Claim Missing Document
Check
Articles

Found 17 Documents
Search

Kajian Model Penataan Muara Sungai Perkotaan Berbasis Mitigasi Bencana. Studi Kasus Muara Sungai Ranoyapo Kota Amurang Kabupaten Minahasa Selatan. Suriandjo, Hendrik S
SPASIAL Vol 3, No 1 (2016)
Publisher : SPASIAL

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Keberadaan Kota Amurang sebagai jalur transit di topang oleh adanya rencana pengembangan pelabuhan Amurang yang lebih mempertegas ciri Amurang sebagai Kota Pantai. Daerah aliran sungai dan pesisir pantai sering dikategorikan sebagai daerah rawan bencana, karena peluang dan potensi terjadinya bencana banjir, penggerusan tanah dan pasang air laut, yang tentunya hal tersebut sering terjadi di muara sungai Ranoyapo. Dengan demikian, dalam penelitian ini penulis mencoba menemukan model penataan muara sungai perkotaan berbasis mitigasi bencana, yang dapat menjadi model prototype penataan kawasan sejenis. Metode yang digunakan adalah metode kualitatif dan mengandung unsur kasualitatis (studi kasus) sehingga diarahkan pada pengembangan deskripsi lokasi kawasan. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis data kualitatif, data dikombinasikan dengan analisis SWOT untuk mendapatkan kekuatan, kelemahan, peluang dan kendala. Hasil penelitian ini menunjukkan perlu dikembangkan model yang berkaitan dengan aspek fisik dasar kawasan, perumahan dan permukiman, utilitas dan prasarana lingkungan, manajemen mitigasi bencana dan hukum serta pengelolaan pembangunan kawasan, karena penyebab menurunnya kualitas lingkungan kawasan muara sungai dan pesisir pantai disebabkan aspek –aspek tersebut secara keseluruhan masih merupakan potensi yang belum dikembangkan. Penelitian ini dapat disimpulkan bahwa model-model yang ditemukan dalam penataan muara sungai berbasis mitigasi bencana sekaligus sebagai model prototype penataan kawasan sejenis ialah : (1) tanggul pengaman bantaran sungai, (2) jalur sirkulasi / jalan bantaran sungai, (3) konstruksi bangunan minimal 2 lantai, (4) peta mitigasi bencana, (5) menara pemantau banjir, (6) pintu air pengendali banjir, (5) menjadikan sungai sebagai bagian depan rumah / bangunan. Saran dalam penelitian ini ialah pengelolaan pembangunan kawasan perlu didukung oleh panduan pembangunan sebagai acuan dalam pengendalian pembangunan.   Kata Kunci : muara sungai, mitigasi, model prototype
KONSEP DAN STRATEGI PENGEMBANGAN FISIK KAWASAN DALAM WUJUD DETAIL ENGINEERING DESIGN (DED) SEBAGAI IMPLEMENTASI PRODUK RTBL DI KORIDOR TUMBUH CEPAT KOTA SENTANI JAYAPURA Suriandjo, Hendrik S.
MEDIA MATRASAIN Vol 15, No 1 (2018)
Publisher : Department of Architecture, Engineering Faculty - Sam Ratulangi University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Kegiatan  Penataan  Bangunan  dan  Lingkungan  adalah  kegiatan  yang  bertujuan mengendalikan pemanfaatan  ruang  dan  menciptakan  lingkungan  yang tertata, berkelanjutan,   berkualitas   serta menambah   vitalitas ekonomi   dan   kehidupan masyarakat. Oleh karenanya penyusunan dokumen Desain Kawasan, selain sebagai pemenuhan aspek legal-formal, yaitu sebagai produk pengaturan pemanfaatan ruang serta  penataan  bangunan  dan  lingkungan  pada  kawasan  terpilih,  juga  sebagai dokumen   panduan / pengendali   pembangunan   dalam  penyelenggaraan  penataan bangunan dan lingkungan kawasan terpilih supaya memenuhi kriteria perencanaan tata bangunan dan Lingkungan yang berkelanjutan meliputi: pemenuhan persyaratan tata  bangunan  dan  lingkungan,  peningkatan  kualitas  hidup  masyarakat  melalui perbaikan kualitas lingkungan dan ruang publik, perwujudan pelindungan lingkungan, serta peningkatan vitalitas ekonomi lingkungan. Selain  hal  tersebut,  penyusunan  desain  kawasan  mempunyai   manfaat  untuk mengarahkan jalannya pembangunan sejak dini, mewujudkan pemanfaatan ruang secara efektif, tepat guna, spesifik setempat dan konkret sesuai dengan rencana tata ruang wilayah, melengkapi peraturan daerah tentang bangunan gedung, mewujudkan kesatuan karakter dan meningkatkan kualitas bangunan gedung dan lingkungan/kawasan, mengendalikan pertumbuhan fisik suatu lingkungan/ kawasan, menjamin implementasi pembangunan agar sesuai dengan aspirasi dan kebutuhan masyarakat dalam pengembangan lingkungan/kawasan yang berkelanjutan, menjamin terpeliharanya hasil pembangunan pascapelaksanaan, karena adanya rasa memiliki dari masyarakat terhadap semua hasil pembangunan. Penyusunan desain kawasan diharapkan dapat mensinergikan produk RTBL sebelumnya agar tidak mengalami inkonsistensi yang terlalu besar, agar produk perencanaan tidak dianggap mubazir.
RESPON TERHADAP BAKU KEBISINGAN BUNYI DENGAN PENEKANAN PADA SOUNDSCAPES DI PUSAT KOTA. STUDI KASUS KAWASAN TKB DI KOTA MANADO (RESPONSE TO THE STANDARD NOISE WITH EMPHASIS ON SOUNDSCAPES IN THE CENTER TOWN. A CASE STUDY OF THE AREA OF TKB IN MANADO) Suriandjo, Hendrik S.; Tondobala, Linda
MEDIA MATRASAIN Vol 10, No 1 (2013)
Publisher : Jurusan Arsitektur, FT - UNSRAT Manado

