Claim Missing Document
Check
Articles

Found 23 Documents
Search

Gaya Kepemimpinan Wanita Pada Usaha Kecil Menengah di Tangerang Selatan Sunarta, Sunarta; Yusuf, Budi Permana
Agregat: Jurnal Ekonomi dan Bisnis Vol 2 No 1 (2018): Maret
Publisher : Universitas Muhammadiyah Prof. DR HAMKA.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

This study aims to determine the management of womens leadership style to employee performance on home business. Building relationships with employees need experience in leading, Sources of development of the character of an entrepreneur also found in the familys internal education since childhood. The self-concept of an entrepreneur is a social product formed through the process of internalization and organization and psychological experiences. This psychological experience is the result of individual exploration of the environment and the reflection of himself received from others. Meet the needs of employees is a bond between leaders with subordinates to do, success is strongly influenced by internal and external environment, in the environment someone will be affected on psychological factors that are very supportive and influence the mindset of an entrepreneur, and have a desire to achieve a great job is also ready hard, diligent, have great confidence and perseverance in the fight. Leading patiently, with a sincere heart and always turning on two-way communication, has a successful self-concept and clear goal direction.
PERAN VISI BAGI PEMIMPIN ORGANISASI DI TENGAH ERA GLOBALISASI sunarta, Sunarta
Informasi Vol 35, No 2 (2009): INFORMASI
Publisher : Universitas Negeri Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (62.464 KB) | DOI: 10.21831/informasi.v2i2.6387

Abstract

Visi adalah pernyataan tujuan ke mana suatu organisasi akan dibawa, sebuah masa depan yang lebih baik, lebih berhasil, atau lebih diinginkan dibandingkan dengan kondisi sekarang. Visi juga merupakan bentuk ekspresi dari kekuatan usaha setiap orang dalam suatu organisasi dalam mewujudkan apa yang menjadi harapan-harapan tersebut. Visi yang kuat akan menuntun menuju kepemimpinan yang sukses, karena kepemimpinan yang sukses merupakan kunci keberhasilan organisasi. Organisasi yang sukses adalah organisasi yang mampu melahirkan pemimpin-pemimpin dengan komitmen kuat, memiliki visi masa depan, dan mampu menyejahterakan seluruh anggotanya. Kepemimpinan berarti kemampuan mempengaruhi, memotivasi, mengajak, dan mengarahkan orang lain kepada suatu tujuan yang telah ditentukan. Kepemimpinan tanpa bawahan tidak memiliki makna apa-apa, sebaliknya bawahan tanpa adanya kepemimpinan akan liar dan sesat. Kepemimpinan bukan sekedar pemberian otoritas dan wewenang dari seorang pemimpin kepada bawahan, tetapi lebih pada proses pemberian wewenang tersbut diberikan.   Kata kunci: visi, pemimpin organisasi, dan perubahan.
MODEL DIKLAT KEWIRAUSAHAAN BAGI REMAJA PUTUS SEKOLAH Husaini Usman; Lantip Diat Prasaja; Sunarta .
Jurnal Cakrawala Pendidikan No 1 (2012): CAKRAWALA PENDIDIKAN EDISI Februari 2012, Th. XXXI, No. 1
Publisher : LPMPP Universitas Negeri Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21831/cp.v0i1.1466

