Titik Susiatik
IKIP Veteran Semarang

Published : 13 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 13 Documents
Search

Pengaruh Pembelajaran PKn Terhadap Pembentukan Karakter Siswa Susiatik, Titik
PAWIYATAN Vol 20, No 4 (2013)
Publisher : PAWIYATAN

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Latar belakang masalah adalah dewasa ini bangsa Indonesia dilanda krisis moral, tidak hanya pada tataran pimpinan pemerintahan dan birokrat semata, tetapi telah merambah dasar hingga pada anak-anak sekolah. Hal ini bisa dilihat dari tawuran pelajar, kriminal anak-anak remaja, dan sebagainya. Ini menunjukkan bangsa kita telah kehilangan jati diri dan karakternya. Di sisi lain karakter merupakan kualitas perilaku kolektif kebangsaan yang khas baik, yang tecermin dalam kesadaran, pemahaman, rasa, karsa, dan perilaku berbangsa dan bernegara sebagai hasil olah pikir, olah hati, olah rasa dan karsa seseorang atau sekelompok orang berdasarkan nilai-nilai Pancasila, norma, UUD 1945, keberagaman dengan prinsip Bhinneka Tunggal Ika, dan komitmen terhadap NKRI, sehingga pendidikan karakter perlu dimiliki dan ditanamkan kepada siswa.Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui dan membuktikan pengaruh pembelajaran pendidian kewarganegaraan (PKn) terhadap pembentukan karakter siswa. Hasil penelitian diperoleh kesimpulan: (1) sangat beralasan apabila pendidikan karakter dalam pembelajarannya diintegrasikan ke dalam semua mata pelajaran. Alasan itu karena pendidikan karakter mampu meningkatkan akhlak luhur siswa, sehingga penanaman karakter menjadi tanggung jawab semua guru. Hal ini senada dengan tujuan pendidikan yaitu membentuk sosok siswa secara utuh, sehingga pencapaian pendidikan harus mencakup dampak instruksional dan dampak pengiring; (2) implementasi pendidikan karakter terintegrasikan ke dalam semua mata pelajaran, pengembangannya lebih memadai pada model kurikulum terpadu dan pembelajaran terpadu dengan menentukan center core pada mata pelajaran yang akan dibelajarkan, seperti mata pelajaran PKn dan pendidikan agama; dan (3) proses pengembangan pendidikan karakter sebagai pembelajaran terpadu harus diproses seperti kuriklum lain, yaitu sebagai: 1) ide, dokumen, dan proses; 2) kejelian profesional dan penguasaan materi; 3) dukungan pendidikan luar sekolah, arahan spontan dan penguatan segera; 4) penilaian beragam; serta 5) difusi, inovasi dan sosialisasi adalah komitmen-komitmen yang harus diterima dan disikapi dalam pencanangan pembelajaran terpadu pendidikan karakter itu sendiri.Kata Kunci : Pembelajaran PKn, Pembentukan Karakter.
PENDIDIKAN KARAKTER, SEBUAH WACANA INTEGRASI PEMBELAJARAN Susiatik, Titik
PAWIYATAN Vol 20, No 1 (2013)
Publisher : PAWIYATAN

