Claim Missing Document
Check
Articles

Found 4 Documents
Search
Journal : Jurnal Kesehatan Medika Saintika

ANALISIS FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN RENDAHNYA KEPEMILIKAN JAMBAN DI DESA BARU SEMERAH KECAMATAN SITINJAU LAUT KABUPATEN KERINCI Wiya Elsa Fitri; Gusliani Eka Putri
Jurnal Kesehatan Medika Saintika Vol 7, No 1 (2016): Juni 2016
Publisher : Stikes Syedza Saintika Padang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30633/781220162017%p1

Abstract

Salah satu upaya yang dapat dilakukan dalam meningkatkan derajat kesehatan masyarakat adalah dengan menyediakan failitas sanitasi dasar di masyarakat,salah satunya Jamban. Rendahnya tingakat kepemilikan jamban di Kabupaten Kerinci (60%) terutama di Desa Baru Semerah yang memiliki tingkat kepemilkan jamban terendah dengan tingakt kejadian diare Balita tertinggi akibat sanitasi yang buruk tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor-faktor yang berhubungan dengan kepemilikan Jamban di Desa Baru Semerah Kecamatan Sitinjau Laut Kabupaten Kerinci pada tahun 2015. Jenis penelitian ini adalah survei analitik dengan menggunakan pendekatan cross sectional. Pengambilan sampel secara simple random sampling, didapatkan sampel sebesar76 kepala keluarga dan dilakukan pada Bulan Agustus hingga September 2015.dari hasil penelitian diperoleh hasil lebih dari separoh responden (77,6%) tidak memiliki jamban. Sebagian besar responden 80,3% memiliki penghasilan rendah, sebanyak 73,9% memiliki tingkat pengetahuan yang rendah mengenai jamban sehat, 55,3% sikap yang negatif terhadap penggunaan jamban, 73,7 % menyatakan petugas tidak berperan, 53,95% ketersediaan air bersih yang tidak baik. Terdapat hubungan yang bermakna antara penghasilan kepala keluarga dengan kepemilikan jamban p-value 0,00, Ada hubungan yang bermakna antara tingkat pengetahuan dengan kepemilikan jamban p-value0,013, Ada hubungan yang bermakna sikap dengan kepemilikan jamban p-value 0,00, ada hubungan yang bermakna antara peran petugas dengan kepemilikan jamban p-value 0,01 dan hubungan yang bermakna antara ketersediaan air bersih dengan kepemilikan jamban p-value 0,01.Keywords: Kepemilikan Jamban, penghasilan, pengetahuan, sikap, peran petugas, ketersediaan air bersih, sanitasi
KAJIAN KUALITAS AIR LIMBAH PENAMBANGAN EMAS SEBAGAI AKIBAT PENAMBANGAN EMAS TANPA IZIN (PETI) Gusliani Eka Putri; Wiya Elsa Fitri; Eliza Arman; Shelvy Haria Roza
Jurnal Kesehatan Medika Saintika Vol 7, No 1 (2016): Juni 2016
Publisher : Stikes Syedza Saintika Padang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30633/781220162017%p1

Abstract

Aktivitas penambangan emas tanpa izin (PETI) dapat merusak lingkungan karena proses penambangan skala kecil mengeluarkan limbah merkuri dengan kadar yang tinggi ke perairan sebab para penambang menggunakan metoda amalgamasi dalam proses pendulanagan emas. Penggunaan amalgamator raksa dalam proses pendulangan emas mengahsilkan limbah merkuri yang tinggi akan tetapi perolehan emas sedikit. Hal ini tentu akan berakibat buruk pada lingkungan dan masyarakat. Jenis penelitian ini merupakan penelitian observasional, dengan desain penelitian menggunakan cross sectional. Sampel penelitian di dapatkan di kawasan penambangan emas di Desa Talakiak, Kecamatan Sangir, Kabupaten Solok Selatan. Dalam penelitian dianalisa kualitas alir limbah dengan parameter kekeruhan, zat padat terlarut, zat tersuspensi, Biological Oxygen Demand (BOD), Chemical Oxygen Demand (COD), DO (Dissolved Oxygen) dan kadar Merkuri (Hg). Hasil parameter tersebut menunjukkan kekeruhan, zat padat terlarut, zat tersuspensi, BOD, COD, DO yang tinggi pada semua titik sampel. Hasil tersebut menunjukan bahwa kualitas air lembah penambangan sudah tercemar. Hasil tersebut diperkuat dengan uji kandungan merkuri tiap sampel juga diatas ambang batas toleransi kadar merkuri dalam air yaitu 0,001 mg/L.Kata Kunci : Kadar Merkuri (Hg), penambangan emas, parameter kimia
GEJALA KESEHATAN YANG DIDERITA PENAMBANG EMAS AKIBAT PROSES PENAMBANGAN EMAS MENGGUNAKAN MERKURI (Hg) Gusliani Eka Putri
Jurnal Kesehatan Medika Saintika Vol 8, No 1 (2017): Juni 2017
Publisher : Stikes Syedza Saintika Padang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30633/88122017201769-781