Abstract

Abstrak: Model Diklat Kewirausahaan bagi Remaja Putus Sekolah. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan: (1) model diklat kewirausahaan bagi Remaja Putus Sekolah (RPS) di Propinsi DIY, (2) modul-modul diklat kewirausahaan berdasarkan hasil uji coba, dan (3) hasil pelaksanaan diklat kewirausahaan. Pendekatan kualitatif-interaktif dan penelitianpengembangan digunakan pada penelitian ini. RPS dipilih secara kuota dan purposif. Data dikumpulkan melalui wawancara mendalam dengan pejabat pemerintah dan 30 RPS. Data dianalisis dengan teknik deskriptif dan kualitatif. Hasil penelitian menemukan: (1) model pendidikan kewirausahaan meliputi sistem, struktur program diklat, komposisi antara teori dengan praktik, modul diklat, kriteria peserta, pelatih, metode, dan evaluasi diklat, (2) modul-modul ternyata layak digunakan untuk pendidikan kewirausahaan guna mengurangi kemiskinan dan pengangguran, dan (3) diklat kewirausaahaan terlaksana dengan sukses. Kata Kunci: model pendidikan, kewirausahaan, kemiskinan, pengangguran Abstract: A Model of the Entrepreneurship Training for Drop-out Teenagers. This study was aimed to reveal: (1) a model of an entrepreneurship training for drop-out teenagers in Yogyakarta province; (2) modules of the entrepreneurship training based on the results of the try-out; and (3) the results of the training implementation. The qualitative-interactive and research and development approach was used in this study. Thirty drop-out teenagers and government excutiveswere selected purposively for in-depth interviews. The data were analyzed using the descriptive and qualitative technique. The findings indicated that: (1) a model of an entrepreneurship training included the system, program structure, integration between theories and practices, modules, participant criteria, trainers, methods, and evaluation; (2) the modules were appropriate to be used in the training; and (3) the training was implemented successfully. Keywords: training model, entrepreneurship
MEMILIH PEMIMPIN DALAM PRAKTIK KEPEMIMPINAN ORGANISASI SEKOLAH DI ERA GLOBAL Sunarta sunarta
Informasi Vol 39, No 2 (2013): INFORMASI
Publisher : Universitas Negeri Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (279.269 KB) | DOI: 10.21831/informasi.v0i2.4445

Abstract

The leader and leadership courses have produced many hypotheses which haven’t been solved from time to time. With regard to the demands of the globalization era recently, the successful organizations are those which are ruled by figures who have comparative and competitiveness strengths in many fields. In educational context, a leadership can be seen from the practice of school management starting from the basic educational level to the higher one. Educational leadership in the practice of school management expects that the one who plays roles and mandated as a leader must have specific requirements of a leader. Social life in the globalization era has changed the mindsets and views of the people in the world at any level. This influences the awareness of striking for their personal and social rights in the organization. A leader is someone or subject that leads as leadership manifestation such as authority, responsibility, commands, and delegation to the subordinates in an organization. Meanwhile a leadership is an art of persuading, directing people through obedience, belief, respect, and cooperation based on enthusiasm to meet the goals, A Dale Timpe, (1987). In order to give influence to the development of the organization, there are four leadership aspects that should be developed, such as (1) follower, (2) situation (3) communication and (4) leader.   Key words: leader, leadership, school organization, globalization era.
PERENCANAAN SUMBER DAYA MANUSIA (Kunci Keberhasilan Organisasi) Sunarta *
Informasi Vol 36, No 2 (2010): INFORMASI
Publisher : Universitas Negeri Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (104.96 KB) | DOI: 10.21831/informasi.v2i2.6197

Abstract

Dalam menghadapi persaingan bisnis yang semakin ketat seiring dengan meningkatnya kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi sekarang ini, Sumber Daya Manusia (SDM) merupakan aset organisasi yang tidak tergantikan. Kecanggihan dan kemajuan teknologi menjadi tidak berarti jika tidak ada unsur manusia di dalamnya. Kualitas SDM yang seperti apa dan dalam jumlah (kuantitas) berapa suatu organisasi/perusahaan harus merekrut dan mempekerjakannya, perlu adanya sistem perencanaan SDM yang baik dan terpercaya. Perencanaan SDM merupakan upaya memproyeksikan berapa jumlah karyawan yang dibutuhkan saat ini dan masa datang. Semua organisasi harus menentukan masa depannya dengan berbagai rencana yang relevan dengan tuntutan jaman. Pada era seperti sekarang ini, masa depan sangat sukar diprediksi karena perubahan yang terjadi sangat cepat. Pada kondisi lingkungn bisnis yang kompetitif, kehidupan organisasi dituntut untuk terus bergerak mengikuti arus perubahan yang sangat cepat dan massif. Dalam konteks ini, perencanaan SDM menjadi lebih penting bagi perusahaan karena globalisasi, teknologi baru, dan proses restrukturisasi organisasi selalu membayangi kehidupan organisasi. Agar dalam pelaksanaan perencanaan SDM bisa berhasil, sedikitnya terdapat empat aspek perencanaan SDM yang harus diperhatikan/dilakukan yaitu: (1) berapa proyeksi jumlah karyawan yang dibutuhkan (forecasting of employees), (2) melakukan identifikasi SDM yang tersedia dalam organisasi (human resource audit), (3) melakukan analisis keseimbangan penawaran dan permintaan (demand and suplay analysis), (4) menjalankan program aksi (action program).   Kata kunci: perencanaan SDM, organisasi.
PENTINGNYA KEPUASAN KERJA Sunarta Sunarta
Efisiensi : Kajian Ilmu Administrasi Efisiensi Vol. XVI No. 2 Agustus 2019
Publisher : Jurusan Pendidikan Administrasi FE UNY & ASPAPI PUSAT