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Pemberian materi pendidikan karakter bagi anak di sekolah dirasa penting karena di dalamnya  menanamkan dan membentuk sifat atau karakter yang diperoleh dari cobaan, pengorbanan, pengalaman hidup, serta nilai yang ditanamkan sehingga dapat membentuk nilai intrinsik yang akan menjadi sikap dan perilaku bagi anak. Nilai-nilai yang ditanamkan berupa sikap dan tingkah laku diberikan secara terus-menerus, sehingga membentuk sebuah kebiasaan dan akhirnya dari kebiasaan itu akan menjadi karakter khusus bagi anak baik secara individu maupun secara  kelompok. Pendidikan karakter bangsa dapat dipadukan  dengan semua mata pelajaran. Konsekuensi dari pembelajaran terpadu, maka modus belajar para siswa harus bervariasi sesuai dengan karakter masing-masing anak. Variasi belajar dapat berupa mem-baca bahan rujukan, melakukan pengamatan, melakukan per-cobaan, mewawancarai nara sumber, dan sebagainya dengan cara kelompok maupun individual. Terselenggaranya variasi modus belajar siswa perlu ditunjang berbagai variasi modus penyampaian  oleh guru. Kebiasaan penyampaian pelajaran secara eksklusif dan pendekatan ekspositorik hendaknya dikembangkan kepada pen-dekatan yang lebih beragam seperti diskoveri dan inkuiri. Kegiatan penyampaian informasi, pemantapan konsep, pengungkapan pengalaman para siswa melalui monolog oleh guru perlu diganti dengan modus penyampaian yang ditandai oleh pelibatan aktif para siswa baik secara intelektual (bermakna) maupun secara emosional (dihayati kemanfaatannya) sehingga lebih responsif terhadap upaya mewujudkan tujuan utuh pendidikan. Dengan demikian sangat beralasan jika karakter bangsa dalam pembelajaran diintegrasikan ke dalam semua mata pelajaran. Alasan itu  karena meningkatkan akhlak luhur para siswa adalah tanggung jawab semua guru dan semua guru harus menjadi teladan yang memiliki kewibawaan yang semu. Kata Kunci : Pendidikan karakter, integrasi pembelajaran.
Pengembangan Metode Pendidikan Karakter Siswa Sekolah Menengah Pertama Melalui Pendekatan Reflective Moral Inqury Susiatik, Titik
PAWIYATAN Vol 22, No 3 (2015)
Publisher : PAWIYATAN

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Pembangunan karakter yang merupakan upaya perwujudan amanat Pancasila dan Pembukaan UUD 1945 dilatarbelakangi oleh realita permasalahan kebangsaan yang berkembang saat ini. Pendidikan karakter bukan sekedar mengajarkan mana yang benar dan mana yang salah, lebih dari itu, pendidikan karakter menanamkan kebiasaan (habituation) tentang hal mana yang baik, sehingga peserta didik menjadi paham (kognitif) tentang mana yang benar dan salah, mampu merasakan (afektif) nilai yang baik dan biasa melakukannya (psikomotorik). Dengan kata lain, pendidikan karakter yang baik harus melibatkan bukan saja aspek “pengetahuan yang baik (moral knowing), akan tetapi juga “merasakan dengan baik atau loving good (moral feeling), dan perilaku yang baik (moral action). Pendidikan karakter menekankan pada habit atau kebiasaan yang terus-menerus dipraktikkan dan dilakukan. Penelitian ini bertujuan untuk 1) Mengetahui dan menganalisis respon siswa terhadap penerapan metode pendidikan karakter dengan menggunakan pendekatan inkuiri moral secara reflektif; 2) Mengetahui dampak penerapan metode inkuiri moral scara reflektif dalam membantu siswa mengambil keputusan untuk meyakini moral tertentu sebagai standar perilaku mereka; metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan pendekatan partisipasif, jenis penelitian ekspermen. Metode  pengumpulan data dengan angket, observasi lapangan dan wawancara. Analisis yang digunakan yaitu analisis dekskirptif persentase. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dengan menggunakan pendekatan reflective moral inquiry, siswa dapat lebih bersemangat untuk belajar. Dengan menggunakan pendekatan reflective moral inquiry, karakter siswa dalam hal ini kejujuran, kedisiplinan, kerjasama, saling menghargai dan tangung jawab dapat dikatkan meningkat, yang diketahui peningkatan tersebut sudah cukup baik.  Kata Kunci: pendidikan karakter, reflective moral inquiry
PENDIDIKAN KARAKTER, SEBUAH WACANA INTEGRASI PEMBELAJARAN Susiatik, Titik
PAWIYATAN Vol 20 No 1 (2013)
Publisher : PAWIYATAN