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Standard noise in Indonesia is about the noise level in the living environment and based on the Decree of the Minister of Environment No. Kep-48/Menlh/11/1996. Acoustics soundscapes is part of the living environment that put emphasis on the quality of the sound perception by people. The purpose of this study to determine the amount of the value of sound-level for the comfort of the public open space in urban areas. It will be then be proposed as new standard of sound comfort in RTNH (Non Green Open Space) in the city center. The study has aim also to discover the benefits of soundscapes as a tool of analysis in the design of the city. The experiment was conducted in center-town of Manado (TKB area). The study apply mix methods, measurements with a sound level, and descriptive analysis by using qualitative and quantitative approaches. Calculations also realized by applying formula LAeq (10 minutes) and Leq (afternoon), to get the standard limit noise of the area. The results showed that the response of people feel comfortably in the range of 55 to 60 dBA. These values may reach of 20% higher than as mentioned in the standard noise level in Indonesia (Kep-48/Menlh/11/1996). Moreover, it can be justified that soundscapes can be used as tool in the analysis of urban design, especially in the search for the meaning of places.Key Word : standard outdoor noise, response, soundscapes, public open space
MODEL PENATAAN BANGUNAN DAN LINGKUNGAN KAWASAN PUSAT KOTA TUMPAAN KABUPATEN MINAHASA SELATAN. Suriandjo, Hendrik S.
Jurnal Arsitektur DASENG Vol 6, No 1 (2017): Volume 6 No.1 Mei 2017
Publisher : PS S1 Arsitektur. Jurusan Arsitektur, Fakultas Teknik Universitas Sam Ratulangi Manado