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (212.038 KB) | DOI: 10.21831/efisiensi.v16i2.27421

Abstract

Abstrak: Pentingnya Kepuasan Kerja. Upaya meraih kepuasan kerja penting baik bagi individu maupun organisasi. Ditinjau dari individu, kepuasan kerja tidak hanya berkaitan dengan pekerjaan yang menyenangkan, namun juga berhubungan dengan kebahagiaan dan kesehatan. Ditinjau dari organisasi, kepuasan kerja pegawai berhubungan dengan produktivitas, perilaku kerja positif, mengendalikan turn over dan kinerja. Kerja baik dalam pendekatan transaksional maupun relasional melibatkan dua pihak yaitu pegawai dan organisasi, sehingga kepuasan kerja dipengaruhi oleh faktor-faktor dari sisi pegawai dan organisasi. Upaya saling memahami menjadi penting untuk meraih kepuasan kerja yaitu bagaimana organisasi memahami kebutuhan, keinginan dan harapan pegawainya, serta bagaimana pegawai memahami tujuan bersama antara dirinya dengan organisasi. Komunikasi diperlukan sebagai sarana untuk meningkatkan pemahaman antara pegawai dan organisasi.  Abstract: The Importance of Job Satisfaction. Efforts to achieve job satisfaction are important for both individuals and organizations. In terms of individuals, job satisfaction is not only related to pleasant work, but also related to happiness and health. In terms of organization, employee job satisfaction is related to productivity, positive work behavior, controlling turnover and performance. Work in both the transactional and relational approaches involves two parties, namely employees and the organization, so job satisfaction is influenced by factors in terms of employees and the organization. Efforts to understand each other are important for achieving job satisfaction, namely how the organization understands the needs, desires and expectations of its employees, and how employees understand the shared goals between themselves and the organization. Communication is needed as a means to increase understanding between employees and organizations.Jika Anda menyusun daftar pustaka menggunakan standar American Psychological Association (APA), Anda bisa copy paste teks dibawah ini untuk Anda masukkan pada bagian daftar pustaka Anda!Sunarta, S. (2019). Pentingnya Kepuasan Kerja. Efisiensi-Kajian Ilmu Administrasi, 16(2), 63-75. https://doi.org/10.21831/efisiensi.v16i2.27421
Pentingnya Memberdayakan Pegawai dalam Konteks Perubahan Sunarta Sunarta
Efisiensi : Kajian Ilmu Administrasi Efisiensi No. 1 Volume IX, Februari 2009
Publisher : Jurusan Pendidikan Administrasi FE UNY & ASPAPI PUSAT

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (6813.526 KB) | DOI: 10.21831/efisiensi.v9i1.3953