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Pemberian materi pendidikan karakter bagi anak di sekolah dirasa penting karena di dalamnya  menanamkan dan membentuk sifat atau karakter yang diperoleh dari cobaan, pengorbanan, pengalaman hidup, serta nilai yang ditanamkan sehingga dapat membentuk nilai intrinsik yang akan menjadi sikap dan perilaku bagi anak. Nilai-nilai yang ditanamkan berupa sikap dan tingkah laku diberikan secara terus-menerus, sehingga membentuk sebuah kebiasaan dan akhirnya dari kebiasaan itu akan menjadi karakter khusus bagi anak baik secara individu maupun secara  kelompok. Pendidikan karakter bangsa dapat dipadukan  dengan semua mata pelajaran. Konsekuensi dari pembelajaran terpadu, maka modus belajar para siswa harus bervariasi sesuai dengan karakter masing-masing anak. Variasi belajar dapat berupa mem-baca bahan rujukan, melakukan pengamatan, melakukan per-cobaan, mewawancarai nara sumber, dan sebagainya dengan cara kelompok maupun individual. Terselenggaranya variasi modus belajar siswa perlu ditunjang berbagai variasi modus penyampaian  oleh guru. Kebiasaan penyampaian pelajaran secara eksklusif dan pendekatan ekspositorik hendaknya dikembangkan kepada pen-dekatan yang lebih beragam seperti diskoveri dan inkuiri. Kegiatan penyampaian informasi, pemantapan konsep, pengungkapan pengalaman para siswa melalui monolog oleh guru perlu diganti dengan modus penyampaian yang ditandai oleh pelibatan aktif para siswa baik secara intelektual (bermakna) maupun secara emosional (dihayati kemanfaatannya) sehingga lebih responsif terhadap upaya mewujudkan tujuan utuh pendidikan. Dengan demikian sangat beralasan jika karakter bangsa dalam pembelajaran diintegrasikan ke dalam semua mata pelajaran. Alasan itu  karena meningkatkan akhlak luhur para siswa adalah tanggung jawab semua guru dan semua guru harus menjadi teladan yang memiliki kewibawaan yang semu. Kata Kunci : Pendidikan karakter, integrasi pembelajaran.
PENDIDIKAN KARAKTER: SALAH SATU ALAT PEMERSATU BANGSA Susiatik, Titik
PAWIYATAN Vol 23 No 1 (2016)
Publisher : PAWIYATAN

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Pendidikan karakter merupakan suatu sistem penanaman nilai-nilai karakter kepada warga sekolah yang meliputi komponen pengetahuan, kesadaran atau kemauan, dan tindakan untuk melaksanakan nilai-nilai tersebut. Pendidikan karakter dapat dimaknai sebagai “the deliberate use of all dimensions of school life to foster optimal character development”. Dalam pendidikan karakter di sekolah, semua komponen (pemangku pendidikan) harus dilibatkan, termasuk komponen-komponen pendidikan itu sendiri, yaitu isi kurikulum, proses pembelajaran dan penilaian, penanganan atau pengelolaan mata pelajaran, pengelolaan sekolah, pelaksanaan aktivitas atau kegiatan ko-kurikuler, pemberdayaan sarana prasarana, pembiayaan, dan etos kerja seluruh warga sekolah/lingkungan. Selain itu, pendidikan karakter dimaknai sebagai suatu perilaku warga sekolah yang dalam menyelenggarakan pendidikan harus berkarakter. Pendidikan karakter pada anak-anak sangat penting, karena anak-anak adalah generasi yang akan menentukan nasib bangsa di kemudian hari. Karakter anak-anak yang terbentuk sejak sekarang akan sangat menentukan karakter bangsa di kemudian hari. Pada anak-anak,  proses pendidikan karakter di mulai proses pendidikan yang ditujukan untuk mengembangkan nilai, sikap, dan perilaku yang memancarkan akhlak mulia atau budi pekerti luhur.  Peran guru dalam pendidikan karakter untuk peserta didik di sekolah ialah, guru memiliki posisi yang strategis sebagai pelaku utama. Guru merupakan sosok yang bisa ditiru atau menjadi idola bagi peserta didik. Guru bisa menjadi sumber inpirasi dan motivasi peserta didiknya. Sikap dan perilaku seorang guru sangat membekas dalam diri siswa, sehingga ucapan, karakter dan kepribadian guru menjadi cermin siswa. Dengan demikian guru memiliki tanggung jawab besar dalam menghasilkan generasi yang berkarakter, berbudaya, dan bermoral. Tugas-tugas manusiawi itu merupakan transpormasi, identifikasi, dan pengertian tentang diri sendiri, yang harus dilaksanakan secara bersama dalam kesatuan organis, harmonis, dan dinamis, lebih besar dalam konteks negara-bangsa. Kata Kunci: Pendidikan karakter, pemersatu bangsa
Pengaruh Pembelajaran PKn Terhadap Pembentukan Karakter Siswa Susiatik, Titik
PAWIYATAN Vol 20 No 4 (2013)
Publisher : PAWIYATAN