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Tumpaan adalah bagian dari Kota Amurang yang merupakan sub urban dari kota baru yang cukup maju dan pesat perkembangannya sejak dimekarkan dari Minahasa Induk pada tahun 2005  dan dimekarkan lagi menjadi Minahasa Tenggara dan Minahasa Selatan melalui uu no. Tahun 2007. Pertumbuhan fisik yang sangat cepat dari beberapa kawasan di lingkungan kota yang berkembang kurang tertib, tidak selaras dan serasi dengan lingkungannya, sehingga kawasan tersebut menjadi tidak produktif. Dengan pola yang berkembang seperti itu memerlukan pengaturan lebih khusus terutama dari segi panduan dan arahan tata bangunan dan lingkungannya terutama juga pada daerah pesisirnya, sehingga dapat terciptanya kualitas lingkungan yang baik dan juga dapat memberikan arahan terhadap pemanfaatan lahan sesuai dengan Tata Ruang yang berlaku.Mengingat kecenderungan pertumbuhan fisik secara cepat terjadi di daerah perkotaan/urban, maka prioritas penangan/penataan yang dikhususkan pada daerah yang padat dengan menggariskan pada : Pusat Kawasan yang Padat , Pusat Perdagangan, Pusat Permukiman campuran dan Pusat Kawasan yang koindisi Geografisnya perlu perhatian (daerah perbukitan, pesisir pantai (coastal area) dan daerah jalur ring road/tol)Di satu sisi, atas pertimbangan makin tingginya harga tanah di perkotaan, optimalisasi pemanfaatan lahan untuk pembangunan perumahan dan permukiman menjadi hal yang tak terelakkan. Di sisi lain, potensi masyarakat yang kurang mampu untuk memmiliki rumah pribadi cenderung makin menurun. Di perkotaan banyak masyarakat bermukim di kawasan yang padat, meskipun berkondisi kumuh, kurang sehat (menurut data terakhir proporsi pemanfaatan pemukiman di pesisir dan perkotaan sudah berbandin sama pada posisi 50%. Hal ini terjadi karena pola pembangunan yang cenderung berkembang di area pesisir dan juga agar tetap dengan lokasi tempat bekerja (yang umumnya di pusat kota) tak jarang mereka tinggal di rumah sewa dengan kondisi permukiman seperti tersebut di atas.Kajian ini dibuat untuk meningkatkan pemanfaatan ruang kota yang terkendali, suatu produk tata ruang kota harus dilengkapi dengan Panduan Penataan Bangunan dan Lingkungannya dengan mengakomodasi kegiatan-kegiatan sosial, ekonomi, budaya, memiliki citra fisik maupun non fisik yang kuat, keindahan visual serta terencana dan terancang secara terpadu. Hal tersebut sebagai bagian dari pemenuhan terhadap Persyaratan Tata Bangunan seperti tersirat dalam Undang-Undang No. 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung (pasal 9).                                     Kata Kunci : Pertumbuhan Fisik, Pemanfaatan Ruang, Panduan Penataan Bangunan dan Lingkungan
Vegetation Structure and Damage Level Mangrove Forest in Manomadehe Island, Subdistrict South Jailolo, North Maluku Province Salim Abubakar; Riyadi Subur; Masykhur Abdul Kadir; Rina Rina; Adi Noman Susanto; Hendrik Suryo Suriandjo
Jurnal Biologi Tropis Vol. 21 No. 1 (2021): Januari - April
Publisher : Biology Education Study Program, Faculty of Teacher Training and Education, University of Mataram, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29303/jbt.v21i1.2492

Abstract

Mangrove forest is a natural resource typical of tropical coasts, which has multiple benefits with a very broad impact when viewed from social, economic and ecological aspects. Management of natural resources must be very prudent because it takes a long time to be able to recover when damage / extinction has occurred. The purpose of this study was to determine the composition of mangrove species, the structure of mangrove forest vegetation (species density, relative density of species, frequency of species, relative frequency of species, species cover, relative cover of species and important values) and to determine the level of damage. Extraction of mangrove vegetation using the "spot check" method. The transects are drawn perpendicular to the coastline along the mangrove vegetation. The composition of mangrove species were 7 species, namely Rhizophora apiculata, R. stylosa, Bruguirea gymnorrhiza, Ceriops tagal, Sonneratia alba, Xylocarpus granatum and Aegiceras floridum. In the vegetation structure, the highest density and relative density were found in Rhizophora stylosa and the lowest was Xylocarpus granatum. The highest species and relative frequencies were Rhizophora stylosa, R. apiculata and the lowest were Bruguiera gymnorrhiza. The highest type and closure were Sonneratia alba and the lowest was Ceriops tagal. Meanwhile, the highest importance was in Sonneratia alba and the lowest was Xylocarpus granatum. Overall, the density value of mangrove species on Manomadehe Island is 2796 trees / ha so that the condition of the mangrove forests on Manomadehe Island is still in the good category (very dense).
Feasibility Study Pembangunan Rumah Kost di Kota Manado Hendrik S Suriandjo
Sabua : Jurnal Lingkungan Binaan dan Arsitektur Vol. 9 No. 1 (2020): SABUA : JURNAL LINGKUNGAN BINAAN DAN ARSITEKTUR
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35793/sabua.v9i1.31723