Abstract

Dalam implementasi pemberdayaan pegawai diperlukan tingkat kejujuran yang tinggi, keterbukaan, dan integritas pada manajemen puncak, sehingga pemberdayaan bukan sekedar pernberian delegasi dar; pimpinan kepada pegawai dibawahnya, tetapi lebih pada apa dan bagaimana sistem nilai dalam organisasi tersebut dipatuhi. Proses pemberdayaan pegawai suatu organisasi, dapat dilakukan melalui lima tahap: (1) proses diseminasi informasi (informing), tahap (2) proses konsultasi (consulting), tahap (3) proses pengumpulan ide (sharing). tahap (4) proses pendelegasian (delegating). dan tahap (5) proses pemberdayaan (empowering). Ada empat komponen atrlbut pokok organisasi perusahaan yang harus segera diperbaiki jika ingin tetap eksis dalam kancah persaingan global. yakni (1) berorientasi pada pelanggan dan kualitas (customer and quality driven), (2) efektivitas pendapatan dan biaya (revenue and cost effective), (3) kecepatan dan fleksibilitas dalam merespon perubahan pasar (fast and flexible in responding to market changes), dan melakukan inovasi secara berkelanjutan (continually innovating).  Keberhasilan organisasi yang hidup di masa kini dan masa mendatang akan ditentukan oleh faktor kecepatan, fleksibilitas, integritas, dan inovasi dalam memenangkan setiap pesaingan. Sebuah paradigma baru organisasi moderen menganggap bahwa setiap orang adalah pemimpin (leadership from everybody), sehingga melalui pembentukan mindset tersebut pegawai berkesempatan memacu mengembangkan bakat kepemimpinannya. Oengan berkembangnya potensi sebagai pemimpin don mampu mengembangkan kualitas, kompetensi, serta komitmen yang ada pada setiap pegawai, maka akan mempermudah di dalam melakukan alignment visi pribadinya dengan visi organisasi dimana pegawai tersebut bernaung.
Konflik dalam Organisasi (Merugikan Sekaligus Menguntungkan) Sunarta Sunarta
Efisiensi : Kajian Ilmu Administrasi Efisiensi No. 1 Volume X, Februari 2010
Publisher : Jurusan Pendidikan Administrasi FE UNY & ASPAPI PUSAT

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (10488.028 KB) | DOI: 10.21831/efisiensi.v10i1.3969

Abstract

Konflik merupakan realita hidup, mau tidak mau, suka ataundak suka, cepat atau lambat pada suatu saat dalam menjalani kehidupannya setiap orang pasti akan menghadapi. Dalam kehidupan sehari-hari, konflik dapat timbul kapan saja dan dimana saja. Konflik juga bisa dialami oleh siapa saja tidak pandang bulu, orang tua, remaja, anak-anak, pria, wanita, orang terpelajar, orang awam, orang mtskin, jutawan atau siapapun yang hidup di tengah pergaulan umum pasti akan menghadapi dan mengalami konflik. Ada beberapa jenis konflik yang umum dan sering muncul dalam suatu organisasi/perusahaan antara lain: (1) konflik peranan yang terjadi di dalam diri seseorang (person-role conflict), (2) konflik antar peranan (inter­role conflict), (3) konflik yang timbul karena seseorang harus memenuhi harapan beberapa orang (intersender conflict), (4) konflik yang timbul karena disampaikannya informasi yang saling bertentangan (intrasender conflict). Berdasarkan sumbemya, konflik dalam organisasi muncul karena beberapa sebab seperti: (1) konflik individu, (2) konflik antar individu, (3) konflik kelompok, (4) konflik antar kelompok, (5) konflik organisasi, dan (6) konflik kelompok dengan organisasi. Konflik dapat bersifat negatif (merugikan) tetapi sekaligus dapat pula bersifat positif (menguntungkan), tergantung bagaimana mengelolanya. Akibat positif konflik organisasi antara lain: (1) organisasi menjadi lebih dinamis, (2) sebagai pengalaman berharga, (3) pimpinan lebih berhati-hati dalam mengambil keputusan, (4) melahirkan pribadi yang kreatif, kritis, dan inovatif, (5) menumbuhkan sikap toleransi. Secara negatif konflik dapat mengakibatkan: (1) komunikasi organisasi terhambat, (2) kerjasama organisasi menjadi terhalang, (3) aktivitas produksi dan distribusi terganggu, (4) memunculkan saling curiga, salah paham, dan intrik, (5) individu yang berkonflik merasakan cemas, stres, apatis, dan frsutasi, (6) stres yang berkepanjangan menyebabkan orang yang sedang berkonflik akan menarik din dari pergaulan dan mangkir dari pekerjaan.
Program Pemberian Kompensasi Pegawai Dalam Mendukung Tujuan Organisasi Sunarta Sunarta
JEMI is managed and published by the Management Study Program, Faculty of Economics and Business, Kutai Kartanegara University. Institutional legality is reflected in the ISSN number: 1411-9560 published by LIPI in 2003 as a manifestation of the comm Vol 21 No 2 (2021)
Publisher : FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIKARTA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (474.181 KB) | DOI: 10.53640/jemi.v21i2.969