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Latar belakang masalah adalah dewasa ini bangsa Indonesia dilanda krisis moral, tidak hanya pada tataran pimpinan pemerintahan dan birokrat semata, tetapi telah merambah dasar hingga pada anak-anak sekolah. Hal ini bisa dilihat dari tawuran pelajar, kriminal anak-anak remaja, dan sebagainya. Ini menunjukkan bangsa kita telah kehilangan jati diri dan karakternya. Di sisi lain karakter merupakan kualitas perilaku kolektif kebangsaan yang khas baik, yang tecermin dalam kesadaran, pemahaman, rasa, karsa, dan perilaku berbangsa dan bernegara sebagai hasil olah pikir, olah hati, olah rasa dan karsa seseorang atau sekelompok orang berdasarkan nilai-nilai Pancasila, norma, UUD 1945, keberagaman dengan prinsip Bhinneka Tunggal Ika, dan komitmen terhadap NKRI, sehingga pendidikan karakter perlu dimiliki dan ditanamkan kepada siswa.Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui dan membuktikan pengaruh pembelajaran pendidian kewarganegaraan (PKn) terhadap pembentukan karakter siswa. Hasil penelitian diperoleh kesimpulan: (1) sangat beralasan apabila pendidikan karakter dalam pembelajarannya diintegrasikan ke dalam semua mata pelajaran. Alasan itu karena pendidikan karakter mampu meningkatkan akhlak luhur siswa, sehingga penanaman karakter menjadi tanggung jawab semua guru. Hal ini senada dengan tujuan pendidikan yaitu membentuk sosok siswa secara utuh, sehingga pencapaian pendidikan harus mencakup dampak instruksional dan dampak pengiring; (2) implementasi pendidikan karakter terintegrasikan ke dalam semua mata pelajaran, pengembangannya lebih memadai pada model kurikulum terpadu dan pembelajaran terpadu dengan menentukan center core pada mata pelajaran yang akan dibelajarkan, seperti mata pelajaran PKn dan pendidikan agama; dan (3) proses pengembangan pendidikan karakter sebagai pembelajaran terpadu harus diproses seperti kuriklum lain, yaitu sebagai: 1) ide, dokumen, dan proses; 2) kejelian profesional dan penguasaan materi; 3) dukungan pendidikan luar sekolah, arahan spontan dan penguatan segera; 4) penilaian beragam; serta 5) difusi, inovasi dan sosialisasi adalah komitmen-komitmen yang harus diterima dan disikapi dalam pencanangan pembelajaran terpadu pendidikan karakter itu sendiri.Kata Kunci : Pembelajaran PKn, Pembentukan Karakter.
Pengembangan Metode Pendidikan Karakter Siswa Sekolah Menengah Pertama Melalui Pendekatan Reflective Moral Inqury Susiatik, Titik
PAWIYATAN Vol 22 No 3 (2015)
Publisher : PAWIYATAN