Abstract

Banyaknya pekerja yang datang ke Kota Manado mengakibatkan tingginya kebutuhan akan hunian. Ini dikarenakan pekerja yang datang bekerja di Kota Manado ada yang berasal dari luar Manado seperti dari Minahasa, Minahasa Selatan, Bitung, dan dari Kabupaten dan Kota lainnya. Permukiman dan atau hunian khusus untuk pekerja masih kurang keberadaannya di Kota Manado. Disamping itu setiap tempat kerja kadang tidak menyiapkan mess khusus untuk karyawannya. Melihat fenomena tersebut kebutuhan akan rumah kost ini amat dibutuhkan pada saat sekarang ini. Tujuan penelitian ini untuk menemukan layak tidaknya pembangunan rumah kost dari sisi ekonomis dan finansial. Penelitian dilaksanakan di kota Manado tepatnya di Kelurahan Ranotana Weru, dengan menggunakan quantitative methods lewat rumus NPV, IRR, B/C dan Payback Period, untuk mendapatkan kelayakan rumah kost ini. Hasil penelitian menemukan NPV > 0, IRR > tingkat bunga yang berlaku (10%), B/C ratio lebih dari satu dan sepuluh tahun adalah Payback Period rumah kost ini. Kata Kunci : hunian; rumah kost; kelayakan.
KAJIAN RENCANA TATA BANGUNAN DAN LINGKUNGAN (RTBL) KAWASAN PUSAT KOTA TILAMUTA Hendrik S. Suriandjo
Jurnal Arsitektur DASENG Vol. 8 No. 1 (2019): DASENG Volume 8, Nomor 1, Mei 2019
Publisher : PS S1 Arsitektur. Jurusan Arsitektur, Fakultas Teknik Universitas Sam Ratulangi Manado

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35793/daseng.v8i1.26199

Abstract

Sebagai salah satu aspek penting dalam kegiatan pembangunan daerah, penataan bangunan dan lingkungan sangat diperlukan. Rencana tata bangunan dan lingkungan merupakan suatu produk hukum yang mengikat dan secara operasional; dipakai sebagai dasar dan pedoman dalam pembangunan fisik suatu wilayah serta pengendali pembangunan kota guna mewujudkan suatu kota yang serasi, selaras dan seimbang didalam perkembangannya. Seiring reformasi pemerintahan, paradigma penataan ruang bergeser dari top down menjadi bottom up.  Tujuan penelitian ini untuk menemukan rencana umum dan panduan penataan kota (urban guidelines) sebagai dokumen yang menyeluruh dan memiliki kepastian hukum dan dokumen pengendali pembangunan dalam penyelenggaraan penataan bangunan dan lingkungan supaya memenuhi kriteria perencanaan tata bangunan dan lingkungan yang berkelanjutan. Penelitian dilaksanakan di kawasan pusat kota Tilamuta kabupaten Boalemo, metode penelitian ialah kualitatif dengan studi literatur terkait dan survey primer, analisis dilakukan dengan deskriptif-kualitafif. Hasil penelitian menemukan panduan : (1) Blok A tetap dipertahankan fungsi dominan eksistingnya sebagai kawasan perkantoran dan alun-alun serta mengatur panduan pengembangan  rencana citywalk, (2) Blok B sebagai blok campuran perdagangan jasa, pendidikan dan hunian akan ditata mengacu pada keserasian antar fungsi, (3) Blok C diarahkan penataannya menjadi sebagai blok campuran yang dikembangkan berdasarkan fungsi tematik eksisting, (4) Blok D sebagai salah satu simpul aktifitas komersil dan bukit batunya, diarahkan penataanya sebagai titik bangkitan aktifitas sekunder untuk mengimbangi titik bangkitan aktifitas primer di kawasan sekitar alun-alun. Kata Kunci : penataan bangunan dan lingkungan, urban guidelines, pengendali pembangunan
RESPON TERHADAP BAKU KEBISINGAN BUNYI DENGAN PENEKANAN PADA SOUNDSCAPES DI PUSAT KOTA. STUDI KASUS KAWASAN TKB DI KOTA MANADO (Response to the Standard Noise With Emphasis on Soundscapes in the Center Town. A Case Study of the Area of TKB in Manado) Hendrik S. Suriandjo; Linda Tondobala
MEDIA MATRASAIN Vol. 10 No. 1 (2013)
Publisher : Department of Architecture, Engineering Faculty - Sam Ratulangi University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35792/matrasain.v10i1.4089

Abstract

Standard noise in Indonesia is about the noise level in the living environment and based on the Decree of the Minister of Environment No. Kep-48/Menlh/11/1996. Acoustics soundscapes is part of the living environment that put emphasis on the quality of the sound perception by people. The purpose of this study to determine the amount of the value of sound-level for the comfort of the public open space in urban areas. It will be then be proposed as new standard of sound comfort in RTNH (Non Green Open Space) in the city center. The study has aim also to discover the benefits of soundscapes as a tool of analysis in the design of the city. The experiment was conducted in center-town of Manado (TKB area). The study apply mix methods, measurements with a sound level, and descriptive analysis by using qualitative and quantitative approaches. Calculations also realized by applying formula LAeq (10 minutes) and Leq (afternoon), to get the standard limit noise of the area. The results showed that the response of people feel comfortably in the range of 55 to 60 dBA. These values may reach of 20% higher than as mentioned in the standard noise level in Indonesia (Kep-48/Menlh/11/1996). Moreover, it can be justified that soundscapes can be used as tool in the analysis of urban design, especially in the search for the meaning of places.Key Word : standard outdoor noise, response, soundscapes, public open space
KONSEP DAN STRATEGI PENGEMBANGAN FISIK KAWASAN DALAM WUJUD DETAIL ENGINEERING DESIGN (DED) SEBAGAI IMPLEMENTASI PRODUK RTBL DI KORIDOR TUMBUH CEPAT KOTA SENTANI JAYAPURA Hendrik S. Suriandjo
MEDIA MATRASAIN Vol. 15 No. 1 (2018)
Publisher : Department of Architecture, Engineering Faculty - Sam Ratulangi University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35792/matrasain.v15i1.21186

