitian karakter klorofil dengan kompos sebagai perlakuan merupakan usaha memperbaiki aktivitas biologi tanah dan penyediaan unsur hara sehingga kadar klorofil meningkat untuk memacu laju fotosintesis. Kompos merupakan hasil dekomposisi organisme seperti tumbuhan dan hewan, yang mengandung unsur hara makro dan mikro serta memenuhi kebutuhan unsur hara tanaman. Penelitian menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) non faktorial dengan empat taraf kompos (0, 50, 100 dan 150 g/tanaman). Hasil analisis kadar klorofil dan intensitas warna daun berbeda nyata akibat perlakuan kompos, namun kompos memberikan hasil yang tidak nyata pada pigmen karotenoid. Kompos berpengaruh nyata terhadap jumlah klorofil daun pada tanaman kelor, yaitu: kandungan klorofil relatif dengan Soil Plant Analysis Development (SPAD), kadar klorofil a, klorofil b dan klorofil total yang diekstraksi menggunakan spektrofotometer dengan larutan Dimethyl Sulfoxide (DMSO). Pemberian kompos 110,80 g/tanaman menghasilkan kadar klorofil relatif maksimum 36,19 unit SPAD. Pemberian kompos 119,90 g/tanaman menghasilkan kadar klorofil a maksimum 25,64 mg/L. Peningkatan dosis kompos menurunkan nilai luminositas (L), nilai a* dan nilai b*. Nilai-nilai tersebut menunjukkan warna daun dari terang menjadi lebih gelap, hijau ke arah abu-abu dan kuning ke arah abu-abu, yang mengindikasikan bahwa kadar klorofil daun makin meningkat akibat perlakuan yang diberikan.
Analisis Perbedaan Produktivitas dan Pendapatan Kakao Sambung Pucuk dengan Kakao Lokal di Kecamatan Pakue Kabupaten Kolaka Utara Sulistiani, Rini; Yunus, Lukman; Zani, Munirwan
Innovative: Journal Of Social Science Research Vol. 4 No. 4 (2024): Innovative: Journal Of Social Science Research
Publisher : Universitas Pahlawan Tuanku Tambusai

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31004/innovative.v4i4.12985

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) Bagaimana Produktivitas dan Pendapatan Kakao Sambung Pucuk dengan Kakao Lokal di Kecamatan Pakue Kabupaten Kolaka Utara (2) Bagaimana Perbedaan Produktivitas dan Pendapatan Kakao Sambung Pucuk dengan Kakao Lokal di Kecamatan Pakue Kabupaten Kolaka Utara. Penelitian ini dilaksanakan pada Bulan Januari sampai Maret 2024 di Desa Kondara. Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini yaitu dengan menggunakan data primer, data primer diperoleh dari hasil wawancara petani dengan menggunakan daftar pertanyaan/kuesioner. Metode penentuan sampel adalah stratified random sampling, dengan jumlah petani sebanyak 38 petani. Analisis dilakukan dengan menggunakan konsep produktivitas, konsep pendapatan dan Uji-T. Hasil penelitian (1) Produktivitas usahatani kakao sambung pucuk dan lokal di Desa Kondara Kecamatan Pakue Kabupaten Kolaka Utara menunjukan perbedaan dimana produktivitas kakao sambung pucuk lebih besar dibandingan kakao lokal. Jumlah produktivitas kakao lokal sebesar 41.709 Kg/tahun dan kakao sambung pucuk sebesar 54.119 Kg/tahun, mengalami peningkatan sebesar 12.410 Kg/tahun. (2) Pendapatan perhektar usahatani kakao sambung pucuk dan lokal di Desa Kondara Kecamatan Pakue Kabupaten Kolaka Utara menunjukan perbedaan dimana pendapatan perhektar kakao sambung pucuk lebih besar dibandingkan kakao lokal. Rata-rata pendapatan perhektar kakao lokal sebesar Rp 19.406.602 ha/tahun dan kakao sambung pucuk sebesar Rp 27.244.410 ha/tahun, mengalami peningkatan sebesar Rp 7.837.808 ha/tahun.  
PENANAMAN AKAR WANGI (VETIVERIA ZIZANIOIDES) DI TANAM EDUKASI DAN KONSERVASI SUMBER DAYA LAHAN LEMBAH JUHAR Novita, Aisar; Munar, Asritanarni; Nasution, Lita; Arfiani Barus, Wan; Mawar Tarigan, Dafni; Sulistiani, Rini; Julia, Hilda; Lubis, Efrida; Raya Ketaren, Bunga
Martabe : Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat Vol 5, No 5 (2022): Martabe : Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat
Publisher : Universitas Muhammadiyah Tapanuli Selatan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31604/jpm.v5i5.1760-1767

Abstract

Konservasi sumber daya tanah adalah perlindungan sumber daya alam tanah. Hal ini dicapai dengan menghilangkan atau mengurangi dampak manusia terhadap lingkungan alam, pemanenan sumber daya lahan yang bertanggung jawab, serta upaya konservasi yang bertujuan untuk membalikkan kerusakan manusia terhadap sumber daya lahan. Konservasi dan pelestarian lingkungan menawarkan dua pendekatan tentang bagaimana mengelola lahan publik secara bertanggung jawab. Pengabdian Masyarakat ini bertujuan untuk melakukan penanaman akar wangi (Vetiveria zizanioides) di taman edukasi dan konservasi sumber daya lahan Lembah Juhar, Kabupaten Langkat, Sumatera Utara. Kegiatan pengabdian masyarakat yang dilakukan berupa penanaman 200 bibit tanaman akar wangi yang dilakukan di taman edukasi dan konservasi sumber daya lahan Lembah Juhar, Kabupaten Langkat bersama dengan beberapa praktisi dan akademisi dari berbagai institusi di daerah Sumatera Utara dalam rangka Hari Air Sedunia, selain itu pengabdian masyarakat ini juga memberikan sosialisasi mengenai tanaman akar wangi kepada masyarakat sekitar lahan Lembah Juhar, Kabupaten Langkat mengenai pentingnya konservasi dan pelestarian lingkungan yang sekaligus dapat memberikan manfaat kepada masyarakat sebagai taman edukasi.