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Pembangunan karakter yang merupakan upaya perwujudan amanat Pancasila dan Pembukaan UUD 1945 dilatarbelakangi oleh realita permasalahan kebangsaan yang berkembang saat ini. Pendidikan karakter bukan sekedar mengajarkan mana yang benar dan mana yang salah, lebih dari itu, pendidikan karakter menanamkan kebiasaan (habituation) tentang hal mana yang baik, sehingga peserta didik menjadi paham (kognitif) tentang mana yang benar dan salah, mampu merasakan (afektif) nilai yang baik dan biasa melakukannya (psikomotorik). Dengan kata lain, pendidikan karakter yang baik harus melibatkan bukan saja aspek “pengetahuan yang baik (moral knowing), akan tetapi juga “merasakan dengan baik atau loving good (moral feeling), dan perilaku yang baik (moral action). Pendidikan karakter menekankan pada habit atau kebiasaan yang terus-menerus dipraktikkan dan dilakukan. Penelitian ini bertujuan untuk 1) Mengetahui dan menganalisis respon siswa terhadap penerapan metode pendidikan karakter dengan menggunakan pendekatan inkuiri moral secara reflektif; 2) Mengetahui dampak penerapan metode inkuiri moral scara reflektif dalam membantu siswa mengambil keputusan untuk meyakini moral tertentu sebagai standar perilaku mereka; metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan pendekatan partisipasif, jenis penelitian ekspermen. Metode  pengumpulan data dengan angket, observasi lapangan dan wawancara. Analisis yang digunakan yaitu analisis dekskirptif persentase. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dengan menggunakan pendekatan reflective moral inquiry, siswa dapat lebih bersemangat untuk belajar. Dengan menggunakan pendekatan reflective moral inquiry, karakter siswa dalam hal ini kejujuran, kedisiplinan, kerjasama, saling menghargai dan tangung jawab dapat dikatkan meningkat, yang diketahui peningkatan tersebut sudah cukup baik.  Kata Kunci: pendidikan karakter, reflective moral inquiry
POTRET PEMENUHAN HAK ATAS PENDIDIKAN DASAR BAGI ANAK-ANAK NELAYAN DI KAWASAN PANTURA JAWA TENGAH Susiatik, Titik
PAWIYATAN Vol 22 No 1 (2015)
Publisher : PAWIYATAN

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Pendidikan dasar merupakan salah satu konstitusional yang harus disediakan oleh negara. Sebagai hak bagi warga negara, maka hal itu merupakan kewajiban bagi pemerintah untuk menyediakannya sesuai dengan kapasitas dan kemampuan yang dimilikinya. Dalam konteks otonomi daerah, penyelenggaraan pendidikan dasar secara operasional dikelola oleh Pemerintah Daerah dan didukung oleh Pemerintah Pusat. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis potret pemenuhan atas pendidikan dasar bagi anak-anak nelayan di Kabupaten Tegal. Ada tiga fokus masalah yang dijadikan obyek penelitian ini, yakni: faktor-faktor yang terkait dengan partisipasi pendidikan dasar anak-anak nelayan, kebijakan pemerintah daerah dalam pemenuhan hak-hak atas pendidikan dasar di Kabupaten Tegal, serta implementasinya di lapangan. Metode penelitian menggunakan pendekatan kualitatif dengan teknik analisis dekriptif. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa faktor-faktor yang terkait dengan partisipasi anak-anak nelayan dalam mengikuti pendidikan dasar adalah ekonomi, lingkungan dan budaya. Faktor-faktor ini masih terkait dengan penelitian-penelitia sebelumnya, yang menunjukkan bahwa ketiga faktor tersebut sampai saat ini masih belum berubah. Dalam aspek kebijakan, pemerintah daerah belum memiliki kebijakan afirmasi terhadap persoalan pendidikan anak-anak nelayan. Kebijakan yang ada difokuskan untuk menanggulangi persoalan drop-out siswa de jenjang pendidikan dasar secara umum. Namun, pada tahun 2014 ini Pemerintah Kabupaten Tegal telah mendesain program pendidikan inklusi bagi anak-anak yang drop-out sekolah, termasuk anak-anak nelayan. Sejalan dengan program tersebut maka relaisasi kebijakan ini akan di jalankan beriringan dengan program bantuan dari Kementerian Kelauatan dan Perikanan RI, yakni berupa Sekolah Lapang yang bersifat flexibel dna mengikuti ritme aktivitas anak-anak nelayan. Kata Kunci : Hak atas Pendidikan Dasar, Nelayan, Tegal, Afirmasi.
Persepsi Masyarakat Terhadap Penerapan Protokol Kesehatan Sholichah, Thusma; Susiatik, Titik; Sukoco, Sukoco
Pawiyatan Vol 29 No 1 (2022): PAWIYATAN
Publisher : Universitas Ivet

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (60.199 KB)