Abstract

Kegiatan  Penataan  Bangunan  dan  Lingkungan  adalah  kegiatan  yang  bertujuan mengendalikan pemanfaatan  ruang  dan  menciptakan  lingkungan  yang tertata, berkelanjutan,   berkualitas   serta menambah   vitalitas ekonomi   dan   kehidupan masyarakat. Oleh karenanya penyusunan dokumen Desain Kawasan, selain sebagai pemenuhan aspek legal-formal, yaitu sebagai produk pengaturan pemanfaatan ruang serta  penataan  bangunan  dan  lingkungan  pada  kawasan  terpilih,  juga  sebagai dokumen   panduan / pengendali   pembangunan   dalam  penyelenggaraan  penataan bangunan dan lingkungan kawasan terpilih supaya memenuhi kriteria perencanaan tata bangunan dan Lingkungan yang berkelanjutan meliputi: pemenuhan persyaratan tata  bangunan  dan  lingkungan,  peningkatan  kualitas  hidup  masyarakat  melalui perbaikan kualitas lingkungan dan ruang publik, perwujudan pelindungan lingkungan, serta peningkatan vitalitas ekonomi lingkungan. Selain  hal  tersebut,  penyusunan  desain  kawasan  mempunyai   manfaat  untuk mengarahkan jalannya pembangunan sejak dini, mewujudkan pemanfaatan ruang secara efektif, tepat guna, spesifik setempat dan konkret sesuai dengan rencana tata ruang wilayah, melengkapi peraturan daerah tentang bangunan gedung, mewujudkan kesatuan karakter dan meningkatkan kualitas bangunan gedung dan lingkungan/kawasan, mengendalikan pertumbuhan fisik suatu lingkungan/ kawasan, menjamin implementasi pembangunan agar sesuai dengan aspirasi dan kebutuhan masyarakat dalam pengembangan lingkungan/kawasan yang berkelanjutan, menjamin terpeliharanya hasil pembangunan pascapelaksanaan, karena adanya rasa memiliki dari masyarakat terhadap semua hasil pembangunan. Penyusunan desain kawasan diharapkan dapat mensinergikan produk RTBL sebelumnya agar tidak mengalami inkonsistensi yang terlalu besar, agar produk perencanaan tidak dianggap mubazir.
Changes in Microclimate Due to the Properties of Landscape Materials: A Case Study in a Coastal City of a Tropical Area Sangkertadi, Sangkertadi; S, Supardjo; Z, Zahra; H. S, Suriandjo
Journal of World Science Vol. 4 No. 4 (2025): Journal of World Science
Publisher : Riviera Publishing

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.58344/jws.v4i4.1386

Abstract

The objective of this study is to determine the role of landscape materials in microclimate changes within a tropical humid environment, specifically in coastal areas. Landscape materials possess thermophysical properties that can influence microclimate changes. This study focuses on three microclimate variables: surface temperature, air temperature and solar radiation. The landscape materials examined include bricks, dry` soil, paving stones, trees, and a garden pond. A quantitative descriptive analysis method was employed. Thermophysical properties of local materials, such as red bricks and paving blocks, were measured using a calorimeter, infrared thermometer, and thermocouples. Microclimate measurements were conducted in the open space of a commercial zone at coastal area of Manado City, Indonesia. The measurement include solar radiation, air temperature, and surface temperature of various materials. The HEAT2 computer program was used to assist in analyzing changes in surface temperature due to the presence of different landscape materials. The results revealed that at midday, trees could reduce solar radiation by up to 80% under their shade. Conversely, materials like bricks, paving stones, and hard soil, when exposed to direct sunlight, could cause surface temperatures to reach up to 50°C. The surface temperature of the garden pond water could reach 50°C, but at a depth of 50 cm, the temperature dropped to 25°C.