Abstract

Abstract Compensation programs need to be aligned with organizational policies and objectives. This article is a literature review on employee compensation programs in support of organizational policies and goals. Organizations can use a combination of fixed-variable compensation, direct-indirect compensation according to organizational goals. Fixed compensation is more appropriate for routine work, whereas variable compensation is more appropriate for behavioral incentives and performance-based management. The amount of direct compensation will provide autonomy for employees in spending their family needs, however, it does not guarantee employees to allocate it, such as for: education and training costs, sports, health insurance, old age insurance, recreation. These costs are more suitable for indirect compensation. Organizations can consider the amount of compensation both in planning, evaluation through several factors, namely internal employees, organizational environment, and external environment. Keyword: planning program, compensation, fixed-variable compensation, and organization.
Antecedents and Consequences Psychological Contract Fulfillment Sunarta Sunarta; Vigoureux Chinyabuuma Titho; Yunus Agung Kristanto; Rini Setyaningsih
Jurnal Economia Vol 18, No 2: October 2022
Publisher : Faculty of Economics Universitas Negeri Yogyakarta in collaboration with the Institute for

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (274.43 KB) | DOI: 10.21831/economia.v18i2.47382

Abstract

AbstractThis study aims to examine the role of psychological contract fulfillment in mediating the effect of achievement motivation and affective commitment on salesforce performance. The research was conducted on the dynamics and uncertainties of the post-global pandemic 2020. The study was done through a survey of 130 salesforces who are suppliers of retail businesses. Data were analyzed using Structural Equation Modeling (SEM) based on Partial Least Square-PLS. The study results showed a direct influence of achievement motivation and affective commitment on sales performance and an indirect effect through the fulfillment of the psychological contract. Employees with high achievement motivation and higher affective commitment will be accompanied by efforts to fulfill psychological contracts that ultimately affect performance. The study’s findings risults provide potential implications for psychological contracts for more flexible work arrangements in dynamics and environmental uncertainty. Keywords:achievement motivation, affective commitment, salesforce performance, psychological contract fulfillment Anteseden dan Konsekuensi Pemenuhan Kontrak Psikologis AbstrakPenelitian ini bertujuan untuk menguji peran pemenuhan kontrak psikologis dalam memediasi pengaruh motivasi berprestasi dan komitmen afektif terhadap kinerja tenaga penjualan. Penelitian dilakukan pada kondisi dinamika dan ketidakpastian lingkungan post global pandemic 2020. Penelitian dilakukan melalui survei terhadap 130 tenaga penjualan yang merupakan pemasok usaha retail. Data dianalisis dengan Structural Equation Modelling (SEM) berbasis Partial Least Square. Hasil penelitian menemukan pengaruh langsung motivasi berprestasi dan komitmen afektif terhadap kinerja penjualan dan pengaruh tidak langsung melalui pemenuhan kontrak psikologis. Karyawan dengan motivasi berprestasi dan komitmen afektif yang lebih tinggi akan diiringi dengan upaya karyawan untuk memenuhi kontrak psikologis dan akhirnya berpengaruh terhadap kinerja. Hasil penelitian ini memberikan implikasi potensi kontrak psikologis untuk pengaturan kerja yang lebih fleksibel di tengah dinamika dan ketidakpastian lingkungan. Kata kunci:motivasi berprestasi, komitmen afektif, kinerja tenaga penjualan, pemenuhan kontrak psikologis