Abstract

Masyarakat Kelurahan Kalipancur ini, sangat beragam dalam mematuhi kebijakan Protokol Kesehatan yang telah ditetapkan oleh Pemerintah, khususnya masyarakat di wilayah RW 01. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan: 1). Persepsi masyarakat terhadap protokol kesehatan dalam penggunaan masker; 2). Persepsi masyarakat terhadap protokol kesehatan dalam kebiasaan mencuci tangan; 3). Persepsi masyarakat terhadap protokol kesehatan dalam menjaga jarak; 4). Persepsi masyarakat terhadap protokol kesehatan dalam mnghindari kerumunan; 5). Persepsi masyarakat terhadap protocol kesehatan dalam mengurangi mobilitas atau interaksi. Metode penelitian yang digunakan dalam adalah pendekatan kualitatif dengan jenis Fenomenologik. Hasil dari penelitian ini, hampir semua masyarakat Kelurahan Kalipancur sekarang ini sangat mematuhi kebijakan protokol kesehatan. Persepsi masyarakat dalam penggunaan masker, masyarakat mematuhi aturan tersebut walaupun awalnya masyarakat susah karena belum terbiasa. Persepsi masyarakat Kelurahan Kalipancur terhadap protokol kesehatan dalam kebiasaan mencuci tangan, sangat baik: Persepsi Masyarakat Kelurahan Kalipancur terhadap protokol kesehatan dalam menjaga jarak, tingkat kesadaran masyarakat cukup baik. Persepsi masyarakat Kelurahan Kalipancur terhadap Protokol Kesehatan dalam mengindari kerumunan, berada pada tingkat kesadaran sangat baik. Persepsi masyarakat Kelurahan Kalipancur terhadap protokol kesehatan dalam membatasi interaksi, masyarakat sudah mematuhi aturan protokol kesehatan untuk membatasi interaksi. Secara keseluruhan menunjukkan persepsi masyarakat Kelurahan Kalipancur mengenai kebijakan protokol kesehatan memiliki persepsi yang baik. Kata Kunci: Masyarakat, Protokol Kesehatan
Pelaksanaan Pembelajaran PKn Susiatik, Titik
Pawiyatan Vol 28 No 01 (2021): PAWIYATAN
Publisher : Universitas Ivet

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (726.361 KB)

Abstract

Proses pembelajaran yang dilaksanakan guru selama ini masih ada sebagian yang mengalami kendala, termasuk yang dialami guru PKn, sehingga perlu ada action atau tindakan sebagai masukan untuk mengurangi kelemahan tersebut. Hal yang dapat dilakukan selain motivasi belajar dari siswa juga dari orang tua serta sarana-prasarana, dan yang tidak kalah pentingnya adalah pihak guru mulai dari persiapan, pelaksanaan, hingga sampai pada evaluasi. Tujuan tujuan penelitian adalah mendeskripsikan: 1) persiapan atau rancangan guru PKn dalam proses pembelajaran; 2) pelaksanaan proses pembelajaran; dan 3) evaluasi atau penilaian dari proses pembelajaran oleh guru PKn. Model penelitian digunakan kualitatif dengan pendekatan deskriptif dengan sumber data diperoleh dari kata-kata atau tindakan, sumber data tertulis, dokumen, dan photo-photo kegiatan. Informan penelitian adalah: 1) kepala sekolah sebagai informan kunci atau key informan, dan informan lapangan adalah: 2) wakil kepala sekolah bidang kurikulum; 3) perwakilan guru; dan 4) perwakilah peserta didik. Teknik pengumpulan data digunakan: 1) wawancara; 2) observasi partisipatif; dan 3) studi dokumentasi, sedangkan teknik analisis data digunakan model interaktif. Simpulan penelitian adalah: 1) perencanaan pembelajaran guru PKn berjalan efektif dan efisien, dalam arti mempertimbangkan waktu yang tersedia dengan cakupan materi relatif luas; 2) pelaksanaan proses pembelajaran PKn oleh guru PKn selalu berpedoman pada Garis-garis Besar` Program Pengajaran (GBPP) yang dioperasionalkan dalam bentuk Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP); dan 3) evaluasi atau penilaian oleh guru PKn digunakan sistem berkelanjutan, mulai dari nilai harian dalam bentuk pop quis, ujian tengah semester dan ujian semester. Selain itu dilakukan penilaian dengan memperhatikan keseimbangan antara aspek kognitif, afektif, dan psikomotor. Kata kunci: pembelajaran, PKn.