Claim Missing Document
Check
Articles

Found 9 Documents
Search

Vakuola Kepala Sperma (Sperm Head Vacuoles) Sebagai Prediktor Infertilitas Pria : Systematic Review Aidil Akbar
JURNAL IMPLEMENTA HUSADA Vol 1, No 3 (2020)
Publisher : UMSU

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30596/jih.v1i3.5798

Abstract

Vakuola kepala sperma diyakini sebagai betuk kelainan morfologi dari kepala sperma yang dapat mempengaruhi fungsi sperma dalam melakukan fertilisasi. Systematic review ini bertujuan untuk mengetahui hubungan vakuola kepala sperma dengan fertilitas pria sehingga diharapkan dapat digunakan sebagai prediktor dalam menentukan kwalitas sperma. Studi ini merupkan systematic review dengan melakukan penelusururan sistematik menggunakan aplikasi google scholar menggunakan kata kunci sperm head vacuoles. Dari hasil penelusuran didapatkan 12 artikel yang masuk kriteria inklusi. Dari hasil telaah literarur didapatkan bahwa terdapat hubungan antara vakuola kepala sperma dengan perubahan morfologi kepala sperma yang dapat mempengaruhi fertilitas pria
Pengaruh Paparan Asap Rokok Terhadap Sperma Pria : Systematic Review Aidil Akbar
JURNAL IMPLEMENTA HUSADA Vol 2, No 1 (2021)
Publisher : UMSU

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30596/jih.v2i1.6834

Abstract

Pendahuluan:Asap rokok mengadung lebih 4000 senyawa yang dapat menimbulkan stress oksidatif  terhadap organ reproduksi pria serta sperma yang berpotensi menimbulkan terjadinya infertelitas pada pria . Telaah Sistematik (systematic review) ini bertujuan untuk mengetahui adanya pengaruh paparan asap rokok terhadap sperma pria.Metode: Peneliti melakukan penelusuran literatur menggunakan aplikasi mesin mencari Google Scholar dengan menggunakan kata kunci smoking and sperm Hasil Peneliti menemukan 660 artikel, dari hasil seleksi literatur dengan menggunakan metode prisma didapatkan 24 artikel yang masuk dalam kriteria inklusi Kesimpulan Disimpulkan bahwa paparan asap rokok dapat mempengaruhi sistem reproduksi pria yang berpotensi menimbulkan infertilitas, hal ini dapat  dibuktikan dengan pemeriksaan sperma secara mikroskopis hingga tingkat molekuler.
Efektivitas Sari Kurma (Phoenix dactylifera L.) Terhadap Pengeluaran Air Susu Ibu (ASI) Pada Ibu Menyusui Ulfah Nur Ramadhani; Aidil Akbar
JURNAL PANDU HUSADA Vol 2, No 3 (2021)
Publisher : Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30596/jph.v2i3.9683

Abstract

Abstrak : Air susu ibu (ASI) merupakan susu yang diproduksi oleh manusia untuk bayi yang belum bisa mencerna berupa makanan padat. Pada penelitian Maternal and Child Nutrition di bulan Januari tahun 2020 melaporkan bahwa dari 423 ibu yang melahirkan dijumpai 16% yang menghentikan pemberian ASI pada usia anak 3 minggu setelah kelahiran akibat kurangnya ASI. Buah kurma memiliki kandungan protein, zat besi, glukosa, serat, vitamin, niasin, biotin, asam folat, kalsium, kalium dan sodium. Jenis penelitian yang digunakan adalah Quasi Experiment dan desain dari penelitian ini menggunakan Non Equivalent Kontrol Group Design. Subjek pada penelitian ini adalah pasien post post partum atau ibu menyusui di Praktek dr. Aidil Akbar Sp.OG. Jumlah sampel sebanyak 30 orang yang di bagi menjadi 2 kelompok yaitu kelompok kontrol dan kelompok intervensi. Analisis data menggunakan uji Shapiro-Wilk, Levene test, Independent T test dan uji dependent sample T test. Jumlah ASI sebelum diberikan sari kurma pada ibu menyusui pada kelompok intervensi memiliki rata – rata 66,33. Sedangkan kelompok kontrol memiliki rata – rata 45,40. Hari ke 5 rata-rata pada kelompok intervensi naik menjadi  81,33, sedangkan kelompok kontrol naik menjadi 56,33. Pada hari ke 10 rata-rata pada kelompok intervensi naik menjadi  96,73, sedangkan kelompok kontrol naik menjadi 67,67. Hasil uji Levene’s test pada penelitian ini menunjukkan pada hari kelima (post 1) dengan p value 0,025 0,05 dan hari kesepuluh (post 2) dengan p value 0,012 0,05 yang berarti bahwa Ha diterima.  Didapatkan bahwa sari kurma efektif dalam meningkatkan volume ASI.
Peran Acrosin Pada Fertilisasi Pria: Literature Review Aidil Akbar
JURNAL PANDU HUSADA Vol 2, No 2 (2021)
Publisher : Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30596/jph.v2i2.7597

Abstract

Tahap fertilisasi diawali dengan adanya perjumpaan spermatozoa dan ovum, dimana sel sperma menebus dinding sel ovum mencapai zona pellusida, proses ini melibatkan protein khusus yang terdapat pada akrosom spermatozoa yang dikenal dengan acrosin berfungsi sebagai ezim proteolitik. Studi literatur ini bertujuan untuk membahas pentingnya peran acrosin dalam proses fertilisasi pada pria. Peneliti melakukan pencarian literatur dengan menggunakan aplikasi Google Scholar dengan menggunakan kata kunci Acrosin dan mencari literatur yang masuk dalam kriteria inklusi. Hasil penelusuran literatur dijumpai 15 literatur yang membahas tentang acrosin dari berbagai macam sudut pandang yang dihubungkan dengan proses fertilisasi.Acrosin merupakan protein enzimatik pada acrosome yang terdapat pada kepala sperma yang membatu sperma untuk mencapai zona pellusida sehingga dapat melakukan proses fertilisasi pada ovum.
PENGARUH KONSUMSI KAFEIN TERHADAP PREMENSTRUAL SYNDROME PADA MAHASISWI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATERA UTARA WIDYA NINGSIH, PARAMITHA; CHALIL, MUHAMMAD JALALUDDIN ASSUYUTHI; AKBAR, AIDIL; WILDANI, HASBINA
JURNAL ILMIAH SIMANTEK Vol 7 No 4 (2023): JURNAL ILMIAH SIMANTEK
Publisher : LP2MTBM MAKARIOZ

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Premenstrual syndrome (PMS) is a condition in which a woman feels several changes in the body both physically, emotionally, and in behavior that occur before menstruation, so that it will interfere with daily activities and then disappear along with the end of the menstrual phase. The cause of this emergence is not clear. Some theories say, among others, due to hormonal factors, namely an imbalance between the hormones estrogen and progesterone. Experiencing other things, related to feeling disorders, psychological factors, social problems, or serotonin function experienced by sufferers. Behavioral factors are risk factors for premenstrual syndrome, one of which is caffeine consumption. The results of the study of the American College of Obstetricians and Gynecologists (ACOG) in Sri Lanka in 2012, reported that the symptoms of premenstrual syndrome experienced by around 65.7% of adolescent girls. The purpose of this study was to determine the effect of caffeine consumption on the incidence of premenstrual syndrome in students of the Faculty of Medicine, University of Muhammadiyah North Sumatra. This study is a descriptive-analytic study with a cross-sectional approach. The subjects of this study were students of the Faculty of Medicine, University of Muhammadiyah North Sumatra with a total of 87 people. This study uses a simple random sampling technique of data collection with chi-square test. Collecting data by filling out questionnaires. This study shows that there is a significant relationship between caffeine consumption and premenstrual syndrome as evidenced by a p-value of 0.017 (p<0.05). The conclusion there is an effect between caffeine consumption on the incidence of premenstrual syndrome
Micronutrient Supplementation Therapy in Subfertile Men: A Systematic Study Akbar, Aidil
Buletin Farmatera Vol 6, No 3 (2021)
Publisher : Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30596/bf.v6i3.8920

Abstract

In Indonesia, the infertility rate reaches 16% of couples of childbearing age, and 50% of cases are caused by male reproductive disorders. In the current study, micronutrient substitution therapy can increase sperm count and motility in subfertile men but has not shown consistent results. This study is a systematic study that aims to determine the effectiveness of micronutrient supplementation therapy for subfertile cases and what micronutrients are used for subfertile therapy. A literature search was carried out using the Google Scholar application with the keywords supplementation therapy in subfertile, from the results of a literature search using the prism method, 18 articles were found that included in the inclusion criteria, and it was found that almost all articles stated that micronutrition supplementation therapy in subfertile patients showed improved results. the number and motility of sperm cells and the micronutrients that are widely used are zinc, carnitine, Co-Q10, Vitamin E, Vitamin C, Selenium, Vitamin B12. It can be concluded that micronutrient supplementation can improve the number of live sperm cells and sperm motility.
Efektivitas Penggunaan Kompres Hangat Terhadap Penurunan Nyeri Dismenore Primer Pada Mahasiswi Angkatan 2020 Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara Akbar, Aidil; Sipahutar, Brigita Ramayanti
JURNAL PANDU HUSADA Vol 6, No 3 (2025)
Publisher : Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30596/jph.v6i3.23350

Abstract

Abstrak: Nyeri menstruasi atau dismenore primer adalah salah satu masalah kesehatan yang paling umum dialami oleh wanita usia reproduksi, termasuk mahasiswi. Kondisi ini sering kali mengganggu aktivitas sehari-hari, menyebabkan penurunan konsentrasi belajar, dan menurunkan kualitas hidup secara keseluruhan. Meskipun nyeri ini dianggap "normal," sebagian besar wanita merasa kesulitan mengatasinya tanpa penggunaan obat-obatan. Penelitian ini bertujuan untuk menguji efektivitas penggunaan kompres hangat dalam menurunkan tingkat nyeri dismenore primer pada mahasiswi Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara angkatan 2020. Penelitian ini menggunakan desain quasi-eksperimental dengan pendekatan one group pre-test and post-test. Sebanyak 35 responden dipilih berdasarkan kriteria inklusi menggunakan metode purposive sampling. Pengukuran tingkat nyeri dilakukan menggunakan Visual Analogue Scale (VAS) sebelum dan sesudah perlakuan kompres hangat. Mayoritas responden berusia 22 tahun (65,7%). Sebelum perlakuan, nyeri sangat berat dialami oleh 48,6% responden, sementara setelah perlakuan, nyeri ringan meningkat menjadi 40,0% dan nyeri sedang menjadi 42,9%. Hasil uji Wilcoxon menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan antara tingkat nyeri sebelum dan sesudah perlakuan (Z = -4,621, p = 0,000). Penggunaan kompres hangat terbukti efektif dalam menurunkan tingkat nyeri dismenore primer. Intervensi ini dapat menjadi metode alternatif yang aman dan praktis bagi wanita yang ingin mengurangi keluhan nyeri menstruasi tanpa menggunakan obat-obatan
Perbandingan Antara Konsumsi Kopi Dan Susu Hewani Terhadap Terjadinya Gejala Premenstruasi Pada Mahasiswi Fakultas Kedokteran Angkatan 2023 Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara Akbar, Aidil; Harahap, Sri Dwi Putri; Damayanty, Amelia Eka
BEST Journal (Biology Education, Sains and Technology) Vol 8, No 1 (2025): Juni 2025
Publisher : Program Studi Pendidikan Biologi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30743/best.v8i1.11510

Abstract

Pendahuluan: Konsumsi kopi dan susu semakin populer di kalangan remaja, termasuk mahasiswa kedokteran, yang sering menggunakannya untuk meningkatkan energi dan konsentrasi. Kopi mengandung kafein yang dapat memperburuk gejala Premenstrual Syndrome (PMS) dengan memengaruhi keseimbangan hormon estrogen dan progesteron, sementara susu mengandung vitamin D dan K yang dapat membantu mengurangi gejala PMS. Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbandingan konsumsi kopi dan susu hewani terhadap gejala Pre-menstrual syndrome pada mahasiswi Fakultas Kedokteran Angkatan 2023 Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara. Metode: Penelitian yang digunakan adalah deskriptif analitis dengan rancangan penelitian Cross-Sectional. Penentuan besar sampel dilakukan dengan rumus Slovin, menghasilkan jumlah sampel sebanyak 126 orang. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan kuesioner Food Frequency Questionnaire (FFQ) untuk konsumsi kopi dan susu, serta Shortened Premenstrual Assessment Form (SPAF) untuk menilai gejala pramenstruasi. Analisis data dilakukan menggunakan uji Mann-Whitney Test. Hasil: Hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas mahasiswi yang mengonsumsi kopi murni mengalami gejala PMS sebanyak 73%. Sebaliknya, mayoritas mahasiswi yang mengonsumsi susu hewani tidak mengalami gejala PMS, yaitu sebesar 90,5%. Nilai rata-rata untuk konsumsi kopi adalah 33,0, sedangkan untuk konsumsi susu adalah 29,25 dengan P-Value untuk perbandingan ini adalah 0,000 (α = 0,05). Kesimpulan: terdapat perbedaan yang signifikan antara konsumsi kopi dan susu terhadap premenstrual syndrome pada mahasiswi Fakultas Kedokteran Angkatan 2023 Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara.
A medical physics review of the use of contrasodium in hysterosalpingography (HSG) examinations Akbar, Aidil; Habib, Alltop Amri Ya; Simanjuntak, Asnika Putri; Emrinaldi, Tengku
Indonesian Physics Communication Vol 22, No 2 (2025)
Publisher : Universitas Riau

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31258/jkfi.22.2.85-96

Abstract

Hysterosalpingography (HSG) is a widely used radiological procedure for evaluating female infertility, particularly in assessing fallopian tube patency and uterine anatomy. A critical component of HSG is the use of contrast media. Water-based contrast agents, such as contrasodium, are often preferred due to their favorable safety profile. The field of medical physics plays a vital role in ensuring diagnostic image quality while minimizing biological risks from radiation exposure. This article reviews the effectiveness of contrasodium in HSG procedures from a medical physics perspective, comparing it to other contrast agents and examining radiation dose management in women of reproductive age. The study is a literature review of scientific publications from the past decade (2015–2024), including clinical trials, meta-analyses, and international guidelines from the WHO and ICRP. The analysis focuses on imaging physics parameters, contrast efficiency, biological safety, and radiation dose evaluation. Findings indicate that contrasodium provides sufficient radiological imaging with minimal biological risk. Although oil-based contrast agents are associated with higher post-HSG pregnancy rates, they pose greater risks of adverse biological effects. Medical physicists are instrumental in optimizing imaging protocols, managing radiation doses, and selecting exposure parameters in accordance with the ALARA (As Low As Reasonably Achievable) principle. In conclusion, the use of contrasodium in HSG offers an optimal balance between diagnostic efficacy and patient safety. The standardization of evidence-based HSG protocols at the national level is recommended to enhance clinical practice in Indonesia.