Abstract

Kegiatan tambang emas di Desa talakiak, Kecamatan Sangir, Kabupaten Solok Selatan masih secara Tradisional dengan menggunakan teknik amalgamasi. Berdasarkan hasil observasi dan wawancara langsung dilapangan hasil menunjukkan bahwa sebagian besar penambang tidak menggunakan Alat Pelindung Diri (APD) seperti sepatu karet, masker dan sarung tangan. Hal ini dapat meningkatan resiko para penambang emas tersbut terpajan merkuri karena merkuri yang digunakan selama proses penambangan secara amalgamasi bisa masuk langsung dengan kulit dan inhalasi. Berdsarkan hasil kuisioner dan wawancara langsung dengan penambang kajian awal gangguan kesehatan yang banyak diderita penambang yaitu E17 (penyakit sendi-sendi kaku, nyeri otot, reumatik, ngilu, sendi kaki/tangan terasa kesemutan, pegal-pegal, mudah lelah, menggigil/gemetar, meriang, sakit pinggang dan dada terasa sakit), dan E17002 (penyakit kulit gatal-gatal/alergi) sebanyak 22 orang penambang dengan presentasi 39%. Kajian awal gangguan kesehatan para penambang dapat diperkuat dengan cara pengambilan sampel rambut atau urin yang akan dipelajari dalam penelitian selanjutnya. Gold mining activities in Talakiak Village, Sangir Subdistrict, South Solok Regency are Traditionally using amalgamation techniques. Based on observations and direct interviews in the field results show that most miners do not use Personal Protective Equipment (PPE) such as rubber boots, masks and gloves. This may increase the risk of gold miners exposed to mercury because the mercury used during the mining process by amalgamation can enter directly with the skin and inhalation. Based on questionnaires and direct interviews with miners of preliminary study of health disorders that many miners suffer from E17 (stiff joint disease, muscle pain, rheumatism, aches, foot / hand joints feel tingling, achy, tired, shivering / shaking, Fever, sore waist and chest pain), and E17002 (skin diseases of itching / itching / allergy) as much as 22 people miners with 39% presentation. Initial assessment of health disorders of miners can be strengthened by hair sampling or urine to be studied in further research
THE RELATIONSHIP OF INDIVIDUAL CHARACTERISTIC WITH THE INCIDENCE OF PULMONARY TUBERCULOSIS IN ADULTS IN THE COASTAL AREA OF WEST SUMATERA IN 2022 Annisa Novita Sary; Oktariyani Dasril; Eliza Trisnadewi; Edison Edison; Gusliani Eka Putri
Jurnal Kesehatan Medika Saintika Vol 13, No 1 (2022): Juni 2022
Publisher : Stikes Syedza Saintika Padang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30633/jkms.v13i1.1400

Abstract

ABSTRACTTuberculosis (TB) is an infectious disease caused by Mycobacterium tuberculosis and TB is the highest infectious killer in the world. In 2019, 1.4 million people died from TB. The results of the preliminary study of residents living in coastal areas obtained that the health of the home environment was still some who did not meet the requirements of a healthy home. Based on the report of the West Sumatra Provincial Health Office in 2018, TB cases were found with a Crude Death Rate (CDR) of 42.8%. The highest prevalence of TB cases in West Sumatra was found in Padang City with a total of 6,464 cases in 2018. Followed by Pesisir Selatan Regency with 3,176 cases. The purpose of this study was to determine the relationship between individual characteristics and the incidence of pulmonary tuberculosis in adults in the coastal areas of West Sumatra Province. The research method is analytic observational with a case control study design. The sample in this study amounted to 200 consisting of 100 cases and 100 controls. The dependent variable is the incidence of pulmonary TB and the independent variable is individual characteristics consisting of age, gender, type of work, and level of education. Primary data were collected using a questionnaire and analyzed by univariate and bivariate with chi-square test, with 95% confidence level, p<0.05. The results of statistical tests with chi-square showed that there was a relationship between type of work (p-value=0.028) and education level (p-value=0.031) with the incidence of pulmonary TB. Meanwhile, age and gender did not have a relationship with the incidence of pulmonary TB with p>0.05. It can be concluded that occupation and level of education pose a significant risk to the incidence of Pulmonary TB in Adults in the Coastal Region of West Sumatra in 2022. One way that can be done is the need for an active role from health workers in the form of counseling about pulmonary TB disease to the community in order to improve endurance, apply and increase vigilance by taking into account the factors that cause pulmonary TB.