Kopi Arabika adalah komoditas ekspor perkebunan yang berperan penting bagi perekonomian Indonesia. Namun, produksi kopi arabika ini masih tergolong rendah yaitu 800 kg/ha. Salah satu sentra kopi Arabika di Jawa Barat berada pada daerah aktivitas geothermal Pembangit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) Kamojang. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dampak uap dari aktivitas geothermal terhadap iklim mikro dan produksi kopi Arabika. Penelitian dilakukan dengan pengamatan parameter iklim yaitu suhu udara, kelembapan udara, dan intensitas cahaya matahari pada lima lokasi berdasarkan jarak berbeda dari pusat geothermal PLTP Kamojang yaitu Lokasi 1 (0-250 m), Lokasi 2 (250-500 m), Lokasi 3 (500-750 m), Lokasi 4 (750-1.000 m) dan Lokasi 5 sebagai lokasi kontrol (kira-kira berjarak 3 km) yang memiliki karakteristik lahan yang sama. Hasil penelitian menunjukkan bahwa uap panas bumi berpengaruh terhadap kondisi iklim mikro yaitu menurunkan suhu udara sebesar 8,8, 8,3, 6,9 dan 1,8% dibandingkan kontrol, menurunkan intensitas cahaya matahari sebesar 62, 50, 36 dan 19% dibandingkan kontrol serta menaikkan kelembapan udara sebesar 11, 5, 4 dan 1% dibandingkan kontrol untuk masing-masing Lokasi 1-4. Kondisi iklim mikro tersebut berpengaruh terhadap penurunan produksi kopi Arabika (kg/ha) pada Lokasi 1, 2 dan 3 masing-masing sebesar 33, 19 dan 13% dengan radius kurang dari 750 m dari pusat geothermal PLTP Kamojang. Berkurangnya intensitas matahari berdampak pada penurunan suhu udara, dan pada gilirannya kelembaban relatif meningkat. Suhu yang lebih rendah dapat memperlambat pertumbuhan tanaman kopi. Kelembaban yang tinggi juga dapat meningkatkan risiko kejadian penyakit pada tanaman